gone

798 99 8
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Air mengalir dari shower kamar mandi hingga lantai kamar mandi membasahi seluruh badan Navier. Lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang menutupi badannya. Renjana setengah sadar setelah kejadian tadi pagi. Ia merasa kotor. Seperti, jalang yang setelah di gunakan lalu dipakai kembali.

Renjana masih menatapi jendela kamarnya yang terlihat bintang-bintang bergemerlapan di malam hari. Pikirannya kosong seperti bola tanpa isi. Navier langsung turun ke bawah menuju dapur. Lelaki itu mengambil vodka di lemari penyimpanannya. Di teguknya perlahan-lahan melewati mulut dan menuju kerongkongan.

Renjana pergi menuju kamar mandi. Ia mengisi bathub dengan air dingin hingga penuh. Kakinya mulai melangkah masuk ke dalam bathub tersebut. Kepalanya pun ikut masuk ke dalam air. Rasanya sangat tenang, hening, dan tidak ada yang berisik di dalam kepala dan telinganya. Semakin lama, semakin nyaman rasanya.

Dari bawah, Navier pergi menuju kamar untuk mengganti pakaiannya. Ia tidak menemukan keberadaan Renjana di atas kasur. Lelaki itu langsung berlari menuju kamar mandi. Dan ya, Renjana mengapung di atas bathub. Navier langsung menggendong badan Renjana menuju kasur. Bibirnya sudah pucat karena terlalu lama berada di dalam air.

Ia memakaikan setelan sweater tebal agar badan Renjana tetap hangat dan tidak lupa menyalakan pemanas ruangan. Navier rasanya ingin marah, kenapa Renjana melakukan itu? Jika ingin mati tidak etis dengan cara seperti itu. Menyusahkan tim forentik saja. Ia pergi ke bawa untuk membuat teh hangat dan bubur buatannya untuk mengisi perut Renjana.

Renjana terbangun dengan merasakan sakit kepala yang berat. Melihat dirinya kembali di atas kasur membuat pikirannya memikirkan bahwa Navier mengetahui keberadaannya. Lelaki itu datang menuju kamar dengan teh dan bubur. Ia meletakkannya berada di meja lampu sebelah Renjana.

"Makan." perintah Navier.

Renjana hanya diam menatap jendela kamar. Ia tidak mengubris perintah Navier. Navier mengulang perkataannya dengan nada tinggi. Tetap saja, lelaki cantik itu tidak mengubris omongannya. Navier menggebrak meja lampu Renjana sembari berkata, "makan makanannya, nggak usah manja."

Renjana tetap tidak mendengarkan perkataan Navier. Tentu saja, Navier marah. Ia langsung membangunkan badan Renjana. Lelaki itu mengambil sesendok bubur dan menyuapkan paksa bubur itu ke mulut Renjana. Lelaki cantik itu langsung memuntahkan buburnya. Navier semakin kesal dengan Renjana yang membuat acara, muntah. Ia melempar mangkuk buburnya hingga pecahan kaca mangkuknya bertebaran.

"LO KENAPA SIH? SUSAH BANGET DI URUSIN. PAKE ACARA MUNTAH, MANJA NGGAK MAU MAKAN, SAMPE MAU BUNUH DIRI DI KAMAR MANDI? LO MAU BERHENTIIN KONTRAKNYA GITU KAN? SINI GUE AMBIL KONTRAKNYA, GUE SOBEK KERTASNYA SEKARANG!" bentak Navier.

Lelaki itu mengambil kertasnya yang berada di lemari brankasnya dan menyobeknya di hadapan Renjana. Renjana mulai menangis. Iya, ia lemah. Ia terus menerus menangis. Suasana hatinya sangat buruk.

"INI KAN YANG LO MAU? KONTRAKNYA UDAH GUE SOBEK, SEKARANG, LO PERGI DARI RUMAH GUE. ITU KAN YANG LO MAU? PERGI DARI SINI. KARENA LO NGGAK SUKA SAMA PERATURAN GUE KAN?" bentak Navier lagi.

Ia menghampiri Renjana yang menangis. Renjana tidak mengucap sepatah kata pun, hanya air mata yang turun dengan dada yang sesak bernafas.

"LO NGOMONG JANGAN DIEM AJA! BISU LO? NANGIS TERUS AJA YANG LO BISA SAMA BUAT MASALAH!" bentak Navier sembari mencengkram dagu Renjana dengan kasar.

Renjana terkejut dengan Navier yang menarik tangannya dengan paksa turun dari kamar dan mengusirnya keluar dari rumah. Renjana menggedor-gedor pintu rumah Navier dengan kencang. Ia berteriak sekencang mungkin memanggil nama Navier. Tetapi, lelaki itu pergi menuju kolam renang dan menenangkan dirinya.

Tiba-tiba, dari belakang, ada yang menyekap mulut Renjana dan membawanya pergi menuju suatu tempat. Renjana tidak sadar selama di perjalanan. Sesampainya di tempat tersebut, gudang, Renjana di rantai dan ditutup matanya. Jadi, percuma saja Renjana berteriak. Sialan, pasti ini kerjaan anak buah Mahen.

Ada 3 orang berjalan masuk dengan satu yang mendahului mereka berdua berjalan atau yang biasa di panggil pemimpin. Renjana tidak bisa melihat apapun. Ia sangat takut mendengar langkah kaki orang.

"Hai, manis. Gue udah nungguin lo lama banget, tapi malah jadian sama Navier." ujar sang pemimpin.

"Lepasin gue. Gue nggak mau disini!" balas Renjana sembari memberontak.

"Nggak semudah itu gue lepasin lo. Sekarang, lo sekarang jadi milik gue."

"NGGAK MAU! LEPASIN ANJING." bentak Renjana.

Renjana di seret kembali. Tolong selamatkan Renjana sekarang! Ia tidak mau di bunuh. Lelaki itu merasakan badannya di letakkan di atas kasur. Sialan, ia mau di perkosa?

"NAVIER, TOLONGIN GUE!" teriak Renjana.

"Percuma lo teriak, dia nggak bakalan datang." balas lelaki itu.

"Lo mau ngapain? Ngapain buka baju gue? Mau perkosa gue ya!" ujar Renjana.

"Tubuh lo itu terlalu mulus, jadi perlu sedikit hiasan."

Renjana merasakan pahanya di silet oleh sesuatu yang tajam, rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. Renjana harus menahannya.

"Bukankah ini sakit? Kenapa tidak berteriak saja? Oh, mungkin kurang. Gue kasih lebih banyak."

Kaki Renjana di hantam sesuatu yang berat. Kakinya remuk. Renjana hanya pasrah mengeluarkan air mata. Ia tidak bisa bergerak lagi. Batinnya hanya memanggil nama Navier.

🦊

"Kenapa nggak ada suara gedoran pintu lagi ya?" batin Navier.

Lelaki itu langsung berjalan membuka pintunya untuk melihat keadaan Renjana. Ternyata, Renjana tidak ada alias hilang?!

"Sialan, Renjana kemana!" ujar Navier.

Lelaki itu panik memakai mantel miliknya dan pergi menuju mobilnya. Sesampainya di mobil, Navier berpikir kembali. Untuk apa ia mencari Renjana? Bukankah hubungan mereka sudah selesai? Ah tidak, sebagai rasa kemanusiaan Navier. Navier takut di pukuli orang tuanya saat mendengar Renjana hilang. Ia pun menancapkan gas mobil dengan kecepatan tinggi.

🦊

Keadaan lelaki cantik itu sudah tidak baik atau bisa dikatakan kacau balau. Kain di matanya sudah basah karena air matanya. Kakinya penuh dengan darah segar. Sweater di badannya yang hanya tersisa di badannya. Sang pencuri atau bisa di katakan sang penyiksa Renjana datang membawa rantai. Ia memasang rantai tersebut di leher dan kaki Renjana.

Badan Renjana lemas tidak berdaya. Semua kakinya penuh dengan luka, tidak bisa berjalan pula karena di rantai. Rasanya sangat haus. Tenggorokannya kering karena banyak berteriak minta dilepaskan. Nyatanya, ia tidak kunjung dilepaskan.

Sang pemimpin pun mendatangi Renjana. Entah, setelah ini ia akan melakukan apa kepada lelaki mungil itu. Tiba-tiba, ia mencengkram leher Renjana hingga badannya melayang dari tanah. Tentu saja, Renjana sesak nafas. Ia hanya bisa menggoyangkan badannya sebagai tanda untuk menghentikan hal tersebut.

>>>

jangan jadi siders, kalau nggak nanti ku marahin sama renjun! baibai~

signed,
aksasenjaa

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang