punishment

962 93 5
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Di sepanjang perjalanan Mahen menghela nafas panjang. Ia sudah berpikiran yang aneh-aneh. Apakah Haedar merusakkan mobilnya? Apakah Haedar kecelakaan? Mengapa lelaki itu tidak mengabari dirinya? Ash, sudahlah! Mahen pusing memikirkannya.

Sesampainya di pantai, Mahen melihat mobilnya terparkir mulus di tempat parkiran mobil. Oke, beban pikiran Mahen berkurang satu. Sekarang, mereka harus mencari restoran bakaran tempat kedua kekasihnya itu berada.

Di restoran bakaran, Haedar menangis sesugukan sembari meminum bir kalengan miliknya.

"Mahen huuu... Haedar kangennh." ujar Haedar dengan keadaan setengah sadar.

"Navier hiks Renjana kangen, ayo jemput Renjana." kata Renjana sembari menelpon Navier.

Sudahlah, mereka tidak jadi melarikan diri. Buktinya sekarang mereka menangis merindukan sang kekasih masing-masing. Dan berakhirlah Navier dan Mahen menemukan Haedar dan Renjana.

"Haedar, ayo pulang." ujar Mahen sembari hendak menggendong Haedar. Seketika, Haedar menolak gendongan Mahen. Lelaki itu berkata, "Ih nggak mau, kak Mahen pasti nggak dateng. Soalnya, kak Mahen marah sama Haedar. Lo bukan kak Mahen!"

Sedangkan Renjana? Lelaki itu masih menangis memanggil Navier di teleponnya sembari mengigau tidak jelas. Navier hanya bisa mengurut dadanya.

"Ren, ayo pulang." ajak Navier.

"Mau es krim..." gumam Renjana.

Renjana di gendong ala bridal style oleh Navier. Wajah cantiknya itu tertutupi oleh rambutnya yang hitam kontras dengan putih. Mahen menyeret Haikal yang memegang botol alkohol. Alhasil, Mahen pulang menggunakan mobil yang dikendarai oleh Haedar tadi dan Navier menggunakan mobilnya sendiri.

Di dalam mobil, Haedar menangis sembari mengigau tentang Mahen. Sedangkan Renjana? Lelaki itu kepanasan hingga memaksa membuka kaos oblongnya. Navier yang menahan tangan Renjana untuk tidak membuka kaosnya.

"Panassh... buka." ujar Renjana.

"Lo ngadi-ngadi aja mau buka kausnya! Ini ac mobil juga udah tinggi." balas Navier.

"Semoga aja, Renjana nggak buka kaosnya... bahaya banget..." batin Navier.

Renjana melepas kausnya. Oke, Navier tidak aman. Damn, kenapa Renjana melakukannya. Navier lagi nyetir mobil...

"RENJANA, PAKAI KAUSNYA ANJIR. INI MASIH DI JALAN. KELIATAN ITU DADANYA." bentak Navier.

"Nggakk! Renjana kepanasan." balas Renjana dan lelaki itu mulai tidak sadar atau alam bawah sadarnya sudah mengambil ahli.

Navier menelan air liurnya sembari menutup badan Navier dengan selimut miliknya. Lelaki itu selalu menyimpan jaket, selimut, bantal, dan lainnya untuk berjaga-jaga akan terjadi seperti ini. Lelaki idaman, bukan? Buktinya milik Renjana.

🦊

Sesampainya di rumah, Navier langsung menidurkan Renjana di kamar. Lelaki itu mulai membasuh muka, kaki dan tangan Renjana dengan kain hangat. Menggantikan pakaiannya dengan piyama dan terakhir menyelimutinya hingga menutupi lehernya. Seperti mengasuh anak, bukan?

Setelah itu, ia mengganti bajunya dan hanya mengenakan celana pendek. Badannya langsung menempel di atas kasur sembari memeluk Renjana. Bibirnya berulang kali menciumi kepala Renjana.

Di rumah Mahen, Haedar tertidur lelap di gendongan Mahen. Ia juga melakukan rutinitas yang sama dengan Navier. Mulai dari membasuh badan Haedar sampai menarik selimut hingga leher kekasihnya. Jujur saja, Mahen melihat perilaku Haedar yang suka marah dan labil, cukup lelah. Tetapi, ia tidak bisa marah dengan Haedar karena semua lelahnya itu terbayar dengan keimutan Haedar.

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang