"Seperti kupu-kupu, itulah solusi hidupmu akan hinggap saat kamu tenang dan hatimu damai.
Selagi hatimu gelisah dan bimbang, ia akan sulit datang.
Maka tatkala masalah menimpa hidupmu, cobalah tenang, ingat Allah Sang Pengendali segala keadaan, kemudian berdoalah."
Goresan kata
At Rumah
"Assalamualaikum, ayah." kata Keisya sambil mencium pipi Khairul yang duduk di ruang keluarga.
"Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarrakatuh. Sayang sini duduk." kata Khairul sambil menepuk sebelah nya.
Pria yang sudah memasuki akhir 50-an itu tersenyum kepada putri bungsu nya. Dan sejenak melupakan sang istri yang sedang mengomel. Gadis itu memang sudah terbiasa mendengar omelan dari sang ibu. Tapi kali ini omelan ibunya lebih dahsyat dari biasanya.
"Ibu negara kenapa yah?'' Tanya Keisya kepada ayahnya.
"Itu menteri kesehatan kita keluar belum pulang juga." jawab Khairul sambil berbisik.
Keisya hanya beroh ria saat mengetahui apa yang membuat ibu nya resah.
Sesekali ayah dan anak itu melihat ke arah ibu negara mereka yang sedang mengomel sambil berulang kali mendekatkan ponsel pintar miliknya ke telinga.
"Nindi, apakah kakak mu ada mengatakan sesuatu?'' kata Fatimah saat melihat anak bungsu nya sudah bergabung.
"Astagfirullahhalazim, bun. Nindi minta maaf, Nindi lupa ngasih tau bunda kalo kak Keira minta izin buat ke puskesmas. Soalnya kak Nisa meminta bantuan. Ada yang melahirkan Bun." kata Keisya langsung menjelaskan.
"Kalo kepuskesmas, seharusnya jam 9 udah ada di rumah. Tapi ini sudah jam 10 malam lewat. Kemana anak itu kok ngga pulang sih." Gerutu Fatimah risau. Masih dengan berjalan kesana kemari seperti setrikaan.
Sedangkan suami dan putri bungsunya. Sedang asyik memakan kue sisa kajian tadi. Sambil menikmati kegelisahan wanita paruh baya itu.
"Astagaaa.. Kalian berdua kok malah enak-enakan ngemil sih." Seru Fatimah kesal karena anak dan suaminya tidak menanggapi omelannya.
"Jangan-jangan belum selesai kali bun. Kan membantu orang melahirkan nggak mungkin sebentar kan." kata Keisya sambil mengambil kue nagasari di piring.
''Iya bun benar kata Nindi. Lebih baik bunda duduk. Kita ngeteh makan kue dulu. Mungkin sebentar lagi Keira bakal pulang kok.'' kata Khairul dengan santai.
"Ayaaah.. Anak perempuan kita mau nikah loh besok. Dia belum pulang. Ini udah malam, ayah. Bisa-bisa nya ayah sesantai ini." rengek Fatimah kepada Khairul. Khairul hanya bisa menggeleng kan kepalanya saat melihat kelakuan istri nya.
Seakan mengerti jika orang tuanya membutuhkan waktu berdua. Keisya pun berpamitan untuk ke kamar nya.
''Emm.. Bun, yah. Nindi pamit kekamar dulu ya." kata Keisya sambil beranjak dari kamar nya.
"Iya, jangan lupa hubungi kakak mu kali aja bisa." kata Fatimah dengan nada sendu.
"Baik bun" kata Keisya sambil berlalu meninggalkan kedua orang tua nya di ruang keluarga.
Setelah sampai di kamar nya. Keisya pun mencoba menghubungi Keira namun hasil nya nihil terhubung tapi tidak diangkat.
Berulang kali mencoba namun hasil nya tetap sama. Keisya pun mencoba menghubungi Anisa karena dia yang meminta bantuan Keira saat pengajian berlangsung.
''Assalamualaikum, ka Nisa.'' kata Keisya saat telpon sudah di angkat.
"Waalaikumsalam, iya ada apa kei?" Tanya Anisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Takdir
ДуховныеKeisya tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia, untuk menghadiri pernikahan kaka kembar nya. Malah berujung menjadi peristiwa khitbah dadakan untuk dirinya, yang di ajukan oleh calon kaka iparnya. Jika akhir-akhir ini dia tidak banyak mengecewak...