Pintu UGD terbuka dan terlihatlah wajah haris yang sedikit lelah. Ansel dan yang lainnya mendekat untuk meminta penjelasan. Dokter haris melepaskan masker nya dan menatap satu persatu orang yang berada didepannya dengan raut wajah yang tak terbaca membuat jantung ansel berdetak tak karuan.
"Gimana keadaan anak gue kak" tanya Ansel.
"Kalian berdua bisa ikut ke ruangan saya, ada hal yang ingin saya bicarakan" ucap dokter haris. Ansel dan putri saling pandang dan akhirnya mengangguk.
"Kenapa nggak disini ajah" protes arsen.
"Ada hal serius yang harus om bicarakan sama ayah dan bunda kamu arsen" dokter haris tersenyum dan mengusap kepala arsen.
"Oh iya jiel akan dipindahkan ke ruang rawat nya karna tubuh jiel masih membutuhkan perawatan. Kalian bisa nemenin jiel dulu selagi ayah dan bunda kalian ke ruangan om" lanjut dokter haris.
"Bunda sama ayah ke sana dulu ya kalian jaga adek sebentar" mereka mengangguk.
Dokter haris mulai melangkahkan kakinya menuju ruangannya diikuti oleh ansel dan putri.
Setelah sudah sampai, ansel langsung memandang dokter haris intens karna ia sudah tidak sabar mendengar keadaan si bungsu.
"Jadi gimana kak" tanya ansel sekali lagi. Dokter haris menghela nafasnya.
"Begini, luka di kepala jiel cukup lebar dan itu membutuhkan 12 jahitan. Jiel juga banyak mengeluarkan darah karna terlalu lama lukanya dibiarkan dan tidak segera diatasi. Maka dari itu jiel membutuhkan donor darah secepatnya, kebetulan persediaan dirumah sakit ini hanya tersisa satu kantong darah AB+ sedangkan jiel membutuhkan dua kantong darah, yang berarti jiel masih membutuhkan satu kantong darah lagi" ujar dokter haris menjelaskan.
"Darah saya sama seperti jiel kan kak, ambil darah saya saja kalau begitu" ucap ansel.
"Baiklah, tapi bolehkah saya bertanya?"
"Apa itu kak"
"Kenapa di pinggang jiel terdapat memar yang cukup lebar dan sangat biru apakah itu akibat dipukul atau bagaimana. Tapi setelah saya teliti lagi lukanya sudah lumayan lama"
"Ah itu, kata jiel kemaren malam jiel sempat terpeleset dikamar mandi dan pinggangnya tidak sengaja membentur ujung bathub kak. Jiel juga sempat mengeluh perutnya sakit, apa itu tidak apa-apa kak. Aku takut terjadi sesuatu yang serius pada tubuh jiel" jawab dan tanya putri.
"Kau tenang sajah put, jiel tidak apa-apa. Itu hanya memar biasa dan penyebab perut jiel sakit itu karena asam lambung jiel yang naik. Selebihnya oke kok asal jiel selalu rutin buat cek kesehatannya" jawab dokter haris dan itu berhasil membuat putri dan Ansel bernafas lega.
"Ya sudah apakah kami boleh kembali ke ruangan jiel kak" ucap putri.
"Ah silahkan, satu jam lagi saya akan kesana untuk memastikan keadaan jiel"
"Baik, kami permisi dulu kak" pamit keduanya.
Ansel dan putri sudah sampai di ruang rawat yang biasa jiel tempati. Putri membuka pintunya dan masuk diikuti oleh Ansel dibelakangnya. Putri melihat ke arah anak-anaknya yang sedang tertidur dengan posisi duduk berjejer di sofa, keadaan mereka terlihat sedikit kacau apalagi baju yang dikenakan Bagas terdapat bercak darah yang sudah mengering.
Ansel melangkahkan kakinya menuju sofa dan langsung menjatuhkan tubuhnya. Memejamkan mata dan mengurut pangkal hidung nya karna merasa lelah. Putri datang dan mengusap lengan Ansel dan memijatnya pelan. Ia tau kalau suaminya sedang lelah, apalagi saat ini Ansel sedang dihadapkan oleh keadaan si bungsu yang kembali kedalam ruangan yang ansel sangat benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂