Part 13

991 180 51
                                    

Ansel dan kedua anaknya sedang duduk di kamar si bungsu. Jiel terus terdiam saat mengingat kejadian tadi pagi sedangkan Ansel sibuk mengobati kedua tangan anaknya karna Ansel baru menyadari jika tidak hanya tangan kanan sang anak yang terluka melainkan tangan kirinya juga melepuh dan memerah.

Sampai saat ini hati Ansel masih geram saat mengingat perlakuan istrinya pada si bungsu. Ia tidak terima jika anaknya diperlakukan tidak adil hanya karena anak yang bukan darah dagingnya sendiri.

Dulu Ansel memang menganggap Bagas seperti anaknya sendiri tapi setelah melihat senyum anak itu dibalik tangisnya membuat Ansel tersadar bahwa memang dari dulu tuhan sudah mentakdirkan dirinya hanya mempunyai dua orang anak.

Sedangkan si sulung saat ini sedang berjongkok dihadapan jiel sembari meniup tangan adiknya "Sakit gak dek? Harusnya sih gak sakit soalnya udah kakak tiup hehee" ucap arsen seraya tersenyum sampai matanya menyipit.

"Udah gak sakit kok, soalnya udah ditiup sama kakak jadi sakit nya kebawa angin" jawab jiel dengan suara yang sangat serak. Mungkin jiel terlalu lama menangis.

Jiel menangis bukan karena luka ditangannya tapi jiel menangis karna ucapan bunda nya. Apakah benar jika dirinya tidak tau berterima kasih, tapi selama abang nya tinggal disini pun jiel selalu baik pada Bagas. Selalu nurut jika Bagas menyuruhnya ini itu bahkan sebelum Bagas masuk kuliah pun jiel selalu menemani bagas saat mengejar ketertinggalannya.

Jiel juga akan mengalah jika Bagas sangat dekat dengan bundanya karna jiel tau bahwa Bagas memang sangat membutuhkan itu.

Bagas juga kadang meminta barang yang jiel miliki seperti baju dan game tapi jiel selalu memberikan nya secara cuma-cuma. Apa semua itu masih kurang cukup untuk rasa berterimakasih. Jika boleh meminta, jiel juga tidak mau menerima jantung ini jika harus merenggut nyawa seseorang dan membuat seseorang lainnya kehilangan orang kesayangannya.

Kenapa bundanya berubah sekarang, apakah karna jiel sudah membuat kesalahan atau mungkin bunda nya malu karena mempunyai anak yang tidak bisa apa-apa seperti dirinya. Jiel sadar jika sendari kecil memang dirinya selalu merepotkan semua orang bahkan sampai sudah besar dan sembuh pun jiel masih merepotkan.

Jiel terlalu larut dalam lamunannya sampai tidak sadar jika kedua tangannya sudah diperban oleh Ansel.

"Adek" panggil Ansel seraya mengusap pipi sang anak.

"Adek ngelamun tuh yah" jiel tersadar dan kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Kenapa" tanya jiel bingung.

"Adek kenapa kok ngelamun" jiel menggeleng seraya tersenyum.

"Jiel gak papa kok yah, jiel cuman laper kan kita belum sarapan"

"Bohong jangan percaya" tuduh arsen membuat jiel mengerucutkan bibirnya.

Tangan Ansel menarik tangan si sulung agar duduk disampingnya. Dipeluknya kedua putranya dengan sayang.

"Jangan ada rahasia diantara kita, ayah gak suka kalo anak ayah main rahasia rahasiaan. Oh iya boleh ayah titip pesen gak" Keduanya mengangguk.

"Ayah mau pesen ke kalian kalo kalian harus bisa menjaga satu sama lain. Terutama kakak, kakak harus bisa jagain adeknya sayangi adeknya apapun keadaannya. Adek juga harus jagain kakak, harus percaya satu sama lain tapi tidak boleh percaya dengan orang lain sekalipun itu orang paling dekat dengan kalian. Mengerti" lagi lagi keduanya mengangguk.

"Ayah percaya kalo kakak bisa jaga adek" lanjut Ansel dengan berbisik ditelinga arsen.

Sejujurnya arsen tidak mengerti sama sekali dengan arah pembicaraan ayahnya itu. Kenapa ayah nya tiba-tiba ngomong seperti itu apa karna kejadian tadi pagi.

Perfect family 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang