Part 11

1.2K 165 14
                                        

Ansel terbangun dari tidurnya dan mengerjapkan matanya beberapa kali agar kesadarannya terkumpul dan pandangan nya yang tidak memburam. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi yang artinya ia bangun terlalu siang.

Ia melirik ke arah ranjang yang terdapat si bungsu yang masih tertidur. Infus anak itu juga sepertinya baru diganti karena masih terisi penuh. Ansel berjalan ke arah ranjang lalu merebahkan kembali tubuhnya disamping jiel dan menduselkan wajahnya diceruk leher sang anak.

Ansel memeluk tubuh sang anak "Anak aku gak bangun bangun" Ansel menghirup aroma tubuh jiel, menurut ansel aroma tubuh bungsunya ini sangat menyenangkan walaupun tidak mandi dari kemaren.

Apalagi sekarang tubuh jiel beraroma minyak kayu putih tapi namanya juga ansel, sebau apapun anaknya ia akan tetap suka sudah bucin akut dia sama si jiel.

Jiel menggeliatkan badannya karna merasa terganggu "Anak aku mau bangun" Ucap Ansel dengan nada senang.

"Ayah" panggil jiel saat kesadarannya sudah terkumpul.

"Ini ayah baby" Ansel mencium pipi anaknya gemas.

"Kenapa ganggu ganggu jiel, aku nya lagi tidur tapi kamu ganggu terus" ucap jiel dengan kesal.

"Maaf sayang ayah kan kangen banget" ansel menunduk, ia jadi merasa bersalah karna melihat wajah jiel yang kelihatan tidak suka.

Tangan jiel terangkat untuk menepuk pipi putih sang ayah "Iya iya kamu jangan sedih kalo ayah sedih nanti tidak ganteng" Ansel mengangkat wajahnya dan tersenyum.

"Terimakasih sayang" Ansel kembali memeluk dan menciumi pipi jiel.

"Jangan cium terus, jiel nya bau" jiel menjauhkan wajahnya agar ayahnya tidak kembali menciumi pipinya.

"Anak ayah selalu wangi kok" jiel berdecak sebal, wangi apanya orang dirinya saja tidak mandi dari kemaren sore.

"Berarti ayah yang bau" Ansel mengerutkan keningnya lalu mencium tubuhnya sendiri.

"Hehee ayah kan baru bangun dek jadi belum mandi" Ansel tersenyum memperlihatkan gummy smile nya.

"Ih sana mandi dulu" jiel sedikit mendorong tubuh Ansel membuat infusnya ketarik.

"Tuh kan jangan gerak dulu adek, jadi ketarik kan sakit tidak" jiel mengangguk.

Ansel mengusap tangan jiel yang terdapat infus lalu meniupnya berharap bisa mengurangi rasa sakit.

"Udah gak sakit kok soalnya udah ditiup sama obatnya jiel hehee" ansel menutup mulutnya sendiri karna malu mendengar ucapan anaknya tadi.

"Soswet banget sih bungsunya aku" Ansel tersenyum malu malu membuat jiel geli sendiri melihatnya.

Jiel tertawa "Ayah kaya orang aneh" seketika Ansel menghentikan aksinya yang terlihat menggelikan dan berusaha agar terlihat biasa saja.

"Ekhem ya udah ayah mau mandi dulu" Ansel bangkit dan berjalan menuju kamar mandi sembari merutuki kebodohannya sendiri.

Sedangkan jiel masih tertawa sendiri melihat kelakuan ayahnya sampai tidak menyadari keberadaan bunda yang sudah masuk kedalam kamar.

"Hayo lagi ngetawain apa" ucap bunda.

Bunda duduk dipinggir ranjang dan menaruh nampan yang berisi sarapan dan obat yang harus jiel konsumsi.

"Itu bunda, tadi ayah aneh banget" tunjuk jiel pada pintu kamar mandi.

Tangan putri terangkat untuk merapikan rambut jiel yang sedikit memanjang "Aneh kenapa sayang" tanya putri.

"Ayah kaya malu-malu gitu padahal jiel cuman bilang ayah itu obatnya jiel"

Perfect family 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang