Sekarang Ansel dan anak bungsu nya sedang mononton tv dengan yang lebih muda bersandar pada pundak sang ayah. Jiel terlihat nyaman dipelukan ayah, tiba-tiba si sulung datang dengan muka bantal nya kentara sekali jika arsen baru bangun dari tidurnya.
Arsen merebahkan tubuhnya disamping sang adik, memeluknya dan mendusalkan wajahnya diperut gembul adiknya membuat yang lebih muda terganggu.
"Kakak jangan kaya gitu ih" jiel menjauh kan kepala arsen yang masih asik diperut jiel.
"KAKAK JANGAN KAYA GITU!!" teriak jiel kesal dan itu berhasil membuat Ansel kaget sekaligus membuat arsen refleks menjauhkan kepalanya.
"Dibilangin ngeyel sih kan jiel jadi pengen teriak" jiel tersenyum memperlihatkan senyum kotak andalannya.
"Untung telinga kakak gak budek" arsen masih mengusap telinganya yang masih sedikit berdengung.
"Lagian kamu sih kak baru bangun udah gangguin adek nya ajah bukannya mandi" arsen tertawa kikuk mendengar ucapan ayahnya.
"Besok ajah lah mandinya sekarang kan udah mau Maghrib jadi nanggung" Arsen kembali merebahkan tubuhnya tapi kali ini sedikit menjauh dari adiknya karna arsen tidak mau mengganggu mood adiknya.
Saat mereka sedang asik menghabiskan waktunya bertiga tiba-tiba putri datang dengan menggandeng tangan Bagas. Arsen yang melihat itu pun mengerutkan keningnya bingung kenapa bundanya sekarang sedekat itu dengan bagas biasanya tidak seperti itu.
Bagas berdecak saat melihat jiel yang bersandar di dada Ansel dengan manja begitupun dengan Ansel yang kelihatan tidak terganggu sama sekali padahal Ansel sedang bermain handphone.
"Beb" panggil putri dan hanya dijawab gumaman saja bahkan Ansel tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari handphone.
Putri duduk disamping Ansel sedangkan Bagas disamping putri. Genggaman tangannya juga tidak putri lepaskan.
"Di gandeng mulu, buta mata lo" arsen berdecak kesal.
"Kakak apaan sih, abang kan lagi sakit" jiel memukul main main tangan kakaknya.
Bukannya senang karna sudah dibela, Bagas malah berdecak dalam hati sok baik pikir nya. Ansel tidak memperdulikannya karna ia sedang bertukar pesan dengan abangnya tentang kejadian tadi pagi.
Ansel dan Adit memutuskan untuk mengikuti alur yang anak itu buat dan keduanya akan menyiksa Bagas secara perlahan. Jika bagas berniat menyingkirkan jiel makan Ansel berniat untuk menyingkirkan bagas dari dunia ini sangat adil bukan.
Sebenarnya Ansel bisa saja menyingkirkan bagas detik ini juga tapi Adit menyarankan untuk membuat bagas depresi dulu baru akan membunuhnya.
"Beb kalo aku panggil jawab yang bener dong" kesal putri, Ansel menaruh handphone nya dan memandang putri dengan sorot mata yang sedikit berbeda.
Jika biasanya Ansel akan memandang nya dengan pandangan sayang sekarang Ansel memandang nya dengan pandangan enggan. Putri sedikit bingung apakah dirinya membuat salah dengan suaminya atau bagaimana kenapa tiba-tiba suaminya sedikit berubah.
"Kenapa" ujar Ansel dengan nada seperti biasa.
"Ini Bagas katanya pengen jalan-jalan berdua sama kamu" jiel yang mendengar kata jalan-jalan langsung menegakkan tubuhnya dengan raut wajah sangat senang.
"Wah jiel ikut ya" ucap jiel semangat.
"Kamu bisa denger kan jiel kalo Abang kamu pengen berdua ajah sama ayah. Jadi kamu dirumah ajah kalo ikut nanti sakit, trus kita lagi yang repot" jiel menunduk sedih.
Jadi benar jika orang tuanya merasa direpotkan dengan keadaan dia yang sering sakit.
Arsen langsung mendudukkan tubuhnya saat mendengar ucapan bunda yang menurutnya keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect family 2
General FictionLanjutan perfect family Jangan harap ada konflik besar dicerita ini karna itu tidak akan terjadi 🙂