Saat sedang asik mengobrol dengan kedua anaknya, ansel melihat Gavin yang baru saja keluar dengan menggendong jiel. Wajah ansel bertambah khawatir ia takut kalau anaknya kenapa-napa. Arsen dan bagas yang melihat wajah khawatir sang ayah pun langsung membalikkan badannya untuk melihat apa yang terjadi. Seketika mata mereka berdua membulat saat melihat sang adik sudah lemas di gendongan gavin.
Ansel sedikit berlari mendekat ke arah Gavin. Diraihnya tubuh lemas jiel agar berpindah pada gendongannya. Jiel yang masih lemas pun hanya pasrah saat digendong sang ayah padahal dirinya sedikit malu saat dilihat beberapa maba yang lewat. Bagaimana tidak malu kalau sang ayah menggendong dirinya didepan seperti bocah berusia 5 tahun.
"Vin ini adek kenapa" tanya arsen to the poin.
"Eung i-itu jiel tadi ngantuk jadi gue gendong ajah deh. Dari pada dipaksa jalan trus nabrak kan nggak lucu hehee" ucap gavin diakhiri dengan tertawa garing.
Sebelum keluar tadi jiel sempat mengancam Gavin agar tidak memberi tahu ayahnya kalau tadi jiel sempat dihukum. Gavin langsung menurut karna jiel mengancam kalo Gavin tidak menurutinya maka ia tidak boleh bertemu atau berbicara pada jiel selama kurun waktu yang tidak ditentukan. Jadi dari pada gavin galau lebih baik menuruti perintah tuan muda kecilnya.
Ansel memilih untuk pergi menuju mobil karna ansel yakin anak nya sedang tidak baik baik saja.
"Lo nggak bohong kan vin" Bagas bertanya seraya memicingkan matanya. Gavin terlihat gugup tapi ia mencoba setenang mungkin.
"Enggak bang" jawab Gavin cepat.
"Oke gue percaya tapi kalo lo bohong gue sentil dua biji lo" gavin reflek menutupi aset negara nya saat mendengar ucapan arsen.
"Dah lah skuy pulang dah sore nih. Eh lo pulang sama siapa vin. Tadi gue sempet liat abang kembar udah pulang" tanya bagas.
"Emang anjim tuh abang gue disuruh nungguin malah ditinggal awas ajah nanti gue aduin ke Daddy" Bagas dan arsen tertawa pelan.
Gavin itu sebenarnya sebelas dua belas sama jiel, sama-sama imut tapi badan gavin yang mirip Mike Tyson membuat kadar ke imutan gavin sedikit berkurang. Intinya gavin ini tipe wajah bebelac badan L-Men.
"Ya udah lo pulang sama kita ajah" gavin mengangguk.
"Bang, kak" panggil Gavin membuat langkah mereka berdua terhenti. Bagas mengangkat satu alisnya seolah mengatakan 'kenapa'.
"Laper hehehe" Bagas dan arsen memutar bola matanya malas.
"Ya udah nanti kita mampir ke McDonald's"
"Ke rumah makan Padang ajah kak. Gue lagi pengen makan sayur nangka sama krupuk jengkol"
"Ide bagus vin skuy lah gue juga lagi pengen makan nasi Padang" ajak bagas dengan semangat. Mereka berdua berjalan dengan riang meninggalkan arsen yang masih melongo.
Sedangkan didalam mobil, ansel sedang merebahkan tubuh jiel dikursi samping kemudi dan mengaturnya agar sedikit rendah. Ansel memposisikan tidur jiel sebaik-baiknya agar jiel nyaman.
"Ayah" panggil jiel lirih.
"Iya sayang" jawab ansel seraya memandang wajah jiel.
"Pengen peluk" Ansel terkekeh, tanpa menunggu lama Ansel langsung memeluk tubuh kurus jiel. Mengusap punggung kecil jiel dan sesekali mencium kepalanya.
"Capek banget ya nak ospeknya" jiel mengangguk.
"Capek tapi seru"
"Oh iya, trus tadi dihukum nggak kan adek tadi pagi terlambat" ucapan Ansel membuat Jiel kebingungan, antara dia jujur atau berbohong. Jika dirinya berbohong dia takut dosa tapi kalau jujur pasti ayah nya akan melarang jiel untuk mengikuti kegiatan ospek lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
Ficción GeneralLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂