Persit Jalasenastri

1.3K 78 3
                                    

Zahvi berjalan pelan dengan senyum yang tak luntur, sesekali menyapa dengan ramah kepada ibu-ibu Persit. Beberapa kali tidak menghadiri acara bulanan Persit membuat Zahvi merasa kaku, terlebih lagi tatapan ibu-ibu yangseakan mengintimidasi.

Kegiatan Persit adalah kewajiban bagi istri-istriprajurit. Banyak aturan didalamnya, contoh kecil saja ibu Persit tidak boleh berpenampilan berlebihan seperti mengecat rambut, memanjang kuku danhanya boleh menggunakan aksesoris berupa cincin pernikahan dan jam tangan saat kegiatan.

"Dek? Sini!" panggil Elis.

"Iya Mbak."

Elis mengangkat Kenzi dari kursi disampingnya agar Zahvi bisa duduk.

"SiniKenzi sama, Tante." Bayi gembul itu menurut, tangannya bergerak-gerak
lincah ingin digendong oleh Zahvi.

Bayi bule ini memeluk Zahvi begitu erat seakan melepaskan rindu. "Ututu ... Kenzi. Berapa umurnya, Mbak?"

"Setahun tiga bulan."

"Udah bisa jalan, Mbak?"

"Bisa, cuma oleng aja."

"Kenzi oleng, ciluk bah ...." Bocah manis itu tertawa. Zahvi memang suka anak kecil, terkadang jika sedang tidak bekerja, ia akan datang ke rumah Handoko sekedar bermain dengan Kenzi dan Nesya.

Elis memegang perut Zahvi seperti ingin merasakan sesuatu. "Ini udah adaisi belum?"

Zahvi terdiam, kemudian tersenyum kecut, ada rasa pedih dihatinya saat ditanya soal anak, kalimat itu memang sedikit sensitif untuk dirinya. "Doainaja, Mbak."

"Pasti dong. Cepat ngisi atuh biar Kenzi ada teman main.

"Iya, Mbak."

"Kalau ada anak itu, Zah. Kita ada teman, terlebih lagi kalau suami lagitugas."

Zahvi memejamkan mata menahan rasa sakit yang tidak sengaja Elis ciptakan. Ia sangat ingin mempunyai anak tapi Allah belum memberi rezeki besar itu dan mana mungkin prosesnya akan secepat itu. "Doain aja, Mbak."

Terdengar langkah kaki memasuki aula, Bu Hana memasuki ruangan danbeberapa anggota Persit yang merupakan wakil memasuki aula. Para anggota berdiri sebagai tanda hormat. Salam dibuka oleh Hana dan dilanjutkan dengan kegiatan Persit.

Ada rasa kagum yang begitu besar dalam diri Zahvi kepada Hana sangat tegas dan juga ramah, sangat menghormati para juniornya, walaupun ia adalah istri orang nomor satu di Kesatuan ini.

Zahvi merasa gugup dan kaku, saat diminta Hana untuk membantunya menjelaskan program-program dari istri panglima untuk para istri prajurit, bisa dibayangkan betapa gugupnya Zahvi terlebih lagi ia adalah anggota baru yang jarang masuk. Walaupun begitu semuanya bisa berjalan dengan baik.

Acara selesai. Zahvi sudah bersiap pulang kerumah, namun mendengar ada yang memanggil ternyata Bu Hana. "Siap Bu."

"Mau kerumah Bu Nadi? Bareng aja, Dek." Zahvi bingung, apa tidak jadi masalah jika pergi bersama dengan Hana. "Mau gak? Atau mau bareng suami?Romantis banget."

"Siap. Tidak, Bu."

"Ya sudah kita bareng aja."


Hana berjalan beriringan dengan Zahvi. Banyak yang Hana dan Zahvi bicarakan, padahal belum kenal dekat. Zahvi merasa tenang setidaknya Hana tidak sama seperti beberapa senior yang sedikit jahil.

"Adek ini buat saya kagum lho, diusia muda begini sudah jadi dokter hebat, pantesan kalau dek Mirza kepincut," godanya sambil terkekeh.

"Siap. Ibu bisa aja." Zahvi tersenyum.

𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang