chapter 25

1K 66 3
                                    

Di Gedung pernikahan Theeradej Vihokratana dengan Natcha Amatayakul sudah mulai sepi. Para tamu sudah pada pulang , hanya menyisakan keluarga inti dan teman-teman terdekat. Mereka semua masih setia menikmati pesta sampai malam hari.

"Sialan! Dimana anak itu? Pasti dia kabur!" ucap Theeradej yaitu ayah Tay. Natcha yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya tersenyum. "Tenanglah. Biarkan Tay menenagkan dirinya sebelum menerima segalanya."

Theeradej menggapai tangan Natcha dan mengelusnya. "Aku sangat senang menikah denganmu. Berharap Tay bisa memaafkan ku dan menerima mu sebagai ibunya".

"Aku juga. Aku ingin Tay nyaman dengan ku. Dia selalu berfikir bahwa aku hanya ingin hartamu.."

Natcha menghela nafasnya. "Tidak apa-apa ia menganggapku seperti itu, karena yang sebenarnya adalah aku mau menikahi mu karena aku tulus kepada mu dan Tay. Aku ingin dia merasakan kasih sayang seorang ibu yang telah lama hilang."

"Makasih..." Theeradej meneteskan air mata karena terharu dan Bahagia. Dia sulit untuk mendeskripsikan rasanya saat ini.

Dia menyadari bahwa selama ini dia adalah ayah yang buruk. Tetapi semenjak dia dan Tay kehilangan sosok istri dan ibu, Theeradej susah mengungkapkan perasaannya dan bingung harus bersikap seperti apa. Apalagi dengan pekerjaannya yang menumpuk.

Theeradej berjanji untuk menjadi ayah yang leboh baik untuk Tay.



"Di mana New? Ini sudah malam. Kita akan segera pulang" tanya Natasha Thitipoom, mama New kepada Napat Thitipoom, papa New.

"Aku barusan mendapatkan kabar darinya bahwa dia sedang Bersama Tay dan akan pulang setelah urusannya selesai."

Natsha terkejut. "Bukannya New sedang marah-marahan dengan Tay? Akhir-akhir ini aku melihat New murung terus-menerus. Pulang juga tidak pernah melihat Tay lagi."

"Biarkanlah mereka. Mau pacarana dulu kali. Nginep di rumah Tay sampe besok juga tidak apa-apa kan" ucap Natap dengan senyumannya.



Sudah hampir 30 menit Tay habiskan untuk membuat New ingin mendengarkannya.

"Yaudah cepetan lo mau bilang apa? Gw pengen pulang!" ucap New tidak sabaran.

Tay tersenyum dan menghela nafasnya. "Can I have a chance?"

New mencoba untuk tidak tersenyum di depan Tay. Ya, sebenernya New sudah tau kebenarannya dari teman-temannya. Pertama New bimbang harus memaafkan Tay atau tidak, tapi kelihatannya Tay benar-benar tidak bersalah. Maka sekarang New ingin memberi Tay kesempatan, walaupun New masih takut.

"Gw pikir-pikirin lagi ya... enggak bisa gw jawab sekarang. Gw takut Tay! Gw udah pernah di tinggal. Gw takut...." Suara New bergetar ingin menangis.

Tay menyadari New ingin menangis. Segera dia memeluk New dengan erat. DIa mencium kening New. "Enggak akan gw tinggal. Gw enggak akan menjadi kayak bajingan itu. Enggak akan gw tinggalin lo sendirian."

New menangis di pelukan Tay. Dia Bahagia karena masih ada yang ingin memerjuanginya.

Sekarang mereka sudah baikan, mungkin? Hahaha New masih marah dengan kejadian Namtan menciumi Tay.

"Ayolah jangan marah lagi sayang..." ucap Tay manja

"Apa lo sayang sayang pala lo peyang kali!"

Mereka diam sejenak menikmati angin malam dan langit yang menunjukkan beberapa bintang.

"Lo begimana?" tanya New.

Kening Tay berkerut. "Hah maksud lo apa?"

"Lo begimana? Ayah lo nikah lagi."

Tay tersenyum tipis. "Gw cuman bisa membiasakan diri dengan keadaan sekarang. Gw masih belum menerima tante Natasha sebagai ibu gw karena yang gw anaggap ibu itu ibu kandung gw sendiri yang udah di atas sana..." ucap Tay sambil memandang langit yang sudah gelap.

New menggenggam tangan dan menyenderkan kepalanya di Pundak Tay.

Keinginan Tay sekarang adalah untuk menemui ibunya untuk ke terakhir kalinya. Tay merindukan pelukan sang ibu.




------------------------------------------------------------------------------------------------

Hey apa kabarnya?

kelanjutannya mau bagaimana nih? 

kalau ada yang punya ide atau saran bisa komen

jangan lupa untuk vote ya :)

hope you enjoy <3

The Player and The Hot-headedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang