5. DIA

10.6K 1K 37
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

☁☁☁

"Kedatangan saya kesini ialah untuk meminta restu dari orang tua Hana serta wali Hana. Saya, Alvanendra Nathar Armaghan ingin melamar dan menjalin hubungan yang serius dan halal dengan adik Abang yang tidak lain adalah Hanania Hazzafa Naeswari."

Degh

Dengan satu tarikan nafas, lelaki bernama Alvanendra Nathar Armaghan atau yang kerap disapa Nathar itu mengucapkan niat kedatangannya dengan penuh wibawa di hadapan Hana dan keluarga.

Hana, are you okay? Jangan ditanya. Karena sekarang Hana sudah diam membisu menatap jari-jari tangannya yang terasa kaku untuk digerakkan. Mata Hana tak berkedip, masih tidak percaya dengan apa yang ia dengarkan barusan. Ini ceritanya, Hana dilamar? Dilamar sama Nathar?

Jantung Hana ingin mencelos dari tempatnya. Tubuhnya seakan disengat aliran listrik hingga kaku untuk sekedar mengangkat kepala. Cukup lama keheningan terjadi hingga suara Arzan berhasil memecah keheningan yang terjadi.

"Saya tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak tanpa persetujuan Hana. Oleh karena itu, semuanya saya serahkan ke Hana," ucap Arzan melirik adiknya sekilas.

Oh, ayolah. Kenapa Arzan semakin membuat Hana mati kutu begini. Bagaimana mau menjawab? Lidah Hana bahkan terasa kelu untuk sekedar menjawab.

"Hana, bagaimana nak?" tanya Tante Naura.

"Han," panggil Eliza memegang pundak Hana.

Refleks Hana mendungak menatap ke arah samping kanan tepat dimana Eliza duduk. Iris mata Hana dapat menangkap tatapan senang sekaligus terharu dari mata sang Bunda. Bisa Hana rasakan betapa senangnya Eliza sekarang. Jika ditanya senang atau tidak pun sudah pasti Eliza senang ketika putrinya dilamar oleh anak sahabatnya.

Hana pasrah, dia tidak bisa menolak. Raut gembira yang tercetak di wajah Eliza seakan menguncinya. Sebenarnya Hana tidak ingin ini terjadi. Kenapa terlalu cepat? Hana bahkan belum mengenal lelaki tersebut. Siapa tadi namanya? Ah, ya, Nathar.

Kalau ditolak pasti akan membuat Bunda dan Abangnya kecewa. Apalagi Hana tidak ingin merepotkan Arzan terus-terusan dalam hal kebutuhan hidupnya. Mau meminta waktu juga pasti sama saja, kan? Ujung-ujungnya akan disuguhkan pertanyaan, diterima atau ditolak?

"Jika butuh waktu, saya bersedia menunggu. Saya tau kamu belum mengenal saya sama sekali, dan saya mengerti kecemasan kamu," celetuk Nathar kembali menyadarkan Hana.

"Jadi bagaimana nak Hana? Apa kamu butuh waktu? Tidak apa, jika kamu butuh waktu," tanya Arga.

Hana rasanya ingin menangis saja. Keputusan ada ditangannya. Jawabannya hanya dua, iya atau tidak. Hana masih diam sebelum menjawab lamaran Nathar dengan berpikir cukup matang.

Ragu, ia tidak mengenal Nathar sama sekali. Siapa lelaki itu? Dari mana? Orangnya bagaimana? Baik atau tidak? Hana tidak tau. Lantas apakah dia bisa menerima lelaki ini menjadi suaminya kelak?

Sekilas Hana teringat akan kisah cinta yang pernah diceritakan Naira kepadanya. Dimana dua orang yang saling tidak mengenal bisa menjadi sepasang kekasih yang sangat romantis. Apakah mungkin kisah cinta Hana akan seperti itu?

Hana juga ingat kata orang-orang kalau cinta datang karena terbiasa. Mungkin tidak ada salahnya Hana menerima lamaran ini walau dia sama sekali belum mengenal Nathar. Dilihat dari cara bicaranya juga Nathar seperti orang yang baik dan bijaksana.

HANATHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang