Pagi dini hari, Dasya sudah siap dengan pakaian sekolahnya. Serta beberapa tumpukan buku sudah memenuhi tas kebanggaannya.
Kini, Cewek cantik keturuanan aprodite itu berjalan menyusuri lorong kelas. Langkahnya terkehenti saat dirasa sudah sampai dikelas yang ia tuju.
Memasuki kelas itu, ternyata sudah cukup banyak murid juga ya, batinya. Cewek itu menaruh tasnya kemudian bergegas keluar ke ruang ganti, karena hari ini ada pelajaran olahraga.
Peluit sudah dibunyikan tiga kali, tanda guru olahraga akan memulai pemanasan diikuti oleh seluruh siswa siswi.
Dengan tergesa, Dasya berlari menghampiri mereka. Kini Dasya merutuki dirinya, sepertinya dia yang paling terlambat.
"Maaf, Pak. Saya telat," Ucap Dasya dengan nada angkuh, ingat! Dasya tak serendah hati itu untuk mengucapkan kata 'maaf' kesembarang orang.
"Kamu ganti baju atau membatik?" Tanya pak Guru itu kepada Dasya.
Tak ada jawaban dari Dasya, apakah kalian ingin tahu kemana saja Dasya bisa selama itu? Karena tadi cewek itu santai-santai terlebih dahulu, bahkan sampai lupa waktu.
Guru itu menghela nafas berat, "Yasudah, kamu silahkan masuk kebarisan. Kemudian ikuti pemanasan." Ucap Guru itu, mau gimana lagi? Hukuman? Dia tak seberani itu untuk menghukum keturunan Tuan Vero.
Dasya mengangguk kemudian berjalan dengan sedikit terseok. Kakinya tiba-tiba saja terasa sedikit kram. Tapi Dasya taj menghiraukan hal itu.
Setelah lima belas menit berlalu, Guru itu kembali mengintruksi, "Baik anak-anak, sesuai bab yang kita pelajari kalian silahkan baris berjejer rapi kemudian dengan bergantian mempraktekan bagimana cara Lompat jauh,"
"Baik, Pak." Sahut mereka semua kompak.
Semuanya berjalan lancar, hingga waktu giliran Dasya. Saat akan meloncat kaki Dasya tiba-tiba kesleo menyebabkan hal yang tak diingankan terjadi.
"Agh shit," Ucap Dasya, sial!!! Kakinya terasa seperti terkilir sekarang ini.
Para murid maupaun guru olahraga itu dilanda panik. Guru olahraga itu menepuk bahu Dasya pelan, "Are you oke?"
"No, ini sakit," ungkap Dasya jujur. Dia sekaligus kesal, dari pada bertanya seperti itu bukankah lebih baik guru olahraga itu membawanya keuks?
Guru olahraga itu mengalihkan pandangannya kearah murid-muridnya yang malah diam kaku ditempat, "Hey kalian, cepat kesini!! Bawa Dasya ke uks segera."
Mereka kemudian bertindak, terkecuali satu orang yang Dasya tangkap netranya, orang itu tak bergeming sekali. Dia adalah Aksa.
Bagimana cowok itu biasa-biasa saja? Padahal biasanya saat Dasya kenapa-napa, Aksara selalu menjadi orang terdepan yang akan mengulurkan tangan untuknya. Mengapa kali ini tidak?
Bahkan tak ada raut wajah khawatir sama sekali yang terlihat. Sial, hatinya seperti diremas sesuatu tak kasat mata.
____________
Dengan langkah terpincang-pincang akubat kejadian tadi, Dasya berjalan kearah kursinya.
Matanya melirik orang yang duduk satu bangku dengannya, Aksara. Cowok itu sepertinya sangat fokus terhadap handphone ditanganya, dia tak sadar akan kehadiran Dasya atau memang sengaja mengabaikanya?
Dasya kesal, dirinya tak suka diabaikan. Dengan perasaan dongkol Dasya membanting dirinya dikursi dengan dongkol.
Aksara hanya meliriknya sekilas, kemudian kembali berfokus kepada handphonenya lagi.
Tak selang lama, guru perempuan dengan badan gemuk memasuki kelasnya. "Assalamualaikum, Selamat siang anak-anak."
"Siang juga, bu." Ucap mereka semua serentak terkecuali Aksara dan Dasya.
"Kalian buka halaman 56, kemudian kalian baca setelah itu ibu jelaskan."
"Siap bu,"
Beberapa menit berlalu, kurang lima menit lagi jam pulang berbunyi."
"Jadi, tugas kalian untuk minggu depan adalah presentasi hasil pengamatan kalian. Apakah ada yang ditanyakan?"
Seseorang cowok mengangkat tanganya. "Ya? Apa, Dio?" Ucap guru itu.
"Ini pengerjaannya perorangan atau dibagi perkelompok bu?" Tanya Dio.
"Kelompok saja, untuk perkelompoknya kalian tidak usah sibuk mencari karena anggota kelompok teman sebangku saja."
Mendengar itu, dengan spontan Dasya menoleh kearah Aksara. Sialnya Aksa sadar akan hal itu, tatapan mereka bertemu sekian detik.
Dasya yang lebih dulu memutuskan sambungan eye contack itu. Dirinya melengos.
"Rumah lo atau gue?" Tanya Aksa dengan datar.
Dasya tersentak, baru pertama kali ini dirinya mendengar kalimat tak bernada yang keluar dari mulut Aksa dan itu ditunjukan untuknya!!
Dasya berdehem sekilas, menghilangkan kegugupanya. "Terserah,"
"Oke, Gue."
Kringgg
Perbincangan mereka terhenti saat bel pulang berbunyi, "Gue mau tan—"
Dasya menghentikan ucapanya karena lawan bicaranya lebih dulu pergi. Seoalah apa yang akan diucapkan Dasya tidak penting dan hanya angin lalu saja.
"Ternyata diabaikan sakit juga ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya