Bukannya membaik demam jiel semakin parah membuat semua keluarga khawatir pasalnya jiel sempat mimisan sangat banyak karna suhu badan yang cukup tinggi. Tapi memang dasarnya jiel yang keras kepala sama seperti ayahnya jadi Jiel menolak untuk di bawa kerumah sakit karna katanya sebentar lagi juga akan sembuh.
Sekarang jiel sedang berada di gendongan kakeknya, kulit jiel berubah menjadi pucat ditambah kantung mata yang menghitam karna dari tadi jiel terus muntah mungkin sekarang tubuh jiel kekurangan cairan.
Nenek sedang mengusap rambut lepek jiel yang berada dipundak suaminya karna anak itu sedang menyandarkan kepalanya di situ. Jiel terus merintih dalam tidurnya, mungkin jiel merasa tubuhnya tidak enak.
Anak-anak sudah tertidur dikamar arsen karna sekarang masih pukul 4 pagi, Ansel sengaja tidak membangunkan anak-anaknya yang lain biarkan mereka istirahat karna Ansel tau pasti mereka sangat lelah.
Sekarang Aroma kamar Ansel dan putri sudah bercampur dengan aroma minyak kayu putih. Putri memang melaburi tubuh jiel dengan minyak kayu putih sampai habis satu botol besar.
"Nek jiel mau muntah" lirih jiel dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Adek mau muntah, bentar sayang" nenek ke kamar mandi untuk mengambil baskom.
"Kenapa pah" tanya putri.
"Ini adek katanya mau muntah lagi"
Nenek kembali dengan membawa baskom. Langsung saja jiel muntah dan hanya cairan bening mungkin isi perut jiel sudah terkuras habis. Putri dengan telaten memijit tengkuk leher jiel dan mengusap area mulut anaknya.
"Kakek maaf bajunya kotor" ucap jiel. Karena tadi muntahannya sempat mengenai baju yang kakek kenakan.
"Gak papa sayang, kakek bisa ganti" kakek mencium kening berkeringat jiel.
"Adek ke rumah sakit ya" tawar Ansel sekali lagi dan dijawab gelengan lemah jiel.
"Biar cepet sembuh, katanya mau masuk kampus lagi biar kaya abang abang" lagi lagi jiel menggeleng.
"Masa jiel harus dirumah sakit terus, jiel bosen tau ayah. Katanya jiel udah sembuh tapi jiel nya sakit terus hiks" Akhirnya jiel menangis karena terus dipaksa untuk ke rumah sakit. Mungkin anak itu sedikit kesal dengan ayahnya yang terus memaksa nya untuk ke rumah sakit.
Hati mereka sedikit mencelos mendengar penuturan lemah itu. Mereka juga tidak tau kenapa bisa jiel gampang sekali sakit atau mungkin memang tubuh jiel sudah lemah dari kecil tapi karna penyakit jiel dulu membuat keluarga nya tidak menyadari itu.
"Makanya adek jangan bandel biar gak sakit terus" putri mengusap air mata sang anak dengan lembut.
"Panggil dokter ajah sel" usul nenek yang baru kembali dari kamar mandi.
Ansel mengangguk dan mulai mengotak Atik handphone nya untuk menghubungi dokter haris. Ini lah mengapa ansel tidak suka jika jiel terlalu susah diatur karna bukan apa-apa hanya karna main air dan tidak mandi dengan air hangat saja efek di tubuh jiel sudah seperti ini.
Ntah mengapa semenjak jiel menjalani operasi transplantasi jantung tubuh jiel gampang sekali sakit.
"Sini sama ayah, biar kakeknya ganti baju dulu" Ansel mengambil tubuh jiel dari gendongan sang papah agar berpindah digendongnya.
"Kakek ganti baju dulu" kakek mengusak rambut jiel dan mencium nya. Setelah itu kakek keluar untuk mengganti bajunya karna tadi terkena muntahan jiel.
"Mau muntah lagi gak sayang" tanya putri dan jiel menggeleng.
Nenek terus mengusap kepala cucunya dengan sayang. Seharusnya ini menjadi hari yang bahagia karna ia bisa berkumpul dengan semua cucu nya tapi malah menjadi seperti ini. Lagi lagi ia harus melihat cucu bungsunya sakit dan tidak berdaya padahal dirinya ingin melihat jiel yang ceria dan mendengar rengekan nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
Ficção GeralLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂