Dipagi hari yang cerah ini. Dasya sudah bersiap-siap dengan seragam sekolah kebanggaannya. Kakinya melangkah menaiki lift, lift dirumah atau lebih tepatnya mansion ini lebih sering digunakan dari pada tangga. Itu hak wajar sih, sebab dilihat dari segi besar dan tingginya mansion ini.
Matanya tak sengaja melihat Reina yang sudah siap-siap dengan sragam sekolahnya. Kebetulan sekali Reina juga melihatnya.
Dasya diam tak bergeming saat Reina berjalan menghampirinya. Ia akan melihat sejauh apa rencana yang sudah Reina buat.
"Kunci mobil." Ucap Reina songong, sabil menodongkan tanganya. Buat apa ia berpura-pura lagi? Toh Dasya juga sudah tahu.
"Miskin." Cibir Dasya.
"Cepet deh mana kuncinya? Jangan banyak omong. Gue disuruh Vero."
"Gak sopan banget lo. Gue bilangin Papa, mampus." Ucap Dasya. "Lo dikick Papa gue otomatis jadi gelandangan. Inget, Lo itu anak pungut jadi gak usah belagu."
Dasya kesal setengah mati akibat ucapan Reina yang tidak ada sopan sopanya terhadap Papanya. Jangan ditanya mengapa hari ini Dasya sangat sensitif, yaps! Ia lagi kedatangan bulan.
Ia langsung melempar salah satu kunci mobil kearah Reina. Dirinya tadi juga dikabari oleh Vero bahwasanya kemarin dirinya dan Vio belom bisa pulang. Tadi juga Vero menyuruh Dasya untuk berangkat bersama Reina, Dasya tentu ogah, alhasil papanya menyuruh Dasya untuk memberikan salah satu kunci mobil kepada Reina.
"Lo sekarang boleh ngehina gue sepuas lo. Tapi bentar lagi lo bakalan ada diposisi gue bahkan lebih parah." Ucapnya sambil tersenyum.
"Sampai kapanpun gue bakalan diatas lo." Sarkan Dasya.
"Kita tunggu aja. Gue pastiin ada salah satu yang akan ngerenggang nyawa."
*******
"Gue gak liat Reina sama sekali, kayaknya dia gak masuk." Monolognya.
Sekarang, Dasya berada dikantin, sendirian. Entah kemana Aksara yang biasanya membuntutinya, dirinya juga tak tahu.
Sebenernya dirinya mempunyai firasat buruk bahwa akan ada hal besar yang akan terjadi kedepanya. Dan itu masih tanda tanya diotaknya.
"Eh," Dasya terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya ringan.
Dirinya mendongak, mendapati Daxion disana sedang tersenyum cerah.
"Mau apa lo?!" Sentak Dasya sewot. Melihat wajah Daxion membuatnya muak.
"Mau makan." Ucapnya santai sambil sedikit menyodorkan nampan yang ada ditangannya.
"Ya ngapain disini bego." Ucap Dasya ngeggas. Tidak ada kata jaim dan cool bila berhadapan dengan Daxion.
"Suka-suka gue." Daxion menaruh makananya dimeja, dan mendudukan dirinya disamping Dasya.
Dasya sebenarnya tak ingin dekat-dekat dengan cowok itu, tapi dirinya juga males jika harus pindah meja. Jadilah dirinya akan mengabaikan cowok itu saja.
"Sya, sebenarnya gue masih suka sama lo."
"Oh," Jawab Dasya singkat. Dirinya masih tetap melanjutkan aktivitas makanya.
"Oh doang?" Ucap Daxion. "Gue yakin lo masih suka sama gue, ayo balikan."
"Pede banget,"
"Gak usah boong, lo cinta mati sama gue. Gue yakin hal itu." Daxion sengaja menjeda ucapanya. "Gue minta maaf, dan sekarang gue mau lo sekali lagi."
"Lain kali berlajar menghargai, karena nggak semua penyesalan bisa dibayar dengan kata maaf."
Daxion mengangguk, "Gue bener bener nyesel. Jadi, sekarang lo mau balikan sama gue?" Ucapnya dengan senang.
"Makasih atas tawarannya tapi gue enggak minat." Setelah mengucapkan kalimat itu, Dasya bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Daxion sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya