save renjana

1.2K 130 3
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

"BOHONG! JANGAN BOHONG RENJANA! MOMMY NGGAK SUKA KAMU BOHONG!" bentak Juno.

"Renjana nggak bohong, mom." balas Renjana dengan ketakutan.

Lelaki itu melihat mommynya membanting semua barang di rumah. Ketakutan semakin menyelimuti dirinya. Renjana masuk ke dalam lemari pakaian. Ia menutup rapat lemarinya.

Dok! Dok! Dok!

Juno menggedor lemari pakaiannya. Renjana menelepon Navier berulang-ulang kali, tetapi lelaki itu tidak menjawab teleponnya. Sekarang, Renjana rasanya ingin mati saja. Rasanya, ia tak tahan setiap mommynya kambuh. Seandainya daddynya itu tidak pergi menuju luar kota.

Renjana berusaha untuk memberanikan diri membuka lemari pakaian. Lelaki itu membuka pintu lemari sedikit demi sedikit. Ia langsung memeluk mommynya yang menggila.

"Mommy jangan gini terus ya hiks... Renjana nggak bakalan hilang mom. Renjana selalu ada di hati mommy. Tolong jangan gini terus. Renjana capek mom hiks... Renjana sayang mommy oke?" ucap Renjana sambil menangis sesugukan menenangkan mommynya.

Juno perlahan melunak dengan perkataan anaknya itu. Ia mulai menangis haru. Rasanya badan lelaki itu tidak bisa di kendalikan saat kambuh. Rasa bersalahnya semakin tinggi dan menghantuinya.

"Maafin mommy, Ren." bisik Juno.

Selalu saja permintaan maaf itu kembali yang terlontar. Rasanya muak. Renjana tetap lelah. Tidak ada yang akan merubah dirinya walaupun mommynya meminta maaf beribu-ribu kali bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dad, Renjana rindu. Ayo kembali bersama, biar mommy sembuh!

Dan ya, pangeran kesiangan pun datang membuka pintu kamar. Ia datang dengan badan dan muka penuh dengan keringat. Nafasnya masih tersenggal-senggal seperti orang yang terbangun akibat mimpi buruk. Navier berlari menuju Renjana.

"Ren, nggak papa? Nggak ada yang luka kan? Maaf gue terlambat, sayang." tanya Navier sambil memegang muka Renjana.

"Navier telat! hiks hiks..." balas Renjana dengan air mata berderai.

Ia memeluk erat Navier. Menumpahkan semua ketakutan, kecemasan, dan kegelisahannya. Sedangkan Juno, ia di ajak keluar kamar dan dicegah oleh Haedar. Kebetulan saja tadi saat di jalan, Navier kepikiran untuk menelepon Haedar.

"Ayo keluar, mau pulang?" tawar Navier sambil tersenyum melihat Renjana.

"A-ayo..." balas Renjana dengan sisa tangisannya.

Navier pun menggendong Renjana di punggungnya sambil menutupi badan Renjana dengan jaketnya. Haedar menelepon orang tuanya untuk mengurus Juno. Sepertinya, Juno lebih parah daripada sebelumnya.

🦊

Renjana duduk di depan dengan selimut yang menutupi badannya. Tatapan lelaki itu masih kosong. Dirinya masih shock dan trauma akan hal itu. Navier cukup sedih melihat Renjana yang seperti itu. Hari-hari indahnya tertutupi oleh banyak masalah keluarga. Ya, seperti itulah mereka berdua. Mungkin bom waktu akan menyelesaikan semua masalah mereka berdua.

"Ren, mau susu coklat?" tanya Navier sambil menyetir mobil.

"Nggak." balas Renjana dengan cuek.

Navier menghela nafas untuk meluapkan segalanya. Keheningan mulai menyelimuti mereka berdua. Tiba-tiba, Ia menggenggam tangan Renjana dengan erat.

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang