"Gean? Sedang apa kau?" Suara itu mengagetkan si pemuda yang sedang mencari sesuatu didalam ruangan paling terlarang untuk dimasuki.
"T-tidak Ketua, hanya mengecek keamanan ruang ini." jawabnya sedikit gugup karena hampir saja ketahuan.
Sang Ketua tampak mengintimidasi, tatapan menajam dengan wajah yang seakan bertanya-tanya. "Itu bagus. Bagaimana si bodoh itu, apa kau sudah menghabisinya?"
"Malam ini, Ketua."
"Aku mempercayai mu."
"Tentu Ketua."
Sang Ketua mengangguk. "Keluarlah setelah kau selesai."
"Baik."
Pemuda menghela napas setelah napas yang seakan tercekal dengan kedatangan Terno. Pemuda melanjutkan mencari alat komunikasi yang telah diminta oleh tawanannya, sesekali menoleh ke arah pintu untuk menjaga keamanannya. Tumpukan benda-benda berserakan, tangannya cekatan memeriksa tumpakan itu. Alat seperti telpon telah ia temukan, ia cukup tahu dengan benda karena ia sendiri yang telah merampasnya dari sang tawanan.
Benda itu ia sembunyikan dibalik jubah hitamnya, agar tidak curiga ia baru saja keluar dari bangunan kayu itu, ia sempat mengganti senjata dan mengambil beberapa jenis belati.
"Apa yang kau bawa?" Pertanyaan itu membuat si pemuda kaget.
"Senjata dan belati."
"Apa yang ingin kau lakukan dengan benda itu?"
"Untuk menghabisi musuh kita."
Anggota itu menepuk pundak si pemuda. "Kau memang bisa diandalkan."
"Tentu saja."
Bukan suatu perkara yang mudah tinggal dalam kelompok kriminal yang telah memisahkan dirinya dari orang tua selama-lamanya. Rintihan kesakitan, teriakan-teriakan menyakitkan telah menghancurkan jiwanya. Wajah-wajah pucat berlumur darah dan tubuh yang hampir tidak berbentuk, menjadi sebuah trauma psikologis yang begitu menyakitkan.
Saat meminta perlindungan dan melaporkan semua kejadian sama sekali tidak percaya, malah dirinyalah yang menjadi tersangka pembunuh dan merupakan anggota kriminal. Penyiksaan ia terima dari orang-orang tersebut, sampai ada kesempatan melarikan diri dan bergabung dalam kelompok teroris, dalam kemarahan ia membalas para penuduh dengan memberi nasib sama seperti orangtuanya.
Suatu tindakan begitu kejam, tidak ada ampun dalam dirinya, tetapi hanya orang itu saja, kekejaman masih terdapat kemanusiaan.
Balas dendam kepada orang yang telah menghabisi orangtuanya itu yang sudah tertanam dalam diri, sejak awal itulah tujuan. Seolah menghilangkan luka hanya untuk balas dendam, kuat bertahan hanya untuk balas dendam, mengambil hati sang Ketua hanya untuk balas dendam. Saat tak ada dukungan dan hanya sendirian, ia hampir kehilangan tekat dan rasa balas dendam.
Telah kehilangan arah dan tujuan ada setitik cahaya harapan, tekat itu telah kembali, resiko kembali ia ambil. Hancurnya kelompok ini adalah tujuannya.
"Hei Gean?" panggil seseorang.
"I-ya."
"Mari ku bantu menyelesaikan pekerjaan mulia mu." Lelaki bertopi rimba itu menunjuk tawanan yang duduk dipojokan.
"Kau tidak perlu repot, ini waktunya kau bersenang-senang. Pergilah aku akan menyelesaikan ini."
"Sudahlah, Gean. Aku ingin memberi dia pelajaran."
Gean tampak ragu, tanpa perlu jawaban lelaki itu menarik paksa tawanan."Terimalah ini." Pukulan telak mengenai wajah sang Letnan. Tarikan-tarikan kasar pada rantai pengikat tangan dan leher lelaki itu.
Dor ...!
"Argh ...!"
"Aku sudah membunuhnya."***
"Astaghfirullah ...." Chandra menguatkan hati ketika melihat foto sang putra diikat pada kayu dengan tubuh berlumur darah. Terjadi kontak antara TNI dengan teroris selama beberapa detik, kelompok itu mengirim foto Mirza dan menyatakan lelaki itu akan kehilangan nyawa.
Panglima berjalan cepat menuju ruang rapat dimana terdapat para petinggi. Rapat segera dilakukan untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk menangani penyanderaan ini dan melakukan penyelamatan. Berbekal informasi yang dilaporkan intelejen yang telah tertangkap, angkatan bersenjata telah mengambil keputusan melakukan operasi militer untuk menyelamatkan dan melakukan pembersihan.
Sebelum berangkat, pasukan tiga matra melakukan latihan taktik tempur, penerjunan payung, teknik penyamaran dan berbagai latihan yang dibutuhkan. Alutsista-alutsita yang diperlukan disiapkan demi lancarnya operasi militer kali ini.
Pasukan siap berangkat siang ini setelah sehari melakukan persiapan. Kapal perang telah siap berangkat dan menerima awak dan penumpangnya. Pasukan bergegas masuk setelah menerima komando dari Komandan operasi. Operasi dimulai dimana Tim sudah bergerak masuk ke dalam wilayah musuh, lokasi dan pergerakan mereka terpantau, tujuan operasi ini adalah membawa pulang Intel yang telah ditahan dan pembersihan menyeluruh.
"Apa ini pasti?" tanya Panglima dengan was-was.
"Siap! Sudah dipastikan dan data sudah valid!"
"Berapa personel yang telah dikirim?"
"Siap. Dua Pleton."
"Ya Allah selamatkan anak-anak hamba." gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃
Actionꜱᴇᴏʀᴀɴɢ ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ᴍᴜᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ʙᴇʀᴋᴇɪɴɢɪɴᴀɴ ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ ᴅᴇɴɢᴀɴ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ᴘɪʟɪʜᴀɴ ᴀʏᴀʜɴʏᴀ, ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ʟᴀɢɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ꜱᴏꜱᴏᴋ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ᴀᴘᴀᴛɪꜱ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴇɴɢᴇɴᴀʟ ᴄɪɴᴛᴀ. ʏᴀ, ᴍɪʀᴢᴀ ʜᴀᴅᴅᴀɴ ᴍᴜᴅᴅᴀᴢɪʀ, ꜱᴇᴏʀᴀɴɢ ᴛᴇɴᴛᴀʀᴀ ʙᴇʀᴘᴀɴɢᴋᴀᴛ ʟᴇᴛɴᴀɴ ꜱᴀᴛᴜ. ꜱᴇɪʀɪɴɢ ʙᴇʀᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ...