Terdengar gelak tawa dari seluruh penjuru kantin. Daxion yang melihat itu tak tinggal diam kala kekasihnya dipermalukan didepan umum.
Tanganya terangkat lalu dengan tak berperasaannya menampar Dasya. Menurut lelaki itu perempuan didepannya ini sudah keterlaluan.
PLAKK.....
Satu tamparan lolos mengenai pipi mulus Dasya. Sangking kuatnya tamparan itu membuat suatu bunyi yang sangat nyaring. Tapa diduga Dasya menagis. Membuat seluruh penjuru kantin menatapnya iba.
Jika kalian kira dia lemah? Kalian salah besar, ia mempunyai rencana tersendiri atas itu.
"DAXION!"
Dasya menyeriangai dalam hati. Tebakanya tidak pernah meleset. Orang itu datang, berdiri disampingnya dengan aura pekat yang ketara.
Daxion gelagapan mendapati ketua gang Atrocious itu menatapnya seperti tatapan ingin membunuh. Aksara.
"Gu-gue—— akghhh."
Belum sempat menyelesaikan ucapanya Daxion dibuat tersungkur akibat tinjuan kuat yang diluncurkan tepat pada wajahnya.
"Jangan mentang-mentang kita sahabatan dan lo wakil ketua Atrocious, lo jadi bisa seenaknya sama cewek gue." Ucap Aksara dengan wajah datarnya.
DUKK.
Aksa kembali menendang Daxion dengan sekuat tenaga. Membuat sang empu merintih kesakitan.
Daxion seakan kehilangan akal akibat perlakuan Aksa yang membuatnya geram hanya karna membela gadis bodoh seperti Dasya. Rasa takut lelaki itu seakan tak pernah ada, bersiap akan melawan iblis berperawakan manusia semacam Aksa.
"JALANG LO YANG SALAH BEGO." teriak Daxion tepat di hadapan Aksara.
Dasya yang sendari tadi ekting menangis karena tamparan itupun membuka suara. "Gu-gue bu-kan J-jalang hikss."
Aksa yang mendengar itu lantas tak bisa mengontrol dirinya. Perkelahian sengit pun terjadi.
Tentu kalian bakalan taukan siapa pemenangnya? Yess! Tentu Aksara.
Daxion sangatlah tidak puas akan kekalahan barusan, "Udahlah, Sa. Ngapain sih lo bela dia sampai kegilaan kayak gini?"
Kuku-kuku jari Aksa memutih mendengar penuturan Daxion. "Sampai mati pun gue bakalan tetep berada dibelakangnya, nuntun dia, bela dia. Bakal gue hancurin semua yang ngehalangin jalannya."
Terdengar kekehan meremehkan dari Daxion. "Bro? terima kenyataan aja kalau cewek yang lo bela itu sukanya sama gue. Ngapain lo jatuh-jatuhan bela dia? kalau pada akhirnya dia bakalan tetep cinta matinya sama gue?"
Dasya seakan-akan bertindak seperti ingin memuntahkan sesuatu. "Pede banget. Mana nih kameranya? gue mau lambaian tangan. Males banget berbagi udara sama cowok lemes kayak dia." Gumam Dasya sangat lirih, mungkin hanya dirinya yang mampu mendengar.
"Dasya gak pernah cinta sama Lo. Dia cuman ngikutin permainan Lo aja supaya Lo gak mati kecekek rasa malu." balas Aksa dengan senyum tenangnya.
Selanjutnya cowok itu menunduk membisikan sesuatu kepada Daxion, "Inget perusahan bokap lo ada di bawah kuasa gue, Daxion."
Terlihat seringaian terbit dari bibir Aksara. Daxion langsung kicep dibuatnya. Mendengar perusahan yang selama ini menyangga keperluan keluarganya itu dibawa-bawa.
Sebenarnya Aksa tak sejahat itu. Apalagi mengingat Daxion itu teman masa kecilnya. Tapi apa boleh buat? Rasanya kepada Dasya lebih besar dari apapun.
"Ayo pergi." Aksara menggandeng Dasya yang masih menangis itu untuk dibawanya pergi dari kantin.
******Sesampainya dirooftop. Aksara mendudukan Dasya dibangku yang tak jauh dari sana.
"Ck. Berhenti ngedrama gadis nakal."
Dasya hanya memutar bola matanya malas. Dan memegang pipinya yang terasa nyeri.
"Yah Padahal gue udah akting sebaik mungkin." Ucapnya sok sedih.
"Bentar." Ucapnya, Kemudian pergi entah kemana.
Lelaki itu kembali dengan membawa P3K ditanganya. Mendudukan diri disamping Dasya. Dengan telaten, ia mengobati bekas merah dipipi dasya. Dasya tidak berontak sama sekali, ia hanya diam sambil menatap dalam wajah dengan pahatan sempurna didepannya.
Aksa sadar tatapan itu sendari tadi. Menengguk ludahnya kasar menghilangkan rasa berbunga-bunga dan salting yang bersarang. Pipinnya bahkan memerah, persis seperti seorang gadis yang sedang dimabuk kasmaran.
Dasya! alihkan tatapanmu. Jangan salahkan Aksa jika dia sampai tidak bisa menahan sesuatu yang keluar dari dirinya kemudian menerkamu.
Hingga suara dering telepon mengalihkan perhatian mereka. Dasya yang merasa sumber suara itu berada di sakunya. Lantas segera mengambilnya.
📞Dasya: " hallo,"
📞Unknown: "Iya hallo."
Terdengar suara bariton dari balik sambingan telepon itu. Aksa yang mendegar itu lantas menoelDasya untuk meloadspeaker.
Aksara mengerutkan dahi. Terasa familiar dengan suara itu.
📞Dasya: " ini siapa ya? "
📞Unknown: "Bukankan tidak sopan jika
seseorang tidak mengenali
tunanganya sendiri?"📞Dasya: "Jangan sok kenal deh "
📞Unknown: "Bagaimana keadaan mu?"
📞Dasya: " Lo sebenarnya siapa sih?! "
📞Unknown: "Saya hanya ingin tau
bagaimana keadaamu, honey"Aksara yang sudah tersulut emosi lantas mengambil paksa handphone yang berada di genggaman Dasya lantas mengucapkan.
Cowok itu bisa-bisanya mengaku kalau dia tunanganya Dasya. Ia tau semuanya tentang Dasya, orang itu berbohong!!
📞Aksara: "Jangan ganggu cewek orang
sembarangan bangsat."Terdengar kekehan dari balik telefon itu. Hal itu membuat Aksara yang temperamental nya buruk lantas membanting hp Dasya keras. Membuatnya terbelah menjadi dua.
"AKSA. LO APA-APAAN SIH."
"Lo berani bentak gue, Dasya?!" Ucap Aksara dengan nada yang sedikit meninggi. Itu juga efek bawaan dari rasa kesalnya terhadap sesorang dibalik sambungan telefon.
"KENAPA ENGGAK? LO UDAH NGEBANTING HP GUE."
"Lo nyalahin gue karena orang dibalik telefon itu?"
"Ah terserah, ngomong sama lo gak bakal ada habisnya." Pasrah Dasya. Bergegas meninggakan Aksara yang terdiam. Tanpa memberikan reaksi apapun.
Setelah kepergian Dasya. Aksara mengacak ngacak rambutnya frustasi. Dia menghancurkan segalanya.
Terbitlah senyum mengerikan dari sang empu.
"Lo cuman milik gue dasya, gak ada yang bisa milikin lo selain gue." Ucapnya disertai kekehan diakhir kata.
"Termasuk Zero"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya