𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃

My Wife

Bagi seorang prajurit tugas bukan hanya amanah, kepercayaan dan harga diri tapi sekaligus kebanggaan. Dalam tugas ini berlaku kehormatan dan kerahasiaan. Keberhasilan sebuah tugas adalah tujuan dan keutamaan. Setiap beban tugas harus terlaksanakan sebagai amanah.

"Sudah berdoa kepada Maha Kuasa?"

Pertanyaan Handoko menyadarkan Mirza dari pikirannya. Lelaki keturunan Arab itu mengambil jam tangan yang tergeletak disamping sejadah, memakai jam tangan loreng itu berdampingan dengan gelang tasbih, tangan bergerak kembali menggulung sejadah. "Tidak akan lupa berdoa kepadanya."

Berdoa kepada Maha Pencipta dalam setiap langkah. Saat mendapat karunia dan nikmat, manusia terkadang lupa kepada siapa yang memberi, tetapi ketika ditimpa musibah setiap jengkal derita akan ada nama Allah terselip didalamnya. Begitupun Mirza terkadang dirinya lupa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh sang pencipta.

"Semoga berhasil, Nang. Tugas kau ini berat."

Dalam melaksanakan misi yang dimulai malam ini, Mirza berdoa kepada pemilik alam semesta ini agar memberi keberhasilan dan keselamatan dalam pelaksanaan misi ini. Dan untuk pertama kalinya dalam doa setulus hati selain mendoakan orang itu ia juga meminta kepada sang pencipta agar istri dan calon anaknya diberi kesehatan dan keselamatan.

Foto wanita tembam berhijab biru tampak tampak menggemaskan, ditangannya terdapat camilan dengan secangkir susu yang terletak dimeja.

Foto ini di cetak saat Zahvi hamil enam bulan dan sekarang usia kandungan wanita itu sudah 7 bulan, tapi bukan Mirza yang mencetak atau mengambil foto tetapi ibunya yang kala itu berkunjung, hanya saja Mirza suka dengan foto itu dan akhirnya menyimpannya. Di akui atau tidak, namun nyatanya seorang Mirza telah kalah. Kalah terhadap kelembutan dan kesabaran seorang wanita.

Cinta mengajarkan tentang arti dari sebuah keikhlasan dan kesabaran. Bagaimanapun tuhan telah mengutus cinta hadir di kehidupan dan melekatkan dihati dan lebih-lebih Tuhan telah memberi isyarat kepada siapa hati bersemayam dan bermekaran. Jatuh cinta, umpama sebuah musim yang basah. Dinanti-nanti, lalu menepi untuk payung dan mantel parasut, lalu pulang dan jatuh sakit. Dari sebuah jati diri, tak mampu merangkai sajak, dirinya hanya pandai menyimpan rasa.