shock

856 93 6
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Renjana langsung di banting dari cengkraman sang penculik. Ia menghirup udara sebanyak mungkin karena nafasnya yang dihentikan oleh cengkraman tadi. Lelaki itu langsung meninggalkan Renjana kembali sendirian di gudang. Renjana mencari akal untuk membuka ikatan tangannya. Terdapat aquarium ikan di sebelahnya. Ia menggoyangkan kaki meja agar aquarium jatuh.

Setelah percobaannya, akhirnya berhasil pecah. Renjana berharap suaranya tidak sampai di telinga sang penculik, atau dikenal oleh Renjana sebagai Jeje. Ia langsung membuka ikatan tersebut dengan serpihan kaca yang besar. Ketakutannya semakin besar saat mendengar ada langkah kaki dari luar gudang. Akhirnya, ikatannya terbuka! Renjana hendak mencari pin rambutnya. Dan ya, ia menemukannya.

Mengapa bisa ada pin rambut di rambutnya? Poni Renjana sangat menggangu sehingga membuat Renjana memasang pin pada poninya agar tidak mengganggu pengelihatannya. Ia berusaha membuka rantai lehernya terlebih dahulu setelah itu kedua kakinya. Di saat rantai yang terpasang tersisa satu di kaki kanan, Renjana ketauan oleh Jeje. Lelaki itu semakin panik, takut Jeje semakin mematahkan kakinya.

"Mau kabur ya?" tanya Jeje.

"Lo gila, lo sinting!" balas Renjana.

"Ucapan lo itu ngebuat gue bahagia." balas Jeje.

Renjana mengambil serpihan kaca tadi sembari menodongkannya menuju Jeje. Tangan lelaki cantik itu bergemetar sembari berkata, "jauh-jauh dari gue atau gue tusuk lo pake kaca."

"Aduh, gue takut banget ditusuk." balas Jeje sebagai candaan.

Renjana langsung melepas rantai terakhirnya dan berusaha untuk berdiri dengan kakinya yang rasanya sangat remuk dan sakit sekali. Jeje tidak segan-segan untuk mendekati Renjana. Lelaki itu semakin tertantang saat Renjana berjalan. Jeje langsung menarik sang pujaan hatinya menuju pelukannya.

"Lo nggak boleh pergi, lo punya gue. Nggak boleh kemana-mana!" kata Jeje.

"Lepasin gue, lo itu gila." balas Renjana sembari memukul kasar Jeje.

"Gue emang gila, gila karena lo. Lo perfect di mata gue. Gue juga tau hubungan lo sama Navier cuma sekedar fwb. Mendingan, lo disini. Gue beneran cinta sama lo, nggak kayak si Navier." jelas Jeje.

"Nggak, gue cinta sama Navier bukan lo. Lepasin gue, hilangin semua obsesi lo ke gue! Lo makin nggak waras." balas Renjana sembari melepas paksa pelukan Jeje.

Renjana dengan kejam, mendorong Jeje hingga kepala Jeje terbentur oleh kayu. Pandangan Jeje langsung buram akibat benturan keras tadi. Lelaki cantik itu langsung berusaha keras berlari keluar dari gedung tersebut.

Di luar gudang, ia menangis sekencang-kencangnya. Ia berhasil keluar dengan tangannya sendiri. Renjana membalikkan pandangannya menuju Jeje sembari berkata, "maafin gue, Je. Gue kasar. Tapi nyatanya memang gue nggak bisa nerima obsesi lo yang gila. Semoga lo nemuin yang lebih baik dari gue."

Renjana berusaha mencari jalan pulang. Ia berjalan hanya dengan atasan sweaternya yang menutupi hingga pahanya. Rasanya ingin putus asa, tetapi demi rumah, ia rela kesakitan.

🦊

Di pertengahan jalan, Navier melihat Renjana yang seperti akan pingsan. Ia langsung menghentikan laju mobilnya dan turun menghampiri Renjana. Badan Renjana di angkat ke dalam mobil bagian kursi depan sebelah supir. Navier langsung mengambilkan botol minum berisikan air segar untuk Renjana.

Tentu saja, lelaki itu langsung merebut botol tersebut dan menghabiskannya hanya dalam beberapa detik. Navier mengambil selimut di kursi mobil bagian tengah dan menutupi kaki Renjana. Tidak lupa lelaki itu menyalakan penghangat mobil.

"Lo kenapa bisa di culik? Lo buat drama kan biar gue nyariin lo? Wah, gila banget." ujar Navier.

"...."

Renjana hanya hening tidak membalas ucapan Navier yang terlalu menyakitkan itu. Dadanya sudah sesak menahan ucapan Navier. Air matanya jatuh kembali. Memendam emosi hanya membuat air matanya jatuh kembali. Iya, ia lemah. Bayangkan saja, kalian di posisi Renjana di culik dan disiksa lalu dituduh yang tidak-tidak.

"Lo jawab pertanyaan gue. Bisanya nangis terus. Ren, gue nggak bisa paham kalo lo nangis terus. Mendingan, lo turun dari sini kalo lo masih tetep nangis." jelas Navier.

Renjana meraih tangan Navier. Ia menggenggamnya dengan erat. Seperti, genggaman tangan itu sudah mengatakan semua yang ia rasakan.

"Lepasin tangan gue sebelum lo jelasin semuanya. Mau lo apa?" kata Navier sembari melepas genggaman tangan Renjana.

"Gue benci sama lo, benci banget. Siksa gue terus sampai gue mati. Harusnya tadi, gue nggak keluar dari gudang. Harusnya, gue sama Jeje bukan sama lo yang brengsek." balas Renjana. Ia memukul Navier dengan keras.

"Oh, lo seneng sama Jeje?" balas Navier dengan singkat.

"LO ITU KENAPA SIH? LO TANYA GUE KENAPA, LO NGGAK LIAT GUE MAU MATI? GUE DI PUKULIN, NA. MATA LO BUTA APA GIMANA SIH? MAU JELASIN GIMANA?! LO SEBENCI ITU SAMA GUE SAMPAI HATI LO KETUTUP SAMA KEBENCIAN LO SENDIRI!" teriak Renjana. Ia terus-menerus memukuli kepalanya. Ia muak, sangat muak.

"Sekarang, lo keluar dari mobil gue. Kita udah nggak ada hubungan apa pun. Gue udah capek banget liat drama lo." balas Navier.

Renjana keluar sembari membanting pintu mobil Navier dengan keras. Emosinya meluap tinggi. Mengapa Navier berubah? Kenapa sekarang ia menjadi emosian? Bukan Navier yang Renjana kenal. Lelaki itu meninggalkan Renjana sendiran di tengah jalan dengan terik matahari yang panas dan terang.

Lelaki cantik itu rasanya mual. Rasanya ingin muntah. Panasnya matahari membuat kepalanya sangat pusing. Ia berjalan mencari taksi dengan badan yang sempoyongan. Renjana berjongkok sebentar untuk menenangkan dirinya. Tiba-tiba, rasanya panas mataharinya berkurang? Navier datang kembali untuk menjemput Renjana. Iya, Navier benar kembali menjemput Renjana.

"Ayo pulang."

🦊

Sepanjang perjalanan, Renjana tertidur. Navier terus-menerus menghela nafas panjang. Anger issues nya mulai kambuh secara tidak sadar. Lelaki itu membelokkan mobilnya menuju rumah sakit. Ia menggendong Renjana sembari menutupi kaki Renjana dengan selimut. Itu aset milik Navier! Tidak boleh ada yang melihatnya selain Navier.

Mereka pun masuk menuju tempat pendaftaran dan mengantri masuk menuju UGD. Setelah menunggu giliran, akhirnya Renjana di obati lukanya dan Navier menunggu di luar. Saat dokter menghampiri Navier setelah memeriksa keadaan Renjana, Navier terkejut mendengar perkataan sang dokter, atau temannya yang sedang mendapat shift pada jam tersebut, Archel.

"Na, lo nggak bilang kalau lo udah jadi bapak?" ujar Archel.

"Hah, ngomong apa sih lo. Nggak jelas banget." balas Navier.

"Loh, lo nggak tau kalo Renjana lagi hamil?"

Navier diam membeku. Apakah ia harus senang atau sedih? Kenapa Renjana tidak memberitahukan dirinya? Sekarang, Renjana masih terbaring lemah di atas bed dengan selang infus vitamin. Sekarang, apa yang Navier lakukan?

>>>

jangan jadi siders, kalau nggak nanti ku marahin sama renjun! baibai~

signed,
aksasenjaa

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang