spoiled

689 79 3
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Acara pernikahan mereka sudah selesai. Badan Renjana rasanya remuk. Dirinya hanya ingin tidur. Navier masih berkumpul dengan Archel, Mahen dan kawan geng lainnya. Renjana hendak mengganti bajunya dan gejolak mualnya mulai kembali. Dirinya memuntahkan seisi perutnya dan mengenai pakaian beserta karpet kamar.

Ia menangis seperti anak kecil yang sehabis memuntahkan makanannya. Orang hamil memang sangat sensitif. Jadi seperti merawat dua bayi. Navier yang mendengar bayi kecilnya itu menangis segera menghampirinya.

"Kenapa kenapa?" tanya Navier.

"Renjana muntah di karpet..." balas Renjana sembari menangis.

Astaga, hanya muntah saja menangis kencang.

"Ya udah, ganti baju dulu sana. Nanti, gue bersihin karpetnya, oke?" balas Navier.

"Nggak mau, gantiin bajunya!" pinta Renjana dengan manja.

"Sini sini, gue ambilin piyamanya dulu."

Navier mengambil salah satu piyama Renjana di dalam lemari. Ia memakaikannya kepada Renjana dan sesuai kebiasaan Renjana, ia juga mengoleskan minyak telon ke perut dan ujung kaki Renjana. Lalu, meletakkan karpetnya ke dalam mesin cuci.

"Tidur ya? Gue mau ke depan dulu." ujar Navier.

"Nggak mau, temenin." balas Renjana.

"Tapi, gue di tungguin, Ren."

"Ya udah, sana pergi!"

Dengan bodohnya Navier pergi meninggalkan Renjana sendirian di kamar dan mengikuti temannya untuk balapan. Renjana tentu saja kesal. Dari dulu, Navier sukanya balapan terus. Hei sekarang, ia sudah menikah. Bukannya harusnya lelaki itu menjalankan tanggung jawabnya sebagai daddy? Seperti Jarvis.

🦊

"NA, GILA LO HARUSNYA LO TEMENIN RENJANA! LO NGGAK MIKIR APA DIA KALAU KENAPA-KENAPA?" bentak Jeje.

"Bodoh amat, menurut gue mau nikah atau nggak sama aja." balas Navier yang sibuk mengecek keamanan motornya.

"Tau gitu, gue aja yang nikah sama Renjana." gumam Jeje.

"Jaga mulut lo, mau gue lempar sama kunci inggris?" balas Navier yang mendengar gumaman Jeje.

Jeje dan Navier memulai balapannya. Dan, kak Mahen sengaja mendatangi arena balapan juga. Entah, firasat Mahen tidak enak saja, ternyata benar. Ia melihat adiknya yang malah balapan meninggalkan Renjana sendiran di rumah. Mahen langsung duduk memperhatikan adiknya itu yang turun dari motor dan hendak berjalan mengambil minuman.

"Capek banget padahal cuma mutar-mutar di arena." ujar Navier.

"Iya, sampai-sampai lo lupain Renjana sendirian di rumah, padahal lagi hamil." balas Mahen.

"EH KAK MAHEN, NGAPAIN LO KESINI?" tanya Navier yang terkejut.

"Firasat gue nggak enak, ternyata bener. Adik gue yang goblok ini ninggalin istrinya yang lagi hamil sendirian di rumah."

"Apaan sih, cuma balapan doang nggak mabuk gue."

"Lo nggak takut Renjana pingsan atau ada kecelakaan lainnya? Lo kira nikah cuma buat anak lo punya ayah gitu?"

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang