HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
"Di dalam mimpi, aku melihatmu menikah dengan perempuan lain. Anehnya aku menangis hingga terisak di alam sadarku."
- Aldara Kanisha Radeya -
☁☁☁
"Jadi... lo mau gue belajar jadi suami yang baik buat lo?"
Hana mengangguk dengan senyuman manis. "Iya, setidaknya perlakukan aku layaknya istri, bukan musuh kamu."
Nathar tidak yakin bisa melakukan yang Hana bilang, sementara dia saja sering kasar kepada Hana. Mencoba memang tidak ada salahnya, semoga Nathar bisa bersikap layaknya seorang suami pada istrinya dengan Hana.
"Tapi gue nggak janji."
"Nggak papa, setidaknya kamu mau nganggap aku teman, bukan musuh yang harus kamu benci."
"Jadi... kita teman?" Hana mengulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Nathar.
"Teman?" beo Nathar seraya menatap bingung jari kelingking Hana.
"Iya, teman hidup." Hana lebih dulu menautkan jari kelingkingnya yang kecil ke jari kelingking Nathar yang panjang.
Perlakuan Hana sukses membuat Nathar mematung dengan tatapan mata yang terus menatap kedua jari kelingking yang saling bertautan.
Membayangkan dia perlahan bisa membuka kesempatan untuk berteman dengan Hana. Bisakah? Hanya teman dan Nathar rasa itu bukan masalah.
"Kalo gue nyentuh lo, nggak bakalan dosa, kan?" Inilah akibat gugup, Nathar sampai bertanya tentang pertanyaan yang jawabannya sendiri pun dia sudah tau.
Wajah Hana yang tadi tersenyum kini berubah menjadi keheranan.
"Astaghfirullah, nggak lah. Malah dosa-dosa kita berguguran."
"Kalo kamu nyentuh Dara baru berdosa."
"Masa?" pancing Nathar.
"Iya. Kan nggak boleh sentuh yang bukan mahram."
Tanpa sadar Nathar semakin banyak bicara dengan Hana. Bahkan lambat laun perubahan sikap Nathar mulai kelihatan walau tidak terlalu menonjol.
Sikapnya memang masih kasar dan ketus tapi Nathar mau menghabiskan waktu untuk mengobrol tidak jelas dengan Hana. Contoh seperti sekarang ini, mereka masih di ruang makan dengan jari kelingking yang saling bertautan.
"Berarti kalo nyentuh lo boleh dong?" pancing Nathar menaik turunkan alisnya dengan jahil.
Tak lupa dengan gerakan tangannya yang kini menarik tangan Hana membuat wajah gadis itu sedikit mendekat dengan wajah Nathar.
Hana refleks menjauhkan wajahnya. Posisi seperti ini sungguh menguji kesehatan jantung. Mana posisinya sangat dekat, Hana bahkan sempat menahan nafas tadi.
Nathar hampir tertawa jika saja tidak menahannya. Wajah panik Hana sangat lucu hingga membuat dia hampir tertawa. Padahal hanya digenggam tangan saja tapi Hana sudah ketar-ketir.
"Boleh, tapi nggak--"
"Coba sini deketan, gue mau lihat wajah lo."
"Ha?"
"Budeg lo? Sini deketan, gue mau liat wajah lo," kata Nathar, galak.
"Nathar, ini pasti bukan kamu kan? Kamu nggak mungkin kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Teen FictionMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...