Gavin menunggu dengan cemas karena sudah 10 menit jiel pergi ke toilet dan belum ada tanda-tanda kalau adiknya akan kembali. Gavin merutuki kebodohannya karna ia baru ingat kalau ini bukan sekolah nya yang dulu melainkan universitas yang baru dua hari dirinya masuk. Yang berarti jiel belum tau seluk beluk tentang universitas nya. Gavin memukul kepala nya sendiri, mengapa tadi ia tidak memaksa untuk mengantarkan jiel saja, bagaimana kalau jiel tersesat dan tak tau arah jalan pulang.
"Aduh kok jiel nggak balik balik sih apa jangan-jangan kesasar ya. Hati gue kok dag Dig dug ser kaya begindang. Mending gue lacak ajah deh pake ipon 13 pro max milik gue biar hati mungil gue tenang" Gavin mengotak-atik handphone nya untuk melacak keberadaan jiel.
"Lah handphone nya ditinggal gimana gue mau ngelacak coba" Gavin mengusak rambutnya frustasi.
"Eh kan jam jiel ada GPS nya. Tuh anak keseringan ilang jadinya banyak GPS yang nempel ditubuh gantengnya. Gue harus cepet cepet nih nemuin tuh bayi kalo nggak gue bisa diamuk sama sesepuh dirumah" Gavin mulai melacak kembali keberadaan jiel.
Gavin menghembuskan nafasnya lega saat GPS menunjukkan keberadaan jiel sekarang, ternyata adik nya itu tidak kesasar pikir Gavin.
"Alhamdulillah nggak nyasar. Mungkin tai jiel kerad dan belum siap melihat kerasnya dunia jadi jiel susah ngeluarin nya makanya lama" Gavin mengusap dadanya dan kembali memakan makanannya dengan khidmat setelah tau jiel berada di dalam toilet. Tapi tanpa Gavin ketahui sekarang jiel dalam keadaan bahaya.
Sedangkan jiel masih berusaha membuka pintunya tapi usaha nya sia-sia karena pintunya sangat susah dibuka. Saat sedang fokus untuk membuka pintu tiba-tiba dari atas ada yang menyiram nya dengan air kotor dan sangat bau. Karena sangkin bau nya perut jiel langsung mual dan ingin muntah.
Hoek hoek
Makanan yang tadi jiel makan kini harus terbuang dengan sia-sia karena jiel memuntahkan isi perutnya. Sungguh air ini sangat bau, apalagi jiel yang notabenenya tidak pernah mencium hal-hal yang menjijikkan seperti ini.
Orang yang menjadi pelaku hanya menyeringai dan pergi saat mendengar suara orang muntah.
"Air apa sih ini kok bau banget kaya mulut kakak panitia yang ngaku ngaku jadi anak ayah tadi hoek" jiel kembali muntah.
"Jiel lemes banget, mana tadi habis e'e dan sekarang muntah pasti perut jiel kosong. Eh nggak kosong deng kan masih ada organ dalem kalo kosong kan serem" jiel melangkahkan kakinya untuk duduk diatas kloset.
Karena jiel terlalu fokus pada perutnya, ia tidak menyadari ada sikat lantai di bawah dan ia tidak sengaja menginjak nya membuat tubuhnya oleng dan kepalanya membentur ujung kloset.
"Shhh apes banget sih jiel hari ini apa karna tadi jiel udah jadi maba durhaka ya karna ngelawan sama kakak panitia. Jiel nggak lagi-lagi deh ngelawan sesepuh. Nggak mau jadi badboy" ucap jiel dengan lirih. Karna sungguh tubuhnya sangat lemas dan kepalanya terasa sakit.
Jiel mencoba untuk bangun. Tangannya memegang area kepala yang terbentur tadi. Seketika matanya membulat saat melihat tangannya yang berlumuran darah. Dan detik itu juga kegelapan merenggut kesadarannya.
~•••~
Bagas dan arsen berjalan beriringan menuju kantin karna kelas mereka sudah selesai tujuh menit yang lalu. Saat sedang asik mengobrol mata sipit arsen tidak sengaja melihat ke arah Gavin yang sedang asik memainkan handphone nya.
"Bang itu gavin bukan sih" ucap arsen sembari menunjuk ke arah bangku yang berada dipojok. Bagas melihat ke arah dimana arsen menunjuk, dan benar saja disana ada Gavin yang duduk sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂