Ditengah-tengah kemudinya, Dasya menghela nafas kasar. Kenapa hidupnya tak bisa tenang, sekali saja?
Dirinya mengendarai montor dengan kecepatan diatas rata-rata. Bibirnya cemberut kesal saat ingatanya terlempar beberapa menit yang lalu.
Tadi, dirinya mendapatkan pesan dari salah satu teman Zero, yaitu Bima. Kurang lebih isinya memberi tahu tentang Zero dan Aksa yang sedang berkelahi.
Sesampainya ditempat yang dituju, Dasya langsung memakirkan motor asal. Berlari, memasuki ruangan yang menjadi tempat perkelahian.
"Mereka yang kelahi, kenapa gue yang disuruh kesini?" Bingungnya, sambil mempercepat laju larinya.
Brakk...
Dasya menendang pintu ruangan itu dengan kuat, hingga menyebabkan bunyi yang nyaring.
Hal pertama yang membuatnya terkejut adalah adanya banyak orang disana, apalagi semuanya berjenis kelamin laki-laki. Tapi tak ada satupun yang memisahkan dua orang yang berkelahi ditengah-tengah. Padahal sudah banyak luka yang dua cowok itu dapat.
Terdengar helaan nafas lega saat Dasya memasuki ruangan itu, tentu hanya sebagian dari mereka. Sedangkan Zero dan Aksa masih fokus pada perkelahiaanya.
Tanpa rasa takut, Dasya berjalan kearah tengah-tengah kemudian berhenti diantara Aksara dan Zero. Perbuatannya yang berani itu tentu membuat mereka meringis ditempat, terkecuali Zero dan Aksa.
"BERHENTI !!" Teriaknya nyaring.
Sontak Aksara dan Zero menghentikan perkelahiannya. Mereka otomatis menurunkan kepalan tangannya dari udara. Nafasnya sama-sama masih memburu.
Dasya menatap tajam mereka berdua. "Keren kalian begitu?" Ucapnya menggeram marah.
Tak ada sautan satupun dari mereka.
"Jawab?! Gak punya mulut atau lupa cara gunain mulut?"
Hening.
Tetap tak ada sautan. Dasya mengedarkan pandangannya, matanya tak sengaja melihat jaket yang mereka kenakan, ada dua lambang berbeda. Ada anggota inti dari geng yang dipimpin Zero dan Aksa juga?
"KALIAN JUGA, ADA ORANG BERANTEM KENAPA GAK DIPISAHIN SIH?!"
"K-kita gak b-berani." Dengan suara terbata, Bima angkat suara. Melihat Dasya seperti ini bahkan lebih menyeramkan dari apapun. Aura cewek itu sangat dominan.
Dasya berdecih sinis. "LIAT NIH MEREKA SAMPAI LEBAM-LEBAM BAHKAN SAMPAI BERDARAH KAYAK GINI."
'Apakah Dasya khawatir?' Batin Aksara dan Zero berasumsi.
Berfikiran seperti itu membuat Aksara dan Zero menarik sudut bibirnya. Hal itupun tentu dilihat oleh anggota geng masing-masing.
Bima bergedik ngeri. "Gila tuh, bos. Disituasi kayak gini masih bisa-bisanya senyum-senyum gak jelas kayak gitu." Bisiknya kepada Dimas.
"Bulol, anjing." Balas Dimas.
Dasya menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan saat melihat Aksara dan Zero yang malah senyum-senyum tak jelas.
"Bisa jelasin ke gue kronologinya?" Ucap Dasya menurunkan nada suaranya.
Masing dengan mata yang berapi-api menatap Aksa, Zero angkat suara. "Ada orang yang alergi fakta kalau lo udah bukan siapa-siapanya."
"Lo diem dulu," perintah Dasya kepada Aksa, karena cowok itu ingin menyela.
"Niat jelasih nggak?" Kesal Dasya, penjelasan macam apa seperti itu?!
Zero mengangguk, "Dia dateng dateng marah-marah dan ninju gue, Gue ya gak terima dong karena gue gak salah." Ucapnya sambil menunjuk Aksa.
"Dibicarain baik-baik apa gak bisa sih?! Berantem mulu hobby lo pada." Dasya berucap dengan berapi-api.
Padanganya beralih menatap Aksa. "Lo juga ngapain tiba-tiba ninju orang?"
"Dia posting foto lo."
What the fuck!! Cuman karena hal sepele seperti itu?!
"Gue nggak terima, gue nggak suka. Lo itu cuman milik gue." Ucapnya berapi-api sambil menatap Zero tajam. "Gak bakal ikhlas gue lo di-posting sama cowok lain apalagi itu cowok bangsat kayak dia." Tunjuknya pada Zero.
"Cuman karena itu?" Tanya Dasya yang dibalas anggukan oleh Aksa.
"Lo ngerti gak sih? Gue cemburu, cemburu banget." Aksara menjeda ucapanya. "Bagi orang lain mungkin hal sepele tapi bagi gue nggak. Lo itu segalanya bagi gue, lo ngerti gak sih?"
Aksa menjambak rambutnya frustasi, cara apalagi yang harus dia lakukan untuk menjelaskan bahwa dirinya secinta itu dengan Dasya?
"Kapan lo suka balik sama gue? Gue mau lo." Lirihnya frustasi.
'Bahkan saat mulut gue bilang nggak suka. Tapi kenapa hati gue bilang kebalikanya? Gue bingung sama perasaan gue sendiri. Gue harus apa?' batin Dasya menjerit. Dia tak ada pengalaman tentang hal seperti itu. Ia harus bertindak kayak gimana?
Dulu dikehidupan lamanya, Dasya hanya berfokus untuk bertahan hidup. Tak ada kata 'istirahat' dirinya harus berjuang setiap waktu. Bahkan untuk mengenal cinta dirinya tak ada waktu.
"Tapi kita udah nggak ada hubungan," Hanya itu yang mampu ia ucapkan, dirinya tak tahu harus merespon seperti apa? Hanya itu langkah pertama yang ia ambil untuk menyadarkan Aksara. Biar semua tak bertambah rumit. Dirinya butuh waktu untuk yakin akan perasaanya, tanpa tekanan.
_____________
Kalau kalian lupa sama Dimas dan Bima ada dipart 29.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya