Hari ini kegiatan mereka cukup padat dan tidak akan ada orang yang bersantai di rumah karena semuanya punya kesibukan masing-masing. Ansel yang akan sibuk mengurus agensi nya yang terdapat masalah karna salah satu artisnya melakukan skandal.
Putri juga sama, rencananya ia akan mengunjungi butik miliknya karna sudah lama ia tidak mengecek ke sana. Begitupun dengan ke tiga putra Ansel yang sibuk dengan pendidikan nya.
Dan kini keluarga kecil Ansel sudah berkumpul di meja makan untuk mengawali harinya. Tapi belum semuanya berkumpul karna si bungsu yang masih di dalam kamarnya.
"Kak ayah boleh minta tolong" Ucap Ansel.
"Boleh, apa itu" jawab arsen tanpa melihat ke arah ayahnya karna saat ini arsen sedang bermain handphone. Begitupun dengan Ansel yang tidak mengalihkan pandangan dari laptop.
"Tolong kamu susulin adek dulu gih kok lama banget turunnya" ucap Ansel.
"Oke yah" Arsen yang tadinya sedang bermain handphone langsung beranjak dari sana untuk pergi ke kamar adeknya.
Putri datang dari arah belakang "Bagas kalo laper makan dulu ajah sayang" putri mengusap pundak Bagas membuat si empunya mendongak dan menatap nya.
"Gak bisa, kita harus makan sama-sama" Putri berdecak karena suaminya.
Kenapa harus menunggu jiel dan arsen padahal Bagas tidak boleh telat makan karna Bagas baru sembuh dari penyakit magh nya.
"Beb tapi Abang punya penyakit magh loh dan gak boleh telat makan" protes putri tapi Ansel tidak perduli.
Bagas memegang tangan putri dan tersenyum menggemaskan "Gak papa kok bunda, Bagas bisa nunggu lagian arsen sama jiel gak mungkin lama kan" Putri ikut tersenyum karna Bagas memang anak yang pengertian tidak seperti jiel yang semuanya harus di turuti.
"Tuh dengerin dia aja ngomong begitu" ujar Ansel cuek.
Putri menghela nafasnya "Beb sekarang kamu tuh harus belajar buat gak manjain si jiel, dia tuh udah besar harus bisa mandiri. Gimana mau pegang perusahaan kalo kelakuannya aja masih kayak bocah" ujar putri sedikit tidak suka.
Ansel mengalihkan pandangannya dari laptop karna tadi Ansel sedang mengerjakan beberapa berkas yang harus ia siapkan untuk metting pagi ini.
Terlihat wajah Ansel yang datar dan menatap putri tidak suka apalagi saat melihat wajah Bagas rasanya Ansel ingin mengusir anak itu sekarang juga.
"Kamu kenapa sih, kamu selalu bilang jangan manjain jiel jangan manjain jiel terus, kamu gak capek hah gue yang denger ajah capek loh" ucapnya. Sebenarnya ansel sudah muak dengan istrinya yang selalu bilang seperti itu terus padanya.
Kenapa dia harus berhenti memanjakan anaknya toh memang dari dulu Ansel sudah seperti itu.
Dan sekarang tidak ada angin tidak ada hujan istrinya tiba-tiba saja menyuruhnya untuk tidak memanjakan anaknya lagi dengan alasan karna jiel udah besar.
"Bukan begitu tapi aku gak mau kalo jiel kayak anak kecil terus yang selalu di spesialin dan di manjain"
Ansel tertawa sarkas "Mau gue bawain kaca gede gak? Lo bilang gue harus stop manjain anak gue karna udah besar sedangkan lo sendiri manjain anak yang bukan darah daging lo sendiri. Dia juga udah gede tapi masih haus perhatian tuh" ujar Ansel cuek.
Wajah putri memerah karna kesal begitupun dengan Bagas yang terlihat meremat tangan nya di bawah meja.
"Jiel sama Bagas tuh beda jiel selalu mendapatkan apa yang dia mau sedangkan Bagas nggak, dan alasan aku nyuruh kamu stop manjain jiel karna aku gak mau kalo dia tumbuh jadi anak yang manja dan gak bisa apa-apa. Kamu liat bagas deh dia tumbuh menjadi anak yang tampan dan mandiri dan juga kamu liat arsen, dia juga sama seperti Bagas dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan tidak gampang sakit. Jiel sering sakit mungkin karena terlalu di manjain jadi tubuhnya manja" ujar putri panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂