Jiel terus meringkuk diatas dinginnya lantai gudang, ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat sekitar karna jiel sungguh ketakutan sekarang.
Pasalnya ruangan itu cukup gelap karna memang Ansel sengaja tidak memasang lampu. Hanya ada penerangan dari celah jendela yang tidak tertutup rapat.
Jiel terus memanggil ayahnya karna saat ini yang jiel inginkan hanyalah bertemu sang ayah. Hanya ayahnya yang bisa melindungi dirinya dari apapun, hanya ayahnya yang ia percaya.
Karna menurut nya tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini bahkan bunda nya sendiri pun tega melakukan hal seperti ini.
Jiel masih tidak menyangka bahwa sekarang bundanya begitu jahat padanya. Apa salahnya, kenapa ia bisa diperlakukan seperti ini. Apa karna dirinya masih bersikap manja sehingga bunda nya membencinya tapi bukan kah hukuman seperti ini cukup keterlaluan.
Jika memang hanya karna itu, kenapa bundanya tidak menasehati jiel saja agar jiel bisa berusaha untuk merubah kebiasaan manja nya dan berubah menjadi seperti kedua abangnya. Atau karna ada kesalahan lain yang menyebabkan bunda nya sangat membencinya sekarang.
Seperti dapat hidayah dari Tuhan jiel langsung teringat dengan handphone miliknya, ia mencoba mencari handphone nya didalam tas dan saku celananya. Tapi seketika wajah nya kembali murung saat teringat jika handphone nya ia tinggal di atas meja belajar.
"Ayah, jiel takut. Bunda jahat ayah, jiel gak like sama bunda hiks" jiel kembali menangis dan menelungkup kan wajahnya di lipatan tangan.
"Kenapa jiel jadi Cinderella gini hiks, kenapa bunda deskriminasi banget sama jiel. Kenapa bunda tega sama anak kandungnya sendiri dan lebih memilih anak pungut hiks"
"Astagfirullah jiel gak boleh bilang kalo Abang itu anak pungut hiks Abang kan anak adopsi bukan pungut hiks" jiel memukul mulutnya sendiri karna berbicara asal.
"Jiel mau ayah hiks, tuhan suruh ayah pulang. Pulang kerumah jiel ya jangan kerumah tuhan hiks nanti jiel jadi yatim kalo ayah pulang ke rumah tuhan hiks uhuk" jiel terus bergumam tidak jelas di sertai suara tangis dan batuk.
Beberapa saat kemudian tangisnya berhenti dan jiel kembali meringkuk diatas lantai kotor gudang. Disaat matanya akan terpejam, jiel merasa dikakinya ada sesuatu yang bergerak. Karna penasaran, jiel membuka matanya dan seketika matanya membulat saat melihat dua ekor tikus yang berada dikakinya.
"Arghhhh" jiel berteriak seraya memundurkan tubuhnya hingga menabrak rak buku membuat rak buku itu bergoyang tapi jiel tidak menyadari nya karna ia fokus dengan kedua tikus itu.
Rak buku itu terus bergoyang dan pada akhirnya semua buku buku itu terjatuh menimpa tubuh jiel begitupun dengan rak bukunya.
Brakkk....
Tubuh ringkih jiel tertimpa rak buku membuat jiel tidak bisa bergerak bahkan untuk bernafas saja jiel sangat kesulitan karna banyak debu yang masuk ke dalam paru-paru nya.
"A-yah tolong, j-jiel gak b-bisa naf-as" mata jiel menetes kan air mata "J-jiel mau hah ay-yah" jiel terus meraup oksigen sebisa mungkin.
Sekarang jiel benar-benar sudah tidak kuat ia hanya bisa pasrah dengan takdir yang akan menimpa dirinya. Tapi jiel belum iklas jika harus pergi tanpa berpamitan dulu dengan sang ayah.
'jiel gak mau maafin bunda jiel benci bunda' batin jiel sebelum kesadarannya hilang.
~•••~
Sedangkan di kantor, ansel sedang duduk di ruang pribadi nya. Ia terlihat cukup lelah karna sendari tadi Ansel terlihat terus memijit pelipisnya. Hari ini memang cukup melelahkan karna ternyata masalah yang di buat aktrisnya cukup rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂