HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
"Kamu boleh menyebut nama siapa saja yang kamu inginkan di dalam doamu, namun bersiaplah kecewa jika bukan dia yang ditakdirkan untukmu."
- Alvanendra Nathar Armaghan -
☁☁☁
Memantulkan bola basket beberapa kali di lapangan kemudian memasukkan bola tersebut ke ring basket. Berulang kali lelaki jangkung itu mengulang hal yang sama seraya mengingat beberapa rentetan kejadian tadi malam. Perasaan gelisah mulai hadir sejak ia bangun pagi tadi.
Sambil bermain basket di halaman belakang rumah, Nathar mencoba mengingat keras kejadian tadi malam.
Mulai dari mabuk di club, dibawa pulang ke rumah, hingga kejadian kemarin malam dengan Hana. Rahang lelaki itu mengeras mengingat betapa lepas kendalinya dia pada Hana.
Sialnya Nathar lupa apakah dia mencium Hana atau tidak. Tapi semua kembali pada penyebab Nathar mabuk. Nathar mabuk karena Dara. Ditinggal Dara membuat dia melampiaskan kemarahannya dengan mabuk. Jika dikaji maka semua ini karena Dara.
Nathar benci dikhianati. Dara pergi tanpa mengatakan apapun, bahkan tanpa salam perpisahan. Sebenarnya kemana Dara? Mengapa gadis itu pergi? Apa karena ancaman sang Ayah? Tapi Arga mengancam Nathar, bukan Dara. Harusnya gadis itu tak perlu takut.
Beberapa rentetan memori manis tentang Nathar dan Dara mulai terbayang di pikiran Nathar. Senyum Dara, wajah Dara, hingga semua perkataan manis Dara terus terngiang di kepala Nathar. Sayangnya semua itu sudah usai, Dara sudah pergi.
Apapun Nathar berikan untuk Dara, tapi ini balasan Dara padanya. Nathar benci gadis itu. Bahkan dia rela menentang pernikahannya untuk Dara, tapi dengan tidak tau dirinya gadis itu pergi meninggalkan Nathar. Mulai sekarang tidak ada lagi kata sayang ataupun cinta pada Dara.
Nathar sudah memikirkan ini matang-matang. Dara sendiri yang memilih pergi, maka Nathar tak akan memintanya untuk kembali. Cukup sudah perasaan Nathar dipermainkan.
Matanya terpejam kuat mengingat betapa kesalnya ia pada Dara, lalu melempar bola basket dengan kuat ke arah ring. Bola itu tidak masuk, melainkan memantul kuat ke arah lain.
Mata Nathar membola melihat Hana yang mendekat masuk ke lapangan basket, sedangkan bola yang ia lempar mengarah pada Hana. Dengan gerakan gesit Nathar menarik Hana mendekat ke arahnya agar tidak terkena pantulan bola.
"Hana, awas!"
Gadis dengan gamis berwarna dusty pink itu tampak kaget, namun seperkian detik kemudian ia menghela nafas lega. Ternyata niat Nathar baik, ingin menyelamatkan Hana dari pantulan bola.
"Lo nggak papa, kan?"
Hana mendungak, menatap Nathar yang jauh lebih tinggi darinya. Ia lantas menggeleng. Sungguh, dari bawah sini Hana terpesona melihat sosok Nathar yang sangat tampan.
Keringat di tubuhnya tak menjadi hal yang dapat mengurangi kadar ketampanannya, melainkan menambah kadar ketampanannya.
Tersadar dari lamunannya, Hana refleks menunduk malu. "Minum?" tawar Hana memberikan sebotol air mineral pada Nathar.
Nathar mengambil botol tersebut lalu menegaknya hingga setengah.
"Makasih."
"Afwan."
Hana hendak berbalik, ingin pergi namun Nathar menahan tangannya membuat Hana menoleh.
"Gue minta maaf untuk kejadian tadi malam," ucap Nathar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Roman pour AdolescentsMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...