Netra zamrud itu yang semula tertutup kini terbuka secara perlahan, wajahnya terlihat tenang tetapi tidak dengan fikirannya yang sedang melayang kemana-mana. Tanganya terangkat kemudian menepuk sisi kanan kasurnya.
"Siapa?"
Tanya Dasya dalam hati, ia tahu dan paham betul bahwa semalam ada orang yang memeluk tubuhnya dengan erat, tetapi Dasya tidak tahu itu siapa.
Semalam rasanya Dasya ingin sekali membuka matanya untuk melihat seseorang itu, tetapi apalah daya? rasa penasaran itu tetap kalah dengan kantuk nya.
Saat sedang asyik-asyiknya menerka, suara mamanya membuyarkan lamunannya, ia seketika menolah kearah pintu.
"DASYAAA!"
Teriakan Vio menggema kesudut-sudut ruangan. Tak lama kemudian terdengar bunyi ganggang pintu terbuka, menampilkan sosok wanita dengan pakaian berwarna nude yang sangat menawan.
"Good morning, sayang." Ucap Vio sambil menghampiri anaknya, ketika sudah sampai disamping Dasha, wanita itu langsung mencium kening anaknya dengan penuh rasa sayang.
Dasya membalas mamanya dengan lirih, "Good morning, Ma."
Vio mengerutkan keningnya, "Kamu kenapa? masih pagi gini kok udah lesu aja?"
Dasya menggeleng, "Gak papa, Ma."
"Yakin nih, gak mau jujur sama mama?"
Saat Vio berkata demikian, pertahanan Dasya pun hancur, "Ma tadi malam kok aku merasa ada seseorang ya, yang tidur bareng aku?"
Vio sedikit membelalakan matanya, kemudian tanpa Dasya sadari wanita itu menyunggingkan senyum tipis.
"Mungkin halusinasi kamu saja sayangg," Vio berucap sambil mengucap surai lembut anaknya.
Dasya tentu membatah hal itu, "Enggak ma! rasanya nyata banget."
"Mana bisa sih Dasya, ada yang bisa bobol keamanan rumah ini? lagi pula emang ada yang berani macam-macam sama kamu?"
Setelah memikirkan ucapan Mamanya, ternyata ada benarnya juga. Tidak ada yang berani macam-macam denganya, kecuali satu orang, Aksa.
Jantung Dasya seketika berdetak tak karuan, "Aksa?" Gumam perempuan itu, Pasalnya tidak ada yang seberani itu denganya kecuali Aksara.
Vio mendekatkan telinganya, "Apa sayang?" Tanya Vio, karena sedikit mendengar gumaman Dasya tadi.
Dasya telonjak dari lamunannya, "Hah? Gak ada apa apa kok, Ma." Panik perempuan itu, takut jika Vio mendengarkan ucapanya.
Menggelengkan kepalanya tak habis fikir dengan tingkah putri semata wayangnya, "Udah-udah gak usah bahas yang aneh-aneh lagi, Sekarang mending kita sarapan!"
Dasya mengangguk gemas, "Ayo, Ma! Dasya mau bersih-bersih dulu ya Ma, nanti kalau udah Dasya langsung susul kebawah."
"Iya sayang, Mama sama Papa tunggu dibawah ya?" Setelah berkata demikian Vio langsung melangkahkan kakinya pergi.
Setelah melihat kepergian Mamanya, Dasya tak langsung pergi untuk bersih-bersih, namun perempuan itu masih mencerna ucapnya Vio.
"Ada dua kemungkinan, Aksa atau halusinasi." Gumam Dasya logis, tak kaget, perempuan itu sangat cerdas dan penuh logika.
"Lagian 20% gue gak percaya seorang Aksara bisa mati semudah itu." Ucapnya penuh keyakinan.
Tanpa Dasya sadari ada seorang disebrang sana yang mengamatinya dari sebuah monitor besar.
Tersenyum menyeringai, "Ck ck ck gadis yang sangat cerdas disertai keras kepalanya." Lalu terkekeh menyeramkan.
******
Dasya, Vio, dan Vero sudah menyelesaikan aksi sarapanya. Kini mereka tetap berada disana sambil berbincang-bincang hal hal random.
"Jadi tanggal berapa liburanya?" Tanya Vio dengan bersemangat.
Dasya menaruh tanganya didagu, seolah sedang berfikir, "Lusa aja, Ma," Balasnya.
"Oke sayang, Lusa ya berarti."
"Sekarang aja!" Vero yang sejak tadi diam kini ambil suara. Tetapi perkataannya sangat tidak masuk akal.
"Hah Jangan sekarang dong, Pa. Stock bajuku udah habis." Timpal Vio tak terima, setelah berkata demikian wanita itu tersenyum lebar.
Vero mendengar itu tidaklah kaget, ia hanya menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum.
"Iya, Pa! Jangan sekarang, Dasya juga masih gak ada baju untuk liburan." Timbal Dasya menyetujui Mamanya.
Vero yang mendengar itu hanya mendengus pasrah, memang ya, buah jatuh langsung dari pohon-pohonnya.
"Iya-iya terserah kalian." Pasrahnya.
Vio dan Dasya kompak tertawa bahagia, sudah bisa dipastikan mereka akan menghabiskan uang berjuta-juta.
Setelah tertawa jegigisan dengan Mamanya, Dasya tiba-tiba langsung berhenti, raut mukanya berubah menjadi serius, Menatap Vero dengan tamat.
"Pa?" Panggilnya.
Vero menoleh kearah Dasya, "Apa sayang?"
"Dasya nanti mau berbicara sesuatu sama, Papa. Bisa nggak, Pa?"
Vero yang mendengar itu reflek langsung menoleh kearah Vio, Kemudian mendapat balasan anggukan dari sang empu.
"Bisa dong, Nak, Emangnya Dasya mau ngomong apa?"
"Mata Dasya memandang lurus kedepan, "Kematian dan pembalasan dendam." Ucap perempuan itu dengan berapi-api.
Vero dan Vio sontak langsung menahan nafasnya, Jika sudah seperti ini tak ada satu orang pun yang bisa menghalangi jalan putrinya.
******
Haiii.
Satu kata buat cerita ini?See u, next
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya