"Lompat!""Ti ...."
Pemuda itu menarik paksa tangan lelaki yang hendak protes, keduanya terjun dari ketinggian.
Byur...!
Gelombang kecil terbentuk dengan jatuhnya dua tubuh di aliran sungai. Keduanya berenang secepat mungkin menuju pinggir sungai. Terlihat pula di atas segerombolan orang meneriaki dan menembaki, bahkan sebagian mereka terjun ke sungai mengejar lawan.
"Ikuti aku!" Pemuda mengajak rekannya masuk ke dalam hutan lagi, kali ini keduanya harus menuruni bukit dan masuk kedalam rawa-rawa.
"Kau berjaga-jaga sebentar, saya akan menyadap komunikasi."
"Cepatlah!"
Tembakan dalam keterpaksaan ia cetuskan kepada anggota kelompok yang berniat membantu menghabisi nyawa tawanan. Ini ia lakukan demi ambisinya balas dendam, dirinya tidak ingin ada penghalang lagi, jika rekan barunya mati, dimana ia akan mendapatkan rekan kerja sama. Namun, hal buruk terjadi aksinya diketahui dan sekarang mereka menjadi buronan anggota kelompok.
"Cepatlah sedikit!" Pemuda mulai risau karena bisa saja ratusan kelompok akan mengepung mereka disini. Tindakannya memang gegabah tanpa ba-bi-bu ia menembak demi menyelamatkan rekan kerja barunya.
"Pergi dari sini!" Gean berlari, diikuti Letnan Mirza dari belakang. Teriak-teriakan lantang menyeru dan menyerbu dari musuh. Untuk saat ini hanya bisa menghindar tanpa bisa melawan.
"Dibatuan kecil itu ada ranjau, pastikan kau tidak menginjak batu-batu itu." ucap si pemuda.
Keduanya berlari dan menghindari batuan yang disusun untuk menyamarkan jika ada ranjau disana.
"Mereka tidak tau disini ada ranjau, sebagian mereka akan mati." Saat itu mereka berdua menuruni bukit yang begitu terjal. Ketangkasan, kekuatan tangan dan kaki diperlukan untuk menuruni bukit agar tidak tergelincir.
Duar ...!
Suara ledakan berasal dari atas, ranjau-ranjau yang dihindari terinjak oleh para musuh yang mengejar. Sang Letnan cukup kagum dengan kecerdasan si pemuda, cukup cerdas untuk menghabisi dan mengelabui. Alat komunikasi perorangan yang merupakan milik sang Letnan telah terhubung kembali dengan Angkatan. Lokasi dan pemetaan wilayah musuh ia berikan, sebagai acuan tugas bagi pasukan yang akan datang nantinya. Untuk sekarang mereka berdua harus menyelamatkan diri terlebih dahulu dari kejaran musuh, karena akan sulit melawan musuh dengan sedemikian banyak hanya dengan dua tenaga saja.
Gean memantau lokasi sekitar agar tetap aman selama Letnan berkomunikasi dengan Angkatannya. Pemuda itu selalu waspada pada setiap pergerakan yang berada disekitar mereka. Hutan yang begitu rimbun tentu saja menjadi faktor kesulitan yang pertama, bisa saja tanpa diketahui ada musuh yang bersembunyi. Itulah yang harus benar-benar diwaspadai.
Terdengar teriak-teriakan dan sumpah serapah, pemuda itu tampak panik. "Pergi!"
Gean memimpin didepan, terus berlari didalam hutan. Pemuda ini tampaknya sudah sangat mengetahui seluk-beluk hutan ini, hingga ia tidak kesulitan menentukan arah. Ia berhenti, dikeluarkannya belati dari tas, ditancapkannya pada sebuah patok tanah. Kemudian dengan cepat menjauh. Letnan Mirza sempat melirik ke belakang, tampak tali seperti jaring laba-laba membentang. Pantas saja dirinya mudah tertangkap, hutan ini penuh jebakan untuk menghalangi dan menangkap musuh tanpa mengeluarkan banyak tenaga. Sungguh cerdas memanfaatkan kondisi alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃
Actionꜱᴇᴏʀᴀɴɢ ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ᴍᴜᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ʙᴇʀᴋᴇɪɴɢɪɴᴀɴ ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ ᴅᴇɴɢᴀɴ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ᴘɪʟɪʜᴀɴ ᴀʏᴀʜɴʏᴀ, ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ʟᴀɢɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ꜱᴏꜱᴏᴋ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ᴀᴘᴀᴛɪꜱ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴇɴɢᴇɴᴀʟ ᴄɪɴᴛᴀ. ʏᴀ, ᴍɪʀᴢᴀ ʜᴀᴅᴅᴀɴ ᴍᴜᴅᴅᴀᴢɪʀ, ꜱᴇᴏʀᴀɴɢ ᴛᴇɴᴛᴀʀᴀ ʙᴇʀᴘᴀɴɢᴋᴀᴛ ʟᴇᴛɴᴀɴ ꜱᴀᴛᴜ. ꜱᴇɪʀɪɴɢ ʙᴇʀᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ...