past

779 88 1
                                    

hello, don't forget to click the star and turn on the comment! thank you⚘

>>>

Haedar menjatuhkan badannya di atas sofa dengan keras. Sofa itu perlahan basah, basah akan air matanya yang terus menerus terjatuh. Johan dan Thena sedang bertengkar. Mereka berdua bertengkar dan ujungnya mereka menyalakan Haedar kembali.

Kalian pikir Mahen akan pulang begitu saja? Tentu tidak, lelaki itu melihat keanehan dengan sikap Haedar yang tiba-tiba pemarah dan memukulinya dengan brutal. Mahen melihat Haedar menangis tanpa ada suara yang keluar. Ia tau rasanya, karena ia juga pernah merasakannya dengan Navier.

Jujur saja, menangis tanpa suara lebih sakit daripada saat mengeluarkan suara. Mahen mencoba membuka pintu basecamp kembali dan menghampiri Haedar.

"Hei dude, are you okay? Let me hug you. Forgive me..." bisik Mahen sambil menggoyang badan Haedar.

Haedar cepat-cepat mengusap air matanya dan membalikkan badannya dengan senyuman di wajahnya.

"Ah, Mahen? Kenapa masih disini? Kan, lo nggak suka sama gue." tanya Haedar.

"Sini peluk gue dulu." perintah Mahen.

Haedar memeluk Mahen dengan erat. Eratan itu menunjukkan saksi betapa sakitnya ia yang menjadi korban kedua orang tuanya.

"Sekarang tutup mata lo, tumpahin semuanya." perintah Mahen kembali.

Air itu mulai merembes kembali dari matanya. Haedar berteriak sekencang-kencangnya.

"Kenapa gue yang di salahin? Gue capek, mau semuanya diem." gumam Haedar.

"It's okey baby, let it go. Cry all you can. I'll be with you until it's all gone, dear." bisik Mahen.

Mahen mengelus kepala dan punggung Haedar dengan bergantian. Sentuhan lembut itu membuat Haedar mengantuk, sangat mengantuk. Lelaki manis itu tertidur di pelukan sang dominan. Atau bisa di bilang kekasihnya di masa depan.

🦊

Haedar meraba-raba sekitarnya dengan keadaan mata yang masih menutup. Lelaki itu baru saja terbangun dari tidurnya. Kenapa ia merasakan ada yang keras? Haedar perlahan membuka matanya, ia melihat dada Mahen berada tepat di hadapannya. Sialan, dirinya tertidur di pelukan Mahen. Haedar hendak pergi dari pelukan Mahen di hentikan oleh sang dominan.

"Jangan pergi, di sini dulu. Gue masih ngantuk." ucap Mahen dengan suara serak.

Jantung Haedar rasanya tidak tenang. Rasanya jantung Haedar akan lepas dari badannya. Detak jantungnya semakin tidak beraturan saat Mahen mengusak rambutnya.

"Sialan, nggak usah sentuh-sentuh kepala gue." ucap Haedar dengan nada marah.

"Halah, suka aja kan lo di gituin juga? Sok keras lo padahal juga, aslinya butuh gue." balas Mahen.

"Bacot."

Mahen langsung memegang kedua sisi pipi Haedar. Jantung Haedar mau lepas sekarang juga. Pipinya mulai memanas akibat tangan Mahen. Tiba-tiba, Mahen mendekatkan wajahnya menuju hadapan Haedar. Sialan, Haedar rasanya akan mati akibat perlakuan Mahen.

"Lo mau ngapain? Jauh-jauh dari mmphh..." ucapan Haedar terputus oleh bibir Mahen.

Sang dominan semakin melumat bibir sang submissive. Lidah mereka saling sibuk mengabsen gigi di mulut mereka. Tangan Mahen mulai turun dari leher menuju dada Haedar, perlahan membuka kancing baju Haedar, sampai-sampai, sang submissive kehabisan nafas dan mendorong sang dominan.

"Anjing gila lo!" seru Haedar.

"Manis rasanya. Mau lagi nggak?" tanya Mahen.

"Wah, otaknya udah geser ini gegara jatuh pas balapan motor."

Haedar langsung berdiri mengambil tasnya dan pergi dari basecamp. Mahen masih duduk di sofa dengan keadaan yang cukup rumit. Lelaki itu masih memikirkan tentang ciuman yang di sengaja (?) Oleh dirinya. Haedar mendumel sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya.

Saat di rumah, Haedar di suguhi oleh ayahnya, Johan, sedang duduk di ruang tamu dengan rotan di tangannya. Haedar hafal betul kelakuan daddynya yang kasar, entah kepadanya atau mommynya.

"Habis dari mana kamu hah?! Nggak ingat rumah? Pergi aja kamu dari sini!" bentak Johan.

"Dad, mommy mana?" tanya Haedar dengan santai padahal, jantungnya berdebar tanpa irama yang beraturan.

"Kamu masih ingat sama si bajingan itu? Memang sama seperti anaknya, tidak tau di untung." balas Johan sambil berjalan menuju Haedar.

"Daddy pasti mukulin mommy lagi kan! Cukup dad, daddy udah gila, bukan manusia lagi."

"Kamu berani ngajarin saya? Huh?!"

Johan langsung melayangkan rotan itu menuju punggung Haedar. Haedar langsung tersungkur jatuh ke atas lantai. Ketika ia hendak berdiri dari jatuhnya, daddynya mulai melayangkan ribuan pukulan kepada dirinya. Rasa sakit itu sudah hilang. Badannya tidak bisa merasakan apa pun, sudah terbiasa ia di pukuli seperti itu. Hatinya lebih sakit lagi daripada pukulan sang daddy.

Setelah Johan puas memukuli Haedar, ia pergi meninggalkan rumah dan pastinya lelaki itu pergi menuju bar. Haedar terkulai  lemas di lantai, punggungnya kebas, tidak bisa merasakan apa pun. Hatinya sangat ingin memeriksa Thena. Ia berusaha untuk bangkit dari lantai dan berjalan menuju kamar mommynya.

"Mommy? Mommy?" panggil Haedar, tetapi Thena tidak menyahut panggilan Haedar sama sekali. Lelaki itu semakin masuk ke dalam kamar mommynya dan suprise, ia menemukan Thena terkulai lemas di atas lantai dengan kepala yang bersimbah darah. Panic attacknya mulai bereaksi melihat Thena. Dadanya mulai sesak nafas. Rasanya, ia tidak bisa berpikir jernih. Haedar langsung menggoyangkan badan Thena, untuk membangunkan mommynya itu.

"Mommy? Bangun. Mom? Bangun. Mom, ayo bangun. Haedar tidak mau sendirian di sini." ucap Haedar sembari merintikkan air mata dengan deras seperti hujan.

Lelaki itu langsung menelepon Mahen. Ia tidak tau harus meminta tolong kepada siapa. Pikirannya kacau balau melihat Thena yang tidak sadarkan diri dengan darah di kepalanya.

"Mahen? Mommy nggak sadar. Gue harus gimana? Cepet kesini!"

"Lo sharelock ke gue alamat rumah lo."

"Udah, cepetan kesini!"

"ASAP, Babe."

Mahen langsung menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak sampai 10 menit, ia pun sampai di depan rumah Haedar. Mahen buru-buru berlari masuk ke dalam. Lelaki itu meneriakkan nama Haedar berulang kali.

"HAEDAR! DIMANA LO? HAEDAR!"

Haedar langsung menyahut panggilan Mahen, "GUE DI ATAS, HEN. DI KAMAR MOMMY."

Mahen naik menuju ke atas dan membuka pintu kamar Thena. Ia melihat Haedar duduk dengan tatapan kosong di sebelah Thena. Lelaki itu cepat-cepat menggendong Thena dan menggandeng Haedar menuju mobil. Haedar terdiam dengan tatapan kosong saat duduk. Batinnya seperti sedang bertarung satu sama lain dengan pikirannya.

"ADA DOKTER DISINI?" Teriak Mahen.

Para suster dan seorang dokter langsung lari menghampiri Mahen dan memeriksa keadaan Thena.

"Haedar, lo tidur di sini. Gue panggilin dokter lain." Perintah Mahen.

Haedar menggelengkan kepalanya dan menggenggam erat tangan Mahen. Mahen yang prihatin dengan keadaan Haedar langsung menggendong kekasihnya itu layaknya koala. Mahen pun menemukan dokter. Dokter itu langsung mengobati Haedar di ruangannya. Haedar diam menahan sakitnya semua luka-luka itu saat dokter mengobatinya.

>>>

jangan jadi siders, kalau nggak nanti ku marahin sama renjun! baibai~

signed,
aksasenjaa

Bad Decision; jaemren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang