Jiel sedang tertidur sendirian di kamar rawatnya karena Ansel baru saja keluar untuk membeli sesuatu. Adit dan Tania juga sudah pulang ke mansion sekitar 30 menit yang lalu.
Pintu kamar jiel terbuka dan bertepatan dengan jiel yang tiba-tiba bangun dari tidur nya.
"Ayah" panggil jiel dengan suara pelan.
Jiel mengusap matanya agar sedikit fokus, saat di rasa sudah ia melirik sekitar untuk mencari ayah nya tapi tidak menemukan nya. Tapi jiel langsung tersenyum saat mendengar suara langkah kaki tapi senyum jiel seketika luntur dan berganti dengan ekspresi wajah yang ketakutan.
Jiel langsung mendudukkan tubuhnya dan menarik selimut untuk ia peluk dan menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan. Karena bukannya sang ayah yang ia lihat melainkan bundanya.
Ketakutan jiel semakin bertambah saat bundanya berjalan ke arahnya. Badan jiel mulai gemetar dan berkeringat, ia berharap ayahnya segera hadir dan melindungi nya.
Tubuhnya semakin tidak karuan, pikirannya mulai membayangkan saat ia di seret kedalam gudang oleh bundanya. Deru nafas jiel pun semakin memburu membuat dada nya mulai sesak.
"Sayang" panggil putri seraya berjalan dengan perlahan mendekati jiel.
Jiel semakin ketakutan mendengar suara itu, suara yang dulu sangat ia sukai tapi ntah kenapa sekarang suara itu menjadi sangat menakutkan.
"J-jangan bu-bunda hiks ji-jiel gak salah ji-el gak sengaja hiks jangan hu-hukum jiel" gumam jiel seraya menangis.
Langkah putri seketika terhenti saat melihat putra bungsu nya yang ketakutan saat melihat dirinya. Putri juga mendengar dengan jelas apa yang anaknya ucapkan tadi.
Air mata putri tiba-tiba menetes, ternyata perbuatannya sangat fatal sampai membuat putranya trauma.
"Sayang ini bunda" putri kembali melangkahkan kakinya. Ia sangat merindukan putra bungsu nya jadi ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, karna jika ada Ansel dirinya pasti akan dilarang bertemu dengan jiel.
Melihat sang bunda kembali mendekat membuat jiel tanpa sadar bergeser ke pinggir.
"Ja-jangan hiks ayah hah ayah hiks" jiel berteriak memanggil ayahnya tapi tetap saja ayahnya belum juga muncul.
"Maafkan bunda sayang hiks bunda menyesal tolong maafin bunda" jiel menggeleng brutal.
"G-gak AYAH" jiel berteriak.
Jiel terus memundurkan tubuhnya sampai ia terjatuh dari ranjang dan tangan nya mengeluarkan darah karena jarum infus yang tercabut dengan paksa.
"Ya ampun jiel" putri berlari ke arah jiel dan ingin menolongnya tapi jiel menepis tangan putri.
"Pergi jangan hukum aku hiks pergi" jiel melemparkan barang apapun yang berada di dekat nya.
"Hiks sayang maafin bunda" putri terus berucap maaf.
"Hiks ayah, ayah hah AYAH" jiel berteriak. Nafasnya mulai memberat akibat menangis, tubuhnya pun mulai melemas.
Jiel masih berharap jika ayahnya akan menolongnya saat ini.
Putri mengusap air matanya dan kembali memberanikan diri mendekati anaknya lagi "Ayah nya lagi keluar sayang, sini sama bunda dulu yuk"
"Gak, jangan mendekat hiks ayah" suara jiel semakin lirih.
"Maafin bunda sayang hiks bunda ja-"
Brakk
Belum juga putri menyelesaikan ucapannya terdengar suara pintu yang di banting sangat keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂