Dasya melirik jam yang melingkar ditanganya. Hari sudah mulai larut malam. Maklum, tadi sepulang sekolah cewe itu tak langsung pulang. Melainkan jalan-jalan terlebih dahulu. Sangking asiknya sampai dia lupa waktu.
Bahkan kendaraan yang berlalu lalang juga mulai sepi.
"Eh apanih?" Ucapnya bingung, pasalnya tiba-tiba mobilnya limbung seakan hilang kendali.
Dengan terpaksa, Dasya menghentikan mobilnya. Ia turun untuk mengecek penyebab utamanya.
"Agh sialan bocor." Gerutunya sebal saat melihat ban mobilnya yang kempes.
"Mana sepi banget lagi," Ucapnya sambil menoleh kesana-kemari. sebenarnya menurut Dasya kejadian ini sangat janggal. Semoga saja itu hanya firasat belaka saja.
Dug
Brukk
Tubuh Dasya jatuh tak berdaya saat punggungnya dihantam oleh balok kayu besar oleh seseorang.
"Berhasil." Ucap orang itu, "Cepet, bawa cewek ini ketempat yang ditentukan." Suruhnya kepada para bawahan.
Para bawahan itupun menganggukan kepalanya, dengan sigap mereka menggotong tubuh Dasya.
__________
Kelopak mata seseorang yang berada diruangan itu mengerjap, menyesuaikan cahaya yang ada.
"Gue dimana?" Monolog Dasya dalam hati bingung, dirinya masih belum sadar apa yang terjadi sebelumnya.
Ia melihat keseluruh penjuru ruangan, sedetik kemudian dirinya tersadar. "Udah ketebak, firasat gue nggak pernah meleset,"
Dengan kesusahan Dasya meraba sakunya, sebab tangan dan kaki diikat serta mulut nya yang dilakban.
"Agh susah," Ucapnya tak jelas. Tak berhenti disitu, Dasya mencoba dengan segala cara.
Mungkin keberuntungan ada dipihaknya sebab berhasil mengambil alih handphone dari sakunya.
Ia sekarang memiliki asumsi sendiri, sudah pasti para penculik yang menyekapnya ini pasti penculik abal-abal. Sebab bila penculik profesional pasti sudah mengingkirkan benda pipih itu dari korban.
Dan juga, kebodohan yang dilakukan mereka adalah meninggalkan sosok seperti Dasya ini sendirian tanpa penjaga satu pun.
Aksara
Orang itu yang saat ini ingin ia mintai bantuan. Entah kenapa, tapi fikiranya berkata demikian.
"Sialan," Umpatnya saat panggilan itu ditolak oleh Aksa.
Hingga panggilan ketiga hasilnya pun tetap sama. Wajah Dasya mengeras, sepertinya Aksara lupa bahwa she pendendam.
"Kenapa saat gue butuh lo malah nggak ada." Ucapnya dalam hati.
Zero
Dasya menghubungi Zero dengan susah payah mengungat tanganya yang masih terikat. Dalam hati ia berdoa semoga panggilanya diangkat.
"Halo, ada apa, Sya?"
Dasya menghembuskan nafas lega. "Tolongin gue,"
"Hah apa? Kurang jelas."
"Gue diculik." Ucapan Dasya terbata tak jelas, bahkan seperti gumaman.
"Lo kenapa sih, Sya? Lo baik-baik aja kan?" Ucap Zero dari sambungan telefon dengan khawatir.
Dasya memutuskan mengakhiri sambungan telepon itu, percuma saja Zero tak akan paham maksudnya.
Untung Dasya mempunyai kepintaran diatas rata-rata, dirinya tak kehabisan ide. Ia memutuskan untuk mengirim lokasi sekarang ini kepada Zero.
Dasya
lokasi·
Tplngin gyuwWalaupun typo parah, Dasya berdoa semoga chatnya masih bisa dibaca.
Kenapa Dasya tak menelfon anak buahnya saja? Karena Dasya tak mau membuat masalah ini melebar hingga orang tuanya tahu.
Sejak kejadian prank di mansion atmosvier beberapa waktu lalu, Papa nya—Vero—mencari tahu tentang mereka. Sebab akses papanya yang kuat membuat mereka mau tak mau harus tunduk kepada papanya.
Walaupun tak ada yang memberitahu Dasya akan hal itu, tapi dirinya tahu.
Pyarrr
Dasya terlonjak kaget saat handphone yang berada ditanganya tadi melayang kemudian terpental kelantai. Membuatnya menjadi hancur berkeping-keping.
Dasya mendongak, mendapati penculik itu sedang menatapnya datar, wajahnya ditutupi oleh masker. Bukanya takut tapi Dasya malah memandang penculik itu dengan pandangan meremehkan.
Penculik itu menjambak rambut Dasya hingga membuatnya terhuyung kesamping, "Jangan macem-macem." Ucapnya. Tapi orang itu seperti sedang menyamarkan suara.
Dasya memandang orang itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Seperti melasa deja vu dengan orang itu. Apakah orang yang ada didepanya ini orang yang ia kenal?
Brakkkk
Pintu yang semula tertutup kini terbuka lebar. Memperlihatkan beberapa orang yang masuk dengan sorot bingung.
"Ada apa, Bos?" Tanya salah satu dari mereka. Tak ada yang memakai masker sama sekali terkecuali seseorang yang dipanggil bos itu. Bahkan penampilan lebih tertutup hingga Dasya sulit untuk mengenalinya.
Tanpa sepatah kata orang yang panggil 'bos' itu pergi, meninggalkan anak buahnya yang masih dilanda kebingungan.
"Tadi ada apa sih sebenernya?" Tanya salah satu dari mereka.
"Gue juga gak tau, orang kita tadi semuanya didepan." Jawab temanya.
Orang yang bertanya tadi, kini menghadap Dasya. "Ada apa? Lo buat ulah ya?"
Tanpa membalas pertanyaan orang itu, Dasya memutar bola matanya jengah.
Hingga kemudian mereka memutuskan untuk keluar dari ruangan itu saja. Hal itu membuat Dasya bingung, sebenernya motif penculikan ini apa? Kok nggak ada adegan kekerasan sama sekali sih.
Beberapa menit kemudian, masih dengan kebingungan yang bersarang dikepalanya. Dasya terlonjak kaget saat ada yang menepuk pundaknya.
"Syut.."
Dasya menoleh, "Gue Zero," Ucap Zero sedikit berbisik. Tanya tak tinggal diam, ia melepas lakban yang ada dimulut Dasya dengan super hati-hati.
"Sakit?" Ucap Zero setelah lakban itu berhasil terlepas.
Dasya menggelangkan kepalanya, "Ayo pulang, gue ngantuk." Ucap Dasya seolah tak ada beban.
"Gue lepasin dulu ikatan lo." Zero beralih kebelakang lalu melepas ikatan itu satu persatu.
"HEY BERHENTI!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya