hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘
>>>
Renjana pingsan setelah malam yang panjang. Memang, Navier kasar sekali bermainnya. Lelaki itu seolah-olah berkata mengejek Renjana lemah. Apa kabar saat Navier terbangun ya? Apakah ia akan habis dibantai oleh Renjana? Ah, semoga tidak terjadi, seram sekali membayangkannya. Navier ikut tidur di sebelah Renjana, tidur sembari memeluk sang kesayangannya.
Di pagi harinya, Renjana terbangun dengan kepala yang cukup sakit. Ia tidak bisa bergerak seperti orang lumpuh. Suaranya sangat serak dan melihat Navier tidur dengan nyenyak di sebelahnya adalah sebuah ketidakadilan. Ia ingin menghabisi Navier sekarang, tetapi dirinya saja tidak bisa bangkit dari tidurnya.
"Naa, bangun." panggil Renjana.
Lelaki di sebelahnya langsung menyahut panggilan Renjana.
"Udah tidur aja, gue ngantuk." balas Navier sembari memeluk Renjana.
"Mau minum." pinta Renjana.
"Ambil sendiri, bisa kan?"
"Ya, lo pikir aja!"
Renjana memukul dada Navier dengan keras dan pergi berjalan dengan perlahan menuju dapur.
"Navier bajingan." batin Renjana.
Ia berjalan dengan tertatih-tatih. Bagian selatannya sangat sakit. Persetan dengan suaminya. Setelah meminum air rasanya sangat lega, bak gurun tandus yang di alirkan air. Navier turun ke bawah setelah kantuknya itu menghilang. Renjana mengabaikan Navier yang mencari makanan di kulkas.
"Ren, nggak masak? Laper..." tanya Navier.
"Masak sendiri!" balas Renjana yang masih sebal dengan Navier. Lelaki itu meninggalkan suaminya sendirian di dapur dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket.
"Kok marah sih, salah apa gue..."
Jujur, Navier tidak bisa memasak. Bagaimana caranya ia makan? Ah, sialan. Tanpa basa-basi, jarinya langsung mencari resep untuk memasak sarapan di pagi hari yang mungkin cukup menyenangkan? Ia langsung memotong bawang, menumisnya dengan bahan lain dan menyiapkan yang lainnya juga.
30 menit ia memasak, cukup lama. Padahal, ia hanya membuat 2 hidangan saja dan membuat kekacauan besar di dapur. Dapurnya terbakar seperempat akibat api kompor yang besar. Dan sisanya ? Penuh dengan sampah dan alat masak yang berceceran. Renjana yang sudah harum dan cantik turun dari lantai 2 langsung shock melihat dapur rumahnya seperti neraka.
"NA, LO APAIN DAPURNYA ANJIR?" teriak Renjana.
"Ya, gue laper. Lo suruh masak sendiri. Sini makan, gue udah siapin makanannya." balas navier.
Renjana menurut saja, orang hamil tidak mungkin membiarkan buah hatinya kelaparan bukan? Saat ia menyuapkan telur dadar buatan Navier ke dalam mulutnya, mulutnya langsung menolak telur tersebut.
"Ini telur dadar apa gudang garam, asin banget." ujar Renjana.
"Tadi tutup garamnya lepas, jadi masuk semua garamnya." balas Navier yang enjoy memakan masakannya.
"Gila lo? Mau bunuh anak kita?"
"Ya gimana, gue nggak bisa masak."
Renjana langsung membuang telur dadar tersebut dan memasakkan Navier sarapan. Setelah 30 menit berlalu, ia langsung meletakkan 4 hidangan di hadapan Navier.
"Ini, makan." perintah Renjana sembari melepas celemeknya.
Lelaki cantik itu duduk di depan hadapan Navier sembari memakan masakannya. Navier? Tentu saja, ia makan. Perutnya sudah bergejolak meronta-ronta meminta makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Decision; jaemren.
FanfictionBoy, you make me make bad decisions. >>> ⚠️ NO PLAGIARIZE PLEASE ⚠️ - MISSGENDERING. - mpreg. - bxb/humu. - harsh word. - lokal. - murni, own story. tidak ada unsur penjiplakan darimana pun. - non baku. - cover by pin. 🖇 jika ada saran dan kritik...