Part 6

1.7K 191 19
                                    

Sekarang Ansel sudah sampai diparkiran universitas tempat anak-anaknya berkuliah. Ansel belum keluar dari mobil karna masih menunggu Adit yang belum datang. Tak berselang lama kaca mobil Ansel diketuk dari luar dan terlihatlah wajah Adit yang menempel pada kaca membuat ansel kaget.

"Cepet turun dek" ucap Adit dan langsung saja ansel menurunkan kacanya tanpa berniat keluar.

"Maaf bang gak ada receh" ucap Ansel enteng dan  membuat Adit berdecak kesal.

"Sialan Lo, cepet keluar" Ansel terkekeh dan keluar dari mobil nya sembari meregangkan tubuhnya.

"Lama bener sih"

"Si Gavin tadi nebeng jadi lama trus gue juga kebelet berak"

"Dah lah kita masuk ajah. Oh iya bang nanti habis ini anter gue ya beli boneka apa ya tadi" Mereka berdua berjalan menjauh dari tempat parkir untuk menuju ruang Dekan.

"Boneka apaan Anabelle" Ansel menggeleng.

"Bukan bang, tadi jiel mesen boneka kuman bang"

"Apaan sih mana ada boneka kuman"

"Beneran bang tadi jiel pesen itu nanti temenin cari ya bang"

"Hah terserah" mereka berdua terus berjalan dan menghiraukan tatapan dari para mahasiswa yang seakan-akan ingin menawarkan diri untuk menjadi baby sugar mereka.

"Ini si Gavin mana sih katanya mau ikut" ucap ansel seraya melirik kanan kiri untuk mencari keberadaan gavin.

"Katanya nanti nyusul sama Bagas dan arsen" Ansel mengangguk dan tidak terasa kalau langkahnya sudah sampai didepan ruang dekan.

Adit mengetuk pintunya beberapa kali dengan raut wajah yang tenang berbeda dengan Ansel yang sudah memasang wajah datarnya. Setelah cukup lama akhirnya pintu ruangan itu terbuka dan terlihat lah seseorang yang umurnya mungkin hampir sama dengan sang papi.

Orang didepannya ini sedikit terkejut karna kedatangan dua putra auriga. Ia tau kalau anak mereka menjadi mahasiswa disini tapi yang membuat dirinya terkejut adalah kenapa bisa mereka sampai datang, apa mungkin ada masalah kah atau apa. Tapi dirinya tidak mendapatkan laporan apapun dari dosen yang mengajar.

"Permisi boleh saya masuk" ucap Adit sopan. Membuat orang yang ada didepannya tersadar dari lamunannya.

"Ah iya silahkan" jawabnya.

Setelah itu Adit dan ansel masuk kedalam ruangan dan duduk dengan sopan serta berwibawa.

"Mohon maaf kalau boleh saya tau, tuan ada keperluan apa ya sampai berkunjung ke universitas kami" ucap dekan.

"Ekhem maaf kami mendadak datang kesini karna ada sedikit masalah yang menimpa anak bungsu saya" jawab ansel.

"Masalah apa ya tuan" tanya dekan.

"Sebelum saya menjawabnya apakah boleh saya meminta untuk memanggil semua panitia ospek. Karna saya tidak begitu kenal dengan mereka yang pasti saya mencari salah satu dari mereka" Jawab Ansel panjang lebar. Dekan itu mengangguk.

Kenapa sang dekan langsung menurut, karna selain orang terpandang ia juga tau bahwa orang yang didepannya ini mempunyai pengaruh lebih di kampus ini karna setengah saham universitas ini milik tuan besar auriga.

"Saya panggilkan terlebih dahulu" dekan itu pergi  untuk menelfon bawahannya.

"Bang gavin mana sih" tanya ansel berbisik.

"Mana gue tau, kenapa sih emang" jawab adit dengan bisikan juga.

"Dia yang tau muka tuh panitia, gue nggak tau bang"

Perfect family 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang