bad news

1.3K 176 0
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Sinar matahari keluar sedikit dari jendela kamarnya. Ia meraba-raba kasurnya. Kenapa rasanya ia memegang sesuatu yang keras? Renjana merasa tidak enak. Lelaki itu sedikit membuka matanya. Damn, ia tidak sengaja memegang perut Navier. Dan kenapa Navier tidak memakai atasan baju?

Ah, iya kemarin ia demam tinggi. Sialan, ia teringat begitu manjanya dirinya. Renjana rasanya akan mengubur badannya hidup-hidup. Kepala Renjana masih pusing, tetapi tidak sesakit kemarin. Lelaki itu memeluk Navier dengan perlahan. Masa bodoh, Ia sudah tidak peduli dengan gengsinya.

"Ren?" ucap Navier dengan keadaan yang masih setegah sadar.

Lelaki itu meraba meja lampu dan mengambil termometer di meja. Ia mengecek suhu Renjana. Badannya masih hangat, tetapi tidak sepanas kemarin. Navier memeluk balik Renjana. Ia mengelus punggung Renjana kembali secara perlahan.

"Nana, mau air."

"Sebentar."

Lelaki itu pun mengambil segelas air putih untuk Renjana. Tiba-tiba, ia melihat Renjana yang mual hendak memuntahkan makanannya. Navier buru-buru menggendong Renjana menuju wastafel.

Lelaki cantik itu rasanya sangat lemas. Badannya terasa sangat ringan. Navier khawatir dengan keadaan Renjana. Ia menidurkan Renjana kembali di kamar dan membuatkannya semangkuk bubur. Semoga saja, buburnya enak. Jika tidak... ah, sudahlah berikan saja dulu kepada Renjana.

"Ren bangun dulu, ayo makan." bisik Navier.

Renjana terbangun dengan keadaan masih setengah sadar. Navier menumpukkan 2 bantal untuk menjadi sandaran Renjana dan membenarkan posisi duduk lelaki itu. Ia pun menyuapinya perlahan-lahan.

"Panas."

"Ah, sebentar."

Lelaki itu langsung mengaduk bubur tersebut mengarah jarum jam agar mengeluarkan panas dari bubur. Lalu, tangannya menyuapkannya kembali kepada Renjana. Renjana menerima saja buburnya. Berarti, bubur tersebut rasanya enak enak saja. Navier menyuapkan bubur tersebut hingga habis. Renjana yang hendak tidur di hentikan oleh Navier.

"Sebentar, minum obat dulu."

Renjana berusaha terduduk dengan keadaan sadar. Dan, Navier memberikan beberapa pil obat kemarin. Dan, Renjana pergi tidur kembali. Handphone Navier berbunyi. Ia segera melihat benda pipih itu.

Daddy calling

Tangannya langsung mematikan handphone. Ia sedang malas berhubungan dengan keluarganya. Lelaki itu pergi melihat TV. Navier iseng saja melihat berita. Tayangan TV zaman sekarang tidak ada yang bermutu.

Diberitakan nyonya Alvaro kecelakaan diduga akibat mabuk di jalan. Sekarang, ia sedang di larikan ke Rumah Sakit dan di interogasi oleh polisi.

Navier yang kesal langsung membanting semua barang di meja ruang tamu. Damn mom, can you not make trouble for just one day? I'm tired. Lelaki itu langsung berjalan menuju kamar untuk membangunkan Renjana.

"Ren, bangun yuk." bisik Navier.

"Hh-hah, kenapa?" Balas Renjana dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Bubu kecelakaan."

"What? Lo sakit kah?"

"Ren, gue serius."

Navier langsung memakaikan Renjana jaket tebal, syal, dan kaos kaki. Ia menggendongnya menuju mobil dan mendudukkannya di kursi depan beserta memakaikannya sabuk pengaman. Renjana masih lemas dan sakit, sehingga ia sangat bergantung dengan Navier.

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang