HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
"Jangankan wajahnya, namanya saja sudah membuatku tersenyum."
(Alvanendra Nathar Armaghan)
☁☁☁
Untuk pertama kalinya penerus perusahaan Armaghan datang bersama sang istri ke Kantor. Pemandangan langka ini tentu tidak dilewatkan para karyawan yang ada di Kantor tersebut.
Semua menatap kagum sepasang suami istri itu. Berdecak kagum menatap lelaki pemilik rahang tegas yang menggenggam tangan istrinya sepanjang perjalanan.
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar di telinga. Semua tidak menyangka kalau sosok Nathar akan menikah dengan gadis selain Dara. Padahal dulu Nathar bucin akut.
Walau dibicarakan, keduanya sama sekali tak menggubris. Sekarang bukan saatnya membahas itu, mereka hampir terlambat. Keduanya melanjutkan langkah dengan cepat untuk mengejar waktu. Hingga sampai di ruangan rapat, Nathar sempat berucap sebelum masuk.
"Apapun kenyataannya, lo harus terima dengan ikhlas. Janji?"
Hana mengangguk dengan senyum kecil. "Janji," jawabnya lembut.
Pintu terbuka, menampilkan Arga, Adhli, Ardan dan Arzan. Mata Hana melirik ke seluruh ruangan, tak ada Eliza di sana. Keduanya pun masuk setelah mengucap salam.
"Wah, kalian sudah sampai rupanya."
Nathar tak menghiraukan sapaan Ayahnya. Dia lebih memilih duduk di samping sang Ayah, sedangkan Hana duduk di samping Arzan. Sebelumnya Hana sudah menceritakan semua kepada Arzan, tapi lelaki itu belum bereaksi sama sekali setelah melihat Ardan secara langsung.
"Bang, gimana? Benar beliau, kah?" tanya Hana pelan membuat Arzan menggeleng pelan.
Dari tatapan lelaki itu saja, Hana tau kalau Arzan ingin berkata 'Abang kan udah bilang, Abang nggak ingat wajahnya, Hana'.
"Jadi, bagaimana? Perusahaan kita setuju kan, bang?" tanya Hana pada Arzan.
Bukan Arzan yang menjawab, melainkan Ardan. "Tenang saja. Abang kamu sudah setuju, dan perusahaan kita resmi menjalin kerja sama," sahut Ardan membuat Nathar menoleh datar. Oh, ayolah. Jangan cemburu di saat seperti ini.
"Alhamdulillah."
"Terima kasih kepada Hana dan Nathar, karena sudah repot-repot datang ke Kantor di sela-sela jam kuliah kalian," ucap Ardan membuka topik baru.
Baik Nathar maupun Hana tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Tuan Ardan. Lagi pula ini sudah tanggung jawab kami," kata Nathar
"Tak apa, Tuan. Mereka kan masih muda, memang harus berkecimpung dalam dunia bisnis agar menjadi orang yang profesional dalam bekerja. Benar begitu kan, Tuan Adhli?" celetuk Arga menyindir Adhli yang dari tadi diam saja.
"Ah, iya. Tentu saja, Tuan Arga."
Nathar mendengus pelan, lalu menyenggol kaki Arga dari bawah.
"Kok malah lari dari yang kita rencanain tadi malam sih, Yah? Harusnya Ayah tanya sama Tuan Ardan." Nathar berbisik pelan di samping Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Teen FictionMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...