Malam sudah tiba kini keluarga auriga sudah berkumpul dihalaman belakang mansion milik Ansel. Tidak semua karna Adit dan Tania tidak bisa hadir karena sedang berada di Dubai. Semua nya sibuk dengan urusannya masing-masing seperti para wanita yang sedang menyiapkan daging, sayuran dan yang lainnya.
Sedangkan para laki-laki kebagian tugas untuk memanggang daging. Anak-anak juga sama, mereka juga sibuk menata piring dan gelas, seperti biasa mereka lakukan nya dengan sedikit keributan.
Tapi ada satu anggota yang belum ikut berkumpul. Siapa lagi kalau bukan si bungsu kesayangan keluarga auriga. Tadi sebelum Maghrib anak itu tertidur didepan televisi, dan sempat dipindahkan Ansel ke kamar nya karna Ansel takut kalau saat bangun badan jiel akan sakit sakit.
Ntah lah semenjak kejadian waktu dulu Ansel berubah lebih protektif pada si bungsu. Karna Ansel selalu parno jika anak nya mengeluh sakit dan akan panik sendiri. Dulu juga jiel sempat protes kepada ayah nya yang bersikap terlalu berlebihan tapi seiring berjalannya waktu dan sedikit diberi pengertian jiel mulai menerima sikap ayahnya yang sekarang ini.
Anak-anak sedang asik bercanda dan sedikit menggibah tapi seketika mereka langsung diam saat putri menghampiri mereka.
"Kakak" panggil putri pada anak tengahnya. Arsen menengok kebelakang dan melihat ke arah bundanya.
"Kenapa bun" tanya arsen.
"Tolong bangunin adek ya bunda lagi nanggung soalnya. Kalo gak di bangunin nanti adek kamu ngambek lagi" arsen mengangguk lalu terkekeh.
"Oke Bun" arsen berjalan menuju kamar adek nya yang berada dilantai dua.
Setelah sampai arsen langsung membuka pintu yang bertuliskan Kamar Adek🦁 langsung saja arsen masuk kedalam karna memang kamar jiel tidak pernah dikunci karna Ansel melarangnya.
Arsen berjalan mendekati ranjang jiel dan duduk disampingnya. Jiel masih nyenyak dalam tidurnya, bahkan saat arsen mengusap rambutnya pun jiel tidak terganggu sama sekali. Arsen mengerutkan keningnya saat menyadari bahwa suhu tubuh adiknya sedikit hangat.
"Dek bangun" arsen membangunkan jiel dengan suara yang sangat lembut tapi tetap saja jiel tidak terusik sama sekali.
"Adek, sayang hey" Arsen mendekat kan wajahnya ke wajah sang adik tangannya pun beralih untuk mengusap pipi halus milik jiel.
Jiel mulai terusik dan menggeliatkan tubuhnya, mata bulat itu mengerjap beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya. Hal yang pertama kali jiel lihat adalah wajah sang kakak yang begitu dekat, jiel memandang kakaknya sayu.
"Kakak pusing" adu nya dengan suara lirih.
Arsen mencium pipi sang adik "Pusing hmm" tanya nya dan dijawab anggukan oleh jiel.
"Mau duduk" arsen menegakkan tubuhnya dan membantu jiel untuk duduk.
Tangan jiel terangkat untuk mengucek matanya yang terasa gatal tapi langsung dicegah oleh kakaknya. Arsen mengambil tisu basah yang berada dinakas dan mengusap kelopak mata adiknya.
"Kenapa bisa pusing, emang nya tadi habis ngapain" tanya arsen seraya menyisir rambut jiel yang berantakan.
"Main air" jawab jiel, anak itu memeluk tubuh arsen dan menyandarkan kepalanya dipundak Sang kakak karna kepalanya terasa pusing.
"Bunda tau?" Jiel menggeleng.
"Jiel mandi trus main air sama bebek karet, tapi pas pake baju jiel lupa gak pake minyak kayu putih" jiel menduselkan wajahnya yang terasa panas.
"Makanya jangan main air udah tau badannya gampang sakit tapi tetep ajah adek bandel gak mau nurut kalo dibilangin. Kalo udah kaya gini siapa yang ngerasain" arsen sedikit kesal karna adeknya ini susah sekali kalo dinasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂