"Kubiarkan kisah ini menjadi hidup. Menjadi cerita antara diriku dengan mu. Menjadi kisah yang tak pernah memiliki akhir dan awal.
Ku biarkan hati ini melabuh tanpa menepi. Karena pada hakikatnya kau bukanlah milik ku seutuhnya."🕊️🕊️🕊️
"Kamu bagian dari perjalanan yang ternyata menyimpan banyak bisu"
🌼🌼🌼
"Berlayar lah sampai kita menemukan dermaga hati yang tepat untuk tidak membentangkan sebuah layar kapal hati"
🍂🍂🍂
"Pertanyaan yang tak pernah memiliki jawaban pasti itu adalah kehidupan"
🌀🌀🌀
"Sebuah jawaban yang sebenarnya tak ingin kudengar adalah melepaskan dirimu pergi."
🌉🌉🌉
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Sesampainya Bima dan Danu di bandara ternyata ada Hwan dan Tio yang mengejar mereka berdua.
"Ini gue punya baju tambahan buat lu, kita tadi shopping mendadak, lu harus jaga kesehatan ya, sorry gue gak bisa bawain lu apa-apa selain ini doang" Hwan memberikan paper bag berisikan beberapa potong baju baru dan celana baru juga untuk Danu. Tadi sebelum sampai di bandara, Bima sempat mengirimkan pesan singkat bahwa Danu tidak banyak membawa baju, sehingga Hwan dan Tio gercep untuk mencari beberapa baju di toko didekat wilayah bandara.
"Makasih sebelumnya, kalian gak repot repot gini lagian gue kan udah biasa juga pake baju itu itu aja" Danu menerima paper bag tersebut dan tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Ini pasti ulah lu" lanjut Danu menatap mata milik Bima.
"Kaga.. gue kaga bilang apa-apa" tentu saja Bima akan mengelak pernyataan dari Danu.
"Ini murni inisiatif gue kok" lanjut Tio.
Tio adalah orang yang sangat berat melepaskan kepergian Danu saat ini. Selain terlalu dekat, Tio juga anak tunggal yang tak memliki saudara, sehingga ia sudah menganggap Danu sebagai bagian dari keluarga nya.
Dua puluh menit kemudian sebuah informasi bahwa penerbangan Jakarta-Banjarmasin akan segera berangkat. Tio yang paling cengeng diantara keempat member merpati Squad pun sangat berusaha untuk tidak menangis namun usahanya selalu gagal karena tak kuat melihat salah satu sahabatnya pergi merantau ke tanah orang.
Penerbangan ini memakan waktu yang cukup singkat yaitu satu jam saja. Setelah turun dari pesawat dan keluar dari dalam bandara, ia segera berjalan menuju parkiran mobil-mobil taksi bandara. Namun sebelum Danu sampai ia sudah mendapatkan pesan dari Hwan. Pesan singkat itu berisikan bahwa Danu tak perlu mencari taksi karena Hwan sudah meminta tolong kepada saudaranya yang berada di Banjarbaru untuk menjemput Danu dan mengantarkan nya ke asrama kampus.
Akhirnya Danu mengurungkan niatnya untuk mencari taksi dan memilih untuk menunggu jemputan dari saudara Hwan.
'gak papa nunggu, itung-itung hemat biaya di tanah rantauan.' batin Danu yang melihat seseorang berjalan kearahnya.
"Maaf, kamu Danu temannya Hwan?" Tanya seseorang yang memakai setelan rapi kaos.
"Iya benar, Kaka sepupunya Hwan ya" jawab Danu yang meneliti setiap penampilan orang didepannya ini.
"Iya benar saya Atta Kaka sepupunya Hwan, mari saya bantu bawa tasnya" ucap lawan bicara Danu dengan logat Banjar kental.
"Eeeee kak, gak apa-apa biar saya saja yang bawa, takut merepotkan kaka" Danu lekas mengambil kembali tas kopernya.
"Padahal kada papa Lo direpotkan," ucap Atta yang lupa bahwa ia sedang berbicara dengan orang lain yang dari luar Banjar.
"Iya kak, maaf saya belum terbiasa mendengar bahasa Banjar" kata Danu yang masih merasa asing dengan bahasa Banjar.
"Oh iya lupa kan lain orang Banjar, sorry sorry biasanya ngomong sama Hwan jadi lupa kalo kamu bukan Hwan" Atta akhirnya sadar juga.
"Iya kak gak apa,"
"Oh iya kak, ini tujuan kita jauh ya dari bandara" tanya Danu saat di dalam mobil.
"Gak juga, ya lumayan lah 20 menitan buat sampai di asrama." Jawab Atta setelah memasang sabuk pengaman.
"Terimakasih kak" ucap Danu ramah.
"Ya sama sama, oh iya kalo perlu apa apa nanti bilang aja nanti saya suruh Hwan buat kirim kontak saya untuk kamu, supaya kamu merasa punya keluarga di perantauan" tutur Atta sambil fokus menyetir.
Secara tiba-tiba Danu merasa terharu atas ucapan Atta barusan. Ia juga tiba-tiba tersadar bahwa ini bukan lah Bogor melainkan Banjarbaru. Tempat baru, suasana yang baru juga tentunya.
Benar saja yang dikatakan oleh Atta. Perjalanan dari bandara menuju asrama mahasiswa provinsi Jawa barat yang berada di universitas lambung Mangkurat hanya memakan waktu sekitar 20 menitan. Setelah memarkirkan mobilnya Atta bergegas turun dan membantu Danu yang mengeluarkan 2 koper miliknya dan tas ransel berukuran sedang dari bagasi mobil.
"Ini asramanya, lumayan bagus ya asrama Jabar, moga moga kamu betah disini. Oh iya, kan kamu Maba di sini otomatis nanti kalo diluar asrama pasti kebanyakan bertemu sama orang Banjar atau orang yang memiliki aksen Banjar, nanti kalo ada beberapa kata yang kurang dimengerti jangan sungkan buat bertanya, aku kasih beberapa contoh kalimat umumnya ya. Wesss aku bahasanya. Hehehehe" gurau Atta saat membantu membawa koper menuju gerbang asrama.
"Gak apa-apa kak, supaya akrab nantinya" jawab Danu mengimbangi lawan bicaranya.
"Tapi kita berteduh dulu yuk, panas nih" ajak Atta pada Danu.
"Nih ya biasanya mereka tanya kaya gini 'ngaran ikam siapa?' atau 'eh boleh kenalan lah.. nama ulun ini ini' begitu" jelas Atta.
"Kalo ikam itu artinya kamu dalam intensitas sedang, lawan nya aku. Nah kalo Pian itu artinya kamu tapi dalam intensitas bahasa yang halusnya lawannya itu Ulun artinya saya. Kalo kasarnya unda artinya saya dan lawannya nyawa artinya kamu. Tapi saran ku aja, sebagai pendatang, kan gak semua mahasiswa yang kamu temui itu asli luar pulau Kalimantan, jadi biasin aja denger unda dan nyawa tapi gak perlu sampe ikutan juga, kurang enak didengar aja sih." Jelas panjang lebarnya Atta.
"Siap kak, terimakasih sebelumnya, nanti saya akan coba untuk lebih beradaptasi lagi." Jawab Danu dengan mantap.
"Bagus deh, oh iya gak bisa lama nih mau ada kelas nanti sore, aku kuliahnya di kampus dekat sini jadi nanti aku ajak ke rumah ku ya" jawab Atta.
"Baik kak, terimakasih sekali lagi" jawab salam Danu.
Setelah melihat Atta pergi kedalam mobil, Danu bergegas mendatangi meja informasi asrama. Melaporkan kedatangannya sebagai maba beasiswa.
Kegiatan Danu ditutup dengan berisitirahat setelah menempuh jarak yang cukup jauh dari Bogor menuju Banjarbaru.
Bersambung .......
Cieee yang udah jadi Maba, moga moga si Hwan sama Tio nyusul deh.. berharap lagi si tiang listrik nya merpati Squad ikut juga ( itu si Bima 😅😅 )
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA GARIS SEMU DAN SENJA
Teen FictionIni sebuah kisah dari sebuah perjalanan hidup yang singkat milik Danu Satya. Seorang pemuda yang harus bertahan hidup di panti dan berjuang sendiri tanpa orang tua, ia hanya memiliki wali hidup yaitu ibu pemilik panti. Dibesarkan di dalam lingkungan...