20. SATU KAMAR

12.8K 1.1K 48
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Tidak berpacaran, tapi hidup di lingkungan orang yang berpacaran itu sama seperti shalat tahajud. Yang lain sibuk tidur, sedangkan kita melakukan hal mulia di mata Allah."

☁☁☁

"Ngomong apa lo barusan?!" semprot Nathar galak, karena tak sengaja mendengar gumaman Hana.

Suara bariton itu berhasil membuat Hana terkesiap. Gadis dengan tubuh mungil itu menggeleng cepat. Gawat kalau Nathar ngamuk. Nanti beneran kayak reog.

"Nggak!" kilah Hana.

"Bohong hukumnya dosa, Hana. Gue denger lo ngomong apa tadi!"

"Oke, jujur!" Hana pasrah kalau sudah diungkit-ungkit soal dosa. Dosanya sudah banyak, tidak boleh sampai terkena dosa akibat durhaka pada suami.

"Aku bilang, kamu kalo marah kayak reog..." Pelan, sangat pelan ia bergumam, berharap Nathar tak mendengar.

"Lo bilangin gue kayak reog?!" Nathar melotot tajam, hingga membuat Hana panik. Apalagi saat lelaki itu mendekat ke arahnya.

Hana menjauh sedikit, menghindari lelaki jangkung itu. "Afwan, Nathar. Habisnya kamu kalau marah beneran serem."

"Makanya jangan buat gue marah!"

"Ya, gimana caranya? Kamu aja yang gampang emosian." Untung Nathar sudah memperbanyak stok kesabarannya yang semakin hari semakin menipis jika bersama Hana.

"Terserah, gue malas debat."

Hei, lihat perubahan tuan muda yang arogan itu. Kalah dalam perdebatan kecil bukan tipenya, tapi demi Hana ia mengalah. Mendengar itu, Hana tersenyum. Es krim yang tadi mereka makan sudah habis tak tersisa.

"Satu kata yang ada di pikiran lo saat kita bertemu untuk yang pertama kalinya?" Nathar berucap seraya memusatkan pandangan pada Hana. Tubuhnya pun ia hadapkan sepenuhnya pada gadis itu.

Ditanya seperti itu, Hana langsung berpikir. Mengingat kembali awal pertemuan mereka. Dimana Nathar mengkhitbah Hana tepat di malam hari.

"Baik," ucap Hana tersenyum kecil.

"Baik?" ulang Nathar seakan tak percaya.

"Iya. Aku nggak bisa natap kamu lama-lama pada saat itu, tapi entah kenapa aku yakin kalo kamu lelaki baik yang Allah kirim untukku."

Oh, ayolah itu sangat manis. Bibir Nathar sampai berkedut menahan senyum.

"Gimana sama kamu?" Kini Hana berbalik bertanya.

Nathar yang ditanya pun menarik sudut bibirnya. "Gadis dengan bola mata coklat terang," jawab Nathar.

"Itu udah lebih dari satu kata, Nathar."

"Itu yang gue tangkap saat pertama kali kita bertemu di Bandara."

Degh

Hana sontak menoleh, menatap Nathar yang kini menatap dirinya dengan tatapan dalam. Bandara, kata itu barusan membuat Hana berpikir keras. Mencoba mengingat lebih dalam, hingga seperkian sekon kemudian dia belum berhasil menemukan jawaban.

"Bandara?" gumam Hana dan Nathar mengangguk.

"Gadis bercadar yang gue temui di Bandara satu tahun lalu."

Mata Hana membola, ucapan Nathar barusan berhasil mengingatkan Hana tentang pertemuannya dengan seorang lelaki satu tahun silam. Perawakan lelaki itu sangat mirip sekali dengan Nathar. Wajah, tubuh, bahkan style juga sama.

HANATHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang