HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
☁☁☁
"Hana..."
"Hana."
Hana tersentak dari tidurnya begitu mendengar namanya dipanggil. Tengah-tengah malam begini waktu tidur harus terpotong karena merasa dipanggil. Hana mengerjap-erjapkan mata berkali-kali, berusaha mengumpulkan nyawa.
Tadi seperti ada yang memanggil namanya, tapi Hana belum bisa fokus siapa yang memanggil. Apalagi ini sudah pukul tiga.
"Hana."
Mata Hana membulat sempurna mendapati Nathar yang berada tepat di sampingnya seraya mengguncang-guncang tangan Hana. Hana langsung panik dan duduk. Sedangkan Nathar masih terus memanggil nama Hana seperti anak yang merengek kepada Ibunya.
"Astaghfirullah, Nathar. Kamu kenapa?"
"Hana." Nathar tidak menjawab, melainkan terus memanggil-manggil nama Hana berulang kali.
Tangan Hana terulur menyentuh kening dan lengan lelaki itu. Panas, itulah yang ia rasakan saat menyentuh kening dan lengan Nathar.
"Kamu demam!" ucap Hana panik.
"Tunggu disini ya, aku ambilin kompres sama obat dulu."
"Hana."
"Iya, Nathar. Tunggu sebentar, aku cuma ke dapur."
Nathar tidak membiarkan gadis itu pergi begitu saja, tangan lelaki itu terus memeluk lengan Hana dengan erat seakan takut kehilangan gadis itu.
"Hana, sakit."
"Iya, Nathar. Ini aku ambil dulu obatnya. Lepas dulu ya, aku cuma sebentar kok," ujar Hana seraya mengelus lembut rambut Nathar.
Dengan itu barulah Nathar bisa melepaskan Hana untuk mengambil obat dan kompres.
Tidak sampai lima belas menit Hana kembali dengan kompres, obat dan semangkuk bubur di nampan. Hana sedikit lama karena menyempatkan diri untuk membuat bubur Nathar.
"Hana, sakit," keluh Nathar langsung menghambur memeluk lengan Hana dengan erat.
Satu hal yang baru Hana ketahui tentang Nathar. Nathar itu manja kalau lagi sakit. Nathar sadar? Ya, Nathar sadar kalau dia sedang manja, apalagi manjanya dengan Hana.
Persetan tentang harga diri dan rasa gengsi. Nathar kalau lagi sakit memang seperti anak kecil yang tidak bisa ditinggal walau sedetik saja.
"Jangan gerak-gerak, Nathar. Nanti kompresnya jatuh," peringat Hana yang telaten mengompres kening suaminya.
"Badan gue nggak enak. Kepala gue rasanya mau pecah," adu Nathar dengan nada merengek.
Sekarang bagaimana, apa Nathar mengingat ucapannya beberapa jam yang lalu? Tadi aja ngomongnya nggak butuh bantuan siapapun, eh sekarang malah minta diurusin sama Hana.
Rela masuk ke kamar Hana hanya untuk minta dirawat. Bukan minta sih, tapi lebih tepatnya merengek pada Hana. Hana menghela nafas pelan. Kalau manja begini sudah pasti merepotkan, tapi namanya suami, ia mana boleh mengeluh.
"Makan dulu yuk, setelah itu baru minum obat."
Nathar menggeleng, pertanda ia tidak mau makan.
"Nggak boleh gitu, Nathar. Nanti kamu makin sakit kalo nggak makan," ucap Hana lembut.
Mendengar ucapan Hana yang melembut, Nathar jadi menurut. Ia menuruti perkataan Hana untuk makan. Nathar makan disuapi oleh Hana.
"Minum." Hana memberikan segelas air pada Nathar, lalu lelaki itu meminumnya hingga tersisa setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Novela JuvenilMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...