hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘
>>>
"Anak gue mana?" tanya Renjana yang sudah siuman dari tidurnya.
"Ini, namanya Jiro, ganteng kayak gue. Kalau ini Jira, cantik kayak mommynya." balas Navier yang menunjukkan Jiro.
"Gue mau dong gendong."
Navier langsung memindah tangankan Jiro kepada Renjana. Matanya langsung mengeluarkan liquid yang berupa kebahagiaan dan terharu.
"Jiro Jira sayang, mommy disini. Kalian lucu banget kayak daddy."
"Iya dong, siapa dulu daddynya."
"Kayak grandpa nya dong, cakep." sahut Jarvis yang tersenyum lebar.
"Anak gue, ya kayak gue lah."
"Lo anak gue bukan?"
"Udah, malah tengkar. Satunya udah tua bau tanah, satunya udah jadi bapak, sama-sama jadi bapak. Mendingan, kalau dilanjutkan, keluar." ujar Tyaga yang menengahi kedua insan itu.
Tiba-tiba, Jiro dan Jira menangis kencang. Sepertinya, anak itu peka dengan keadaan sekitar. Akhirnya, semua dominan itu pergi dari ruangan dan hanya menyisakan sang submissive di dalam. Renjana mendudukkan badannya dan menyusui Jiro.
"Lucu sekali seperti dirimu dulu, Ren." ujar Juno yang tersenyum lebar melihat pipi anaknya yang gembul.
"Seperti, Mahen dan Navier saat masih kecil. Mereka sangat kencang sekali menyedot susunya. Seperti akan kehabisan stok saja hahaha." tambah Tyaga yang gemas.
Setelah 3 bukan, Renjana kembali pulang ke rumah dengan Jiro dan Jira. Bubunya menyuruh dirinya tinggal dirumah bubu terlebih dahulu. Grandmanya itu sangat khawatir dengan Jiro, wajar cucu pertama bukan? Kebetulan saja, tiba-tiba hari ini, Navier manja tidak mau kerja.
"Ren, pusing."
"Eh, badan lo panas. Nggak usah kerja deh. Di rumah aja dulu, istirahat. Gue masakin bubur ya?"
Renjana turun sembari menggendong Jiro dengan kain batik yang Juno beli saat perjalanan bisnis dari Jogja. Jiro dan Jira tidak bisa ditinggalkan sebentar saja. Tiba-tiba, gendongannya menyenggol pegangan panci yang panjang dan tumpah mengenai tangan lelaki cantik itu. Kakinya langsung perlahan berjalan cepat menuju wastafel dan mengairi luka bakar tersebut.
Untung saja, buburnya tidak tumpah seluruhnya. Setelah 20 menit berlalu, lelaki itu menuangkan buburnya ke dalam mangkuk dan berjalan menuju kamar.
"Na, ayo makan dulu. Ini buburnya udah jadi."
Navier bangun dan istrinya itu membenarkan posisi bantal suaminya untuk posisi lebih nyaman. Ia menyendokkan satu persatu sesuap bubur. Setelah itu, menyiapkan obat dan mengompres Navier.
Jiro dan Jira yang kelaparan memberi tanda dengan menangis. Renjana langsung menyusui anaknya. Di satu sisi, ia harus mengawasi kondisi suaminya yang sakit itu. Secara tidak sengaja, Renjana tertidur dengan posisi terduduk sedang bersandar di meja lampu dan menyusui anaknya.
Di tengah malam, Navier terbangun hendak meminta air. Ia melihat Renjana yang tertidur dengan bersandar dan menggendong Jiro setelah mengganti popoknya di tengah malam.
"Ren, air."
Renjana yang mengantuk langsung menuang air teko yang ada di meja riasnya. Tangannya langsung memberikannya kepada Navier. Jiro dan Jira yang peka akan pergerakan mommynya, langsung menangis kembali. Istrinya langsung menggoyangkan perlahan anaknya sembari menyanyikan sebuah lagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Decision; jaemren.
Fiksi PenggemarBoy, you make me make bad decisions. >>> ⚠️ NO PLAGIARIZE PLEASE ⚠️ - MISSGENDERING. - mpreg. - bxb/humu. - harsh word. - lokal. - murni, own story. tidak ada unsur penjiplakan darimana pun. - non baku. - cover by pin. 🖇 jika ada saran dan kritik...