31

16.3K 1.5K 23
                                    

Mata Dasya mengerjap lucu, menyesuaikan cahaya, sedetik, ia bingung dimanakah dirinya berada? Menoleh kesana kemari untuk mencari petunjuk sampai akhirnya ia merasa deja vu dengan sofa yang berada disana.

"Aksa?" Gumamnya sembari melirik jam yang berada didinding, pukul 09.45, ia melototkan matanya horor.

"Hah udah siang, kok Aksa gak bangunin gue sih, gue bolos sekolah dong kalau gini." Ucapnya sebal padahal dirinya sudah semangat 45 untuk berangkat kesekolah.

"Aksa kemana ya, gue ditinggal sendirian."

Dasya bangkit, lalu mencari Aksa kesana kemari, bukan maksud apa-apa melainkan hanya untuk menyuruhnya mengantarkan ia pulang. Ia sudah mencari kesemua sudut ruangan, tetapi Aksa masih belom juga ia temukan.

Klontang...

"Sialan." Dasya terperanjat kala mendengar suara seperti benda jatuh dibarengi dengan umpatan buruk Aksa.

Menghembuskan nafas kasar, ia menghampiri Aksa yang hobby sekali membuat ulah.

Sesampainya kesumber suara. Betapa terkejutnya ia melihat dapur yang sudah seperti kapal pecah, peralatan dapur terpencar kemana-mana, bahan-bahan kececeran sampai kelantai-lantai.

"Lo ngapain?" Tanya Dasya.

Pyarrrrr

Aksa yang sebelumnya belum tahu keberadaan Dasya tentu kaget bukan? Bahkan mangkuk yang ia bawa sudah tak terbentuk dibawah sana. Ia menoleh dengan kaku, lalu tersenyum canggung kearah Dasya.

"Ekhem," dehemnya, lalu merubah ekspresi wajahnya menjadi datar sedatar datarnya.

Dasya bersidekap dada. antara bingung dan juga ingin tertawa, tetepi ia tahan mati-matian kalau sampai ia tertawa bisa bisa singa didepanya akan ngamuk lagi.

"G-gue lagi--" ia menjeda ucapanya, seperti sedang berpikir sesuatu, "Praktek ah ya praktek." Lanjutnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sejak kapan lo mikirin praktek." Tanya Dasya bingung, sekaligus jahil sih. Ia ingin sekali Aksa mengakui dengan jujur apa yang sedang ia perbuat.

"Sejak s--"

"Ini sayuran hijaunya, tuan." Ucapan Aksa terpotong oleh Bi Wira, pembantu rumah Aksa, yang entah bagaimana dia bisa berada diapart Aksa.

"Loh ada Bi Wira juga toh," Celutuk Dasya, ia memang sudah mengenal Bi Wira waktu sesekali dulu diajak Aksa berkunjuk kerumahnya. Menurut Dasya, Bi Wira ini adalah yang paling sopan dan baik diantara yang lainya. "Itu buat apa Bi?" Tanyanya saat melihat sesuatau yang berada ditangan Bi Wira.

Aksa menggeleng tegas, sebagai isyarat supaya dia tetap diam, tak memberitahukan yang sebenarnya. Tapi apalah daya?? Bi Mia tak melihatnya.

"Katanya buat Tuan Aksara masak, katanya mau masakin sesuatu yang spesial buat anda, Non." Ucap Bi Wira dengan excited nya. Tak tahu saja dia bahwa Aksa sudah menahan malu akibat kepergok.

Bibir Dasya seketika berkedut, ia menahan mati matian untuk tidak tersenyum sekarang, "Kok bibi bisa tahu?" Ucap Dasya, ia bertanya seperti itu bukan tanpa sebab.

"Saya kaget tadi waktu di Video call sama Tuan Aksara, saya kira tadi mata saya salah lihat atau gimana gituloh Non soalnya Tuan Aksara kan gak mungkin nyimper nomor saya, tapi waktu saya angkat eh ternyata bener Tuan Aksara.

"Kemudian Tuan bilang sama saya, suruh membantunya membuat masakan, Jadi saya yang ngarahin Tuan Aksara yang meraktekin. Terus waktu Tuan nyari sayuran dikulkas ternyata tidak ada, nah dari itu Saya bisa kesini karena disuruh tuan membawakan sayuran." Ucap Bi Wira bicara panjang lebar.

"Oh gitu." Ucap Dasya sembari manggut-manggut, ia melirik Aksa sekilas yang ternyata sudah menyibukan dirinya seperti merebus sesuatu dipanci? mungkin dia malu haha.

"Pas saya tanya "Kenapa gak beli makanan aja , Tuan?" Terus tuan jawab "Saya mau yang spesial buat gadis saya, saya mau berusaha buat dia bahagaia dengan hal-hal yang sederhana." Gitu, Non."

Sontak saja kedua pipi Dasya memerah mendengar ucapan Bi Wira, memang, Bi Wira itu terkenal dengan orang yang gampang ceplas ceplos tanpa memikirkan sesuatu, sekali ditanya beribu jawabannya.

"Malu banget gue ANJING." batin Aksa berteriak.

Bi Wira mengerutkan alisnya saat melihat Aksa yang seperti merebus sesuatu, "Tuan lagi rebus apa?" Celutuk Bi Wira tanpa sadar.

"Rebus Air." Jawab Aksara tanpa menolehkan wajahnya.

"Tapi airnya gak ada, Tuan."

"Pft," hampir saja Dasya terbahak jika ia tak menutup mulutnya, kelakuan Aksara yang menurutnya konyol.

Aksa melihat panci itu yang ternyata sialnya beneran kosong. Ia meraup mukanya kasar, "Fuck Fuck Fuck." Batinnya.

"Ekhem Bi Wira boleh pulang." Perintah Aksa tak terbantahkan. Bi Wira otomatis gelagapan apakah dia melakukan kesalahan?. Dengan tergesa ia pamit dan langsung pulang.

Dasya mendekati Aksa, ia bersidekap dada, menatap Aksa yang sedikit menundukan pandangannya, tapi dapat Dasya lihat wajah Aksa sedikit blushing. "Jadi yang bener yang mana?"

"Ck iya iya, Gue masakin lo." Ucapnya dengan sebal. "Nih sebagain udah jadi, makan!! Gue tau lo kelaperan." Aksa menyodorkan makanan kepada Dasya, itu adalah seporsi nasi goreng dengan telur.

Dasya tak bergeming, "Ayo!"

Aksara menautkan alisnya, tanda tak mengerti, "Kemana?"

"Makan."

"Tenang. itu tadi udah gue coba sedikit, Not bad." Aksa berucap seakan menerawang jalan pikiran gadis depannya.

Dasya memonyongkan bibirnya kesal, "Bukan gitu, Gue tau lo juga belom makan, lo juga yang buat masakan ini dari tadi kan? Yaudah ayo makan bareng gue."

Bukan tanpa maksud apa-apa, Dia, Dasya tiba-tiba memiliki rasa kasian terhadap Aksa yang sendari tadi sudah capek-capek membuatkan makanan untuknya padahal perutnya Sendiri belom kemasukan nasi.

"Oke." Final Aksa.

Saat mereka ingin segera memulai sarapan. Tiba-tiba saja terdengar dering ponsel. Dasya dan Aksa menoleh secara bersamaan kearah Meja, tepat disebelah makanan mereka.

Dasya yang paham kalau itu ponselnya yang ia letakan dimeja sewaktu datang kedapur tadi langsung mengambilnya.

Dasya melototkan matanya saat melihat nama yang tertera disana. "Mampus, mati gue."

Aksa yang melihat gelagat aneh Dasya pun dengan kasar merampas Handphone itu, seketika rahangnya mengeras.

Aksa melirik Dasya yang diam seribu bahasa, lalu ia menyeringai. Kemudian berucap---

AKSARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang