29

15.8K 1.6K 85
                                    

"Sya, nepi dulu." Teriak Zero disela sela laju motornya. Dasya menepikan Vespanya. Diikuti Zero.

"Udah ya? Besok aja nyari Es Campurnya. Udah jam segini." Tunjuk Zero pada jam tangannya yang menunjukkan pukul Satuan.

"Yah, yaudah deh." Bibir Dasya tertekuk kebawah. "Tapi gue masih males pulang." Lanjutnya

"Besok sekolah, Sya. Nanti kecapekan."

"Gak kok,"

Menghela nafas panjang, Dasya itu tak mudah dibujuknya. Zero tidak keberatan sama sekali sih sebenarnya, malahkan dirinya senang setengah mati bisa mempunyai waktu lebih lama dengan Dasya. ia mengucapkan itu semata mata hanyalah untuk Dasya sendiri.

"Yaudah ngopi aja ayok." Ajak Zero yang langsung diangguki oleh Dasya. Dasya sebenarnya tak bermaksud menyuruh Zero mengantarnya, ia hanya mengatakan belom mau pulang dengan maksud dirinya masih ingin jalan-jalan, Sendiri, mencari sesuatu yang mungkin akan menarik perhatiannya. Entah, sepertinya karena tadi ia berjumpa dengan Reina dirumah membuatnya malas untuk pulang.

Saat setelah sampai diwarung kopi yang Zero maksud, Dasya dengan semangat turun dari motornya.

"WOI BOS!!!" Teriak salah satu dari mereka. Beralih menatap Zero, sebelah alis Dasya terangkat seolah bertanya Siapa?

"Temen-temen gue," Jawab Zero, mengambil alih tangan Dasya yang terekspos bebas."Ayo!!"

Dasya menurut tanpa banyak protes, Lalu menguculkan tangan Zero yang menggenggam tanganya, kemudian menyalimi beberapa dari mereka.

"Hai salken Gue Dasya." Sapa Dasya dengan riang, dia senang jika mendapatkan teman baru, karena dikehidupan lamanya dulu tak ada yang mau berteman denganya lantaran finansialnya dulu jauh dibawah rata rata.

"Salken Gilang,"

"Salken Bima,"

"Salken Dimas." Itu hanyalah sedikit dari mereka dari sekian banyaknya Human yang berada disana.

"Cewek lo??" Tanya Bima kepo bahkan dirinya mengeluarkan muka tengil yang menurut Zero sunnah untuk ditampol.

Zero menganggukan kepalanya, Dasya yang melihat itu otomatis menoyor kepala belakang Zero yang berbicara sembarangan. "Gue temennya,"

"Cantik banget bos pengen gue pacarin." Ucap Dimas, bahkan dirinya sudah menghayal mempunyai rumah tangga sejahtera bersama Dasya.

Merotasikan bola mata jengah, Sumpah, teman temannya tak bisa diajak untuk menjaga image. "Gue aja gak bisa dapetin, Apalagi lo." Gumamnya yang hanya mampu didengar oleh dirinya.

"Duduk sini deh, Sya. Pasti lo capek berdiri dari tadi." Ujar Bima bersamaan dengan tangannya yang menggeser kursi disampingnya, yang kebetulan jaraknya dekat dengan Dasya.

Tanpa berpikir Dasya mendudukan dirinya dikursi itu. Zero yang melihat itu tak kuasa menahan mulutnya untuk tidak mencibir Bima, "Modus banget lo bim," Tak suka Zero menatap sengit Bima.

Bima tersenyum kemenangan, sepertinya bossnya itu cemburu denganya, "Iri bilang boss."

Zero juga mendudukan dirinya disebelah Dasya, ia takut otak suci Dasya dikotori oleh otak penuh siasat sesad Bima dan Dimas.

"Ini geng lo? Lo bossnya?" Bisik Dasya tepat dikuping Zero.

"Ini semua cuman temen-temen kok." Ujarnya sambil tersenyum miring.

Dasya Melihat, yeah Dasya melihat senyum miring Zero yang menurutnya sedikit menakutkan itu. "Mereka semua manggil lo dengan embel embel boss. Jumlah mereka juga gak sedikit, lebih dari 30 orang, mereka semua ngehormatin lo layaknya boss." Cerocos Dasya panjang lebar, ia akan berusaha mati matian agar tidak kalah argumen dengan Zero.

"Ini nih yupinya enak lo mau?" Ucap Zero mengalihkan topik, ia menyodorkan sebungkus permen Yupi, menyodorkannya kearah Dasya yang ditolak mentah mentah oleh sang empu.

Dasya menepis pelas permen itu, dirinya cuman tanya Zero tinggak jawab iya atau enggak, tak usah berbelit belit bisa gak sih?

"Jawab gue dulu."

"Ck ck iya." Final Zero mengalah, kalau diteruskan pasti tak akan ada habisnya. Dasya itu tipe orang yang tak akan pernah mau kalah.

"Nah gitu, tinggal jawab iya atau enggak aja susah banget."

"Emang kenapa sih??" Kini Zero berbalik bertanya.

"Gue gak mau jawab, Wle." Ucap Dasya, tanganya menyaut permen Yupi yang berada ditangan Zero. "Makasih."

Zero menghela nafas panjang melihat tingkah Dasya. Dasya itu kadang bisa Cuek dan cool, kadang bisa Gemoy dan lucu, Kadang bisa ngeselin dan minta ditampol.

"Sya Sya," Panggil Bima sambil menggoyangkan tubuh Dasya kekanan dan kekiri. Bima termasuk golongan orang lancang, baru kenal udah goyangin anak orang.

Dasya menoleh, "Apa, Bim?" Tanyanya.

"Ayo main gitar sama anak-anak, Lo bisa nyanyi atau enggak?" Ajak Bima yang begitu antusias, begitu pula dengan Dimas yang hanya manggut-manggut saja.

Melihat binar dimata mereka berdua membuat Dasya ikut senang juga, "Dimana?"

"Disono," Tunjuk Bima kearah teman temanya yang lain, yang kebetulan jarak meja mereka cukup jauh dari tempatnya saat ini. Sebenarnya tak cukup jauh sih hanya terhalang beberapa meja saja.

"Ayo!!" Ajak Bima dan Dimas barengan.

"Lang, lo gak ikut gabung sama anak anak?" Tanya Dimas yang dibalas gelengan oleh Gilang, orang yang sendari tadi diam.

"Gue masih ngegame." Ujar Gilang yang bahkan matanya tak beralih sedikitpun dari layar ponsel.

"Serah," Sungut Dimas, ia berjalan terlebih dahulu menuju teman temannya yang lain kemudian disusul oleh Dasya kemudian Bima.

Jadi warung kopi inilah tempat mereka sering berkumpul, bercanda ria, bahkan tempat beradu mekanik juga. Warung kopi ini berukuran besar jadi cukup untuk menampung lebih dari 30 orang.

"SEMUA SIAP DIGOYANG!!" teriak Dimas heboh, Hal itu mampu membuat para teman teman ikut bersorak.

"Kali ini ada yang spesial ges," Ucap Dimas yang sengaja menjeda ucapanya, ia terkekeh saat melihat ekspresi penuh tanya diwajah para teman temanya. "Kita bakalan ngekonser bareng bu boss baru kita."

Sontak tatapan mereka tertuju kearah Dasya yang hanya tersenyum kaku. Untung saja dirinya sabar, kalau tidak pasti Dimas sudah ia sembelih. Mana menyebarkan berita hoax lagi.

Bima mengambil gitar yang tergeletak bebas dimeja, lalu memulai memetik gitarnya, menyanyi, yang diikuti oleh Dasya dan teman-temannya. Sesekali mereka berceloteh ria lalu tertawa.

Beberapa menit berlalu, hingga suara nyanyian itu tiba-tiba tergantikan dengan suara seseorang meneriaki nama Dasya dengan kesetanaan.

"DASYA KELUAR LO YANG!! NANTI OM GIGIT NIH."

*****

Entah kenapa aku gabisa lancar mikirnya kalau bikin part Dasya sama cowo selain Aksa😭 jadi jangan salah ya kalau kebanyakan part isinya cuman Aksa sama Dasya.

AKSARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang