Bab 31

68 11 0
                                    

//Ayahku Sayang//.

----
Selama enam bulan tinggal di kota ini,
syukur Alhamdulillah aku bisa beradaptasi dengan cukup baik.Bisa merasakan suasana nyaman,yang selalu ku usahakan terbentuk setiap harinya.Bersama dengan baby twins yang menjadi hiburan bagi ku setiap harinya,dan bersama suami yang selalu mendukung ku.

Meskipun pikiran ku menjadi fokus mengurus semua disini,tapi terkadang aku tetap memikirkan keadaan Ayah bagaimana disana.Terlebih lagi adalah,
ketika sedang tersambung panggilan video dengan Ayah sambil memperlihatkan kearah baby twins juga.Aku selalu merasa sedih melihat raut wajah Ayah,padahal beliau sedang sehat saja.Tapi aku jadi teringat tentang Ayah,tentang kenangan bersama Ayah baik yang menyakitkan ataupun yang senang-senang.

Kenyataannya adalah,aku jadi kepikiran ke Ayah setiap selesai Videocall dengan Ayah.Aku jadi kepikiran karna tidak bisa menjaga beliau secara langsung disana.Apalagi aku yakin kalau Anin dan Aira sedang sibuk kerja saat ini,jadi waktu untuk jaga Ayah lebih sedikit.Dengan dikabari kalau Ayah sedang baik-baik saja,ternyata tidak sepenuhnya membuat perasaan ku tenang.Tapi dengan keadaan seperti ini,yang bisa ku lakukan hanya berdoa saja..

'Ayah mau main golf dulu ya Ka,kalau kamu mau ikut nyusul aja ya'..aku selalu merasa senang setiap Ayah minta izin main golf,yang berarti dia sedang sehat saat itu.

Atau dulu ya sangking aku sedang sibuknya kerja,yang selalu Ayah bicarakan itu pasti tentang laki-laki.Karna aku tidak pernah memperkenalkan siapa yang sedang dekat dengan ku saat itu.

'kamu gak ada niatan untuk memperkenalkan laki-laki gitu Ka?',

'kamu mau dikenalin dengan anaknya teman Ayah gak?'..

Momen Ayah mencoba memperkenalkan laki-laki sebelum Mas Nuga adalah momen yang selalu ku ingat.Karna disaat itu,aku bisa melihat bagaimana perjuangan Ayah demi membahagiakan anaknya dengan memilih laki-laki yang tepat.

Ayah tidak pernah menuntut semua anak-anaknya akan seperti apa.Ayah tidak pernah memaksa kami untuk masuk jurusan sekolah atau kuliah yang sesuai dengan keinginan dia.Karna Ayah memahami bahwa,potensi yang kita punya pasti beda-beda,dan tidak bisa dipaksa juga.Itulah salah satu sosok yang membuat ku terkadang,merasa kurang membahagiakan Ayah sebagai anak.Dulu memang sempat ada percekcokan antara ku dan Ayah,tapi hati ku sudah berdamai akan hal itu.

Ketika aku sedang memikirkan kenangan indah dengan Ayah,Anin mengirim pesan yang membuat ku diam seketika.Anin memberitahu bahwa,Ayah masuk rumah sakit lagi.Yang pertama ku lakukan adalah langsung menelpon Anin,dengan berharap semoga Ayah baik-baik saja saat ini.Tentang penyakit Ayah saat ini,belum bisa dijelaskan via telepon.

"Ayah masuk rumah sakit Mas"kataku setengah nangis mengadu ke Mas Nuga yang baru datang.

"kamu tenang dulu ya sayang,kita cari solusi bersama"kata Mas Nuga menenangkan ku dengan langsung memeluk.

"kamu mau ke Jakarta? Mau berangkat sekarang?"Mas Nuga menawarkan.Aku menatapnya masih sambil menangis,
antara iya atau tidak atas jawabannya.

"aku khawatir banget Mas sama Ayah,
kayanya masih ada yang beliau rasain deh"kataku mencoba menenangkan diri sendiri,untuk menceritakan ke Mas Nuga setelah dirasa sudah agak tenang.

"kita packing baju ya,aku mau minta izin dulu sebentar sambil siapin mobil oke?"aku mengangguk menyetujui.

Pikiran ku mendadak rumit untuk ditata lagi.Tidak ada doa yang tak ku ucapkan dalam hati,sepanjang perjalanan dari Semarang menuju Jakarta.Disatu sisi,aku juga harus memperhatikan dua anak ku.
Mau se-panik apapun masalah yang ada,
bahu ku harus kuat untuk baby twins.
Support yang paling terpengaruh ya tentunya dari Mas Nuga,dia tidak ada bosannya menyemangati ku,dengan memberikan celotehan bercandaannya selama perjalanan.

Permata (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang