HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
"Allah menghancurkan rencanamu, sebelum rencanamu menghancurkan mu."
☁☁☁
"AWAS, SHAZFA!"
Hana berhasil menarik gadis yang hendak menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dan membawanya mendekat ke supermarket. Jika Hana terlambat dua detik saja mungkin nyawa gadis itu sudah melayang. Untung saja mereka berdua selamat.
Gadis yang diselamatkan Hana sontak kaget saat ditarik Hana. Sekarang ia masih menstabilkan pernapasan terlebih dahulu. Sama seperti gadis tersebut, Hana juga mengatur pernapasannya.
"Kamu nggak papa, Shaz?"
Hana bertanya seraya memegang kedua pundak gadis berdress biru laut tersebut. Sedetik kemudian Hana kaget karena yang barusan ia tolong bukanlah Shazfa.
Dress yang dikenakan gadis itu basah karena terkena hujan. Hana sampai tidak habis pikir, mengapa gadis ini berlari ditengah hujan sambil memegang beberapa lembar kertas ditangannya.
"Huh... Gue nggak papa. Makasih banget lo udah nolongin gue. Dan, lo barusan bilang apa? Shaz?"
"Afwan, aku kira kamu Shazfa. Aku salah orang." Hana meringis malu, ia kira Shazfa ternyata bukan.
"Shit! Kertasnya basah."
Gadis itu mengumpat pelan begitu menyadari beberapa lembaran kertasnya basah. Ia melipat lembaran tersebut lalu memasukkannya ke dalam tas sling bag yang ia bawa. Dari raut wajahnya, Hana rasa gadis itu habis menangis. Terlihat dari mata yang memerah disertai air di pelupuk mata.
Sekali lagi, dia menghembuskan nafas lega. Masih syok karena kejadian beberapa detik lalu.
"Ayo duduk dulu. Kamu pasti masih syok," ajak Hana merasa kasihan.
Si lawan bicara mengangguk saja dan mengikuti Hana. Mereka duduk di tempat awal Hana duduk. Merasa kasihan dengan gadis itu, Hana pun memberikan cardigan oversize yang tadi sempat ia pakai.
"Pakai ini, baju kamu basah. Nanti kamu kedinginan."
"Thanks." Dia tersenyum manis menatap Hana.
"Afwan."
Mengernyit kecil. "Afwan?" bingungnya.
"Oh, itu artinya sama-sama."
"Huh... Gue masih syok. Untung lo tarik gue tadi." Tampak ia memijit pelipisnya pelan.
Hana tersenyum. "Aku heran aja, kenapa bisa ada orang yang lari-larian di tengah hujan. Kamu habis dari Rumah Sakit?" tanya Hana.
Menghela nafas gusar. "Iya, gue dari sana." Pandangannya menunduk menatap ke arah kanan bawah. "Itu... Gue cuma lagi buru-buru, mau ke Bandara."
"Jalan kaki?" tanya Hana, sedikit terkejut.
Gadis itu tertawa. "Ya kali, gue tadi nyari taksi aja, makanya buru-buru," ucapnya membuat Hana semakin bingung.
"Oh, iya. Nama lo siapa? Gue bener-bener berhutang budi banget sama lo."
Hana tersenyum kecil sebelum menjawab. "Hanania, kamu bisa panggil aku Hana."
Gadis itu membalas senyum Hana.
"Gue Nisha. Salken, ya."
"Aku kira kamu Shazfa, soalnya mirip banget," kata Hana masih memperhatikan lekuk wajah Nisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Teen FictionMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...