37

13K 1.2K 3
                                    

"Kenapa lo masuk sekolah sih?!" Kesal Dasya. Ia menatap Zero dengan permusuhan tentu dibalas kekehan geli oleh sang empu.

"Gue udah sehat. Malah sehat banget ini."

Dasya berdecih malas. Bukanya apa-apa, Sejahat-jahatnya dia, dia tidak akan lupa caranya berterimakasih. Ey! Zero sudah membantunya.

"Serah." Ucap Dasya lalu pergi meninggalkan Zero.

Melihat itu Zero tentu tak tinggal diam, dirinya mencekal tangan Dasya. "Hey! Marah, hmm?"

Dasya menggelangkan kepalanya. "Lo itu baru pulang dari rumah sakit kemarin. Terus sekarang lo malah berangkat sekolah." Ucapnya kesal.

Katanya gak marah?

"Maaf,"

Serasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Dasya kembali bergegas pergi tetapi sebelum itu dirinya sempat menangkap netra seseorang disebrang sana.

"Ngeri banget tatapanya," Gumamnya pelan. Lalu melanjutkan aktivitasnya yang sertunda.

Dia adalah Aksara. Cowok itu sendari tadi melihat interaksi keduanya dengan tatapan datar nan dingin. Dia tersenyum miring saat Dasya sadar akan kehadirannya.

________

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, Dasya tak fokus sedikitpun. Fikiranya melayang pada kejadian kemarin malam saat ada nomor tak dikenal memberikan informasi seputar kejadian penculikan yang menggeret Dasya sebagai korbanya.

"Orang tua gue kok gak pulang-pulang ya?" Gumamnya heran. Ini bukan suatu kebetulan, pasti ada yang gak beres.

Padahal kalau ada mereka, mungkin semuanya akan menjadi lebih mudah, pikirnya.

"Kalau gini caranya bisa tumbang gue." Ya giamana ya, Bila dipikir secara logis sekarang ini musuhnya masih abu-abu. Banyak yang harus dicurigai.

Jika sebelumnya dirinya dengan mudah melumpuhkan musuh, sekarang ini sepertinya sedikit sulit. Ingat! Sedikit. Karena dulu ia tau pasti siapa yang harus dilawan. Lah sekarang?

Sedetik kemudian ia merubah ekspresi menjadi tersenyum miring. Bukankah ini menarik?

"Pertama-tama gue beresin dulu Reinanjing. Habis itu cari tahu siapa dalang dari penculikan kemarin."

Sebelumnya dirinya berfikir bahwa dalang dari kejadian kemarin adalah Reina. Tapi setelah melihat betapa mulusnya rencana penculikan itu membuatnya berfikir dua kali. Jika Reina dalang dari itu pasti akan grusa-grusu mengingat otak cewek itu yang dangkal. Ups

Dasya melirik kearah samping sekilas. Dalam benaknya ia berfikir dimana cowok itu sekarang? Cowok yang sebangku denganya? Iya Aksara. Masih ingat kan kalau Aksara sudah mengeklaim bangku itu menjadi tempat duduknya.

"Bu, Saya ijin ketoilet." Ucapnya sambil mengangkat tangan keatas. Tiba-tiba saja dirinya mendapat panggilan alam.

Bu Guru yang mengajak dengan singkat menganggukan kepalanya. "Jangan terlalu lama!!" Hal itupun dibalas anggukan ringan oleh Dasya.

Setelah itupun ia beranjak keluar, tak lama kemudian ia sampai ke toilet dan memasuki salah satu bilik. Menuntaskan apa yang sejak tadi berontak ingin keluar. Saat dirasa selesai, Dasya memutuskan untuk kembali kekelas, tapi sebelum itu sebuah suara menghentikan aktifitas nya.

"Nggak usah belagu lo, Mending kerja sama bareng gue." Ucap seseorang diluar sana.

Aktifitas Dasya yang akan membuka knop pintu terhenti, dia seperti familiar dengan suara tersebut?

Orang itu terkekeh. "Yakin? Kita sama-sama untung loh."

Alis Dasya semakin berkerut, menandakan keingin tahuan dia semakin tinggi. Dasya semakin menempelkan diri kearah pintu.

"Ck. Nggak usah ngelak. Gue tau kejadian kemarin itu lo'kan dalangnya?"

"....."

"Nah gitu dong mempermudah kemauan gue." Setelahnya orang itu mematikan sambungan lalu bergegas pergi dari toilet.

Detik berikutnya Dasya terkekeh saat menyadari itu suara siapa. "Reina? Yah bener itu Reina. Gue hafal banget suara jelmaaan setan kayak dia."

Ternyata rencana cewek itu sudah jauh juga. Sebegitu obsesinya Reina untuk menyaingi dirinya?

"Ck ck usahanya kurang tuh babu. Niat banget nyaingin gue. Nggak sadar apa ya selamanya babu gak akan bisa nyaingin ratu." Oke, mulut pedas mode on. Hari-hari berikutnya bisa dipastikan kata-kata Savage akan menjadi makanan Reina.

T-tapi? Yang ditelfonya tadi siapa?

Dirinya yakin kalau yang dibicarakan tadi adalah berususan dengan dirinya?

Pasti cowok yang ada disambungkan televon tadi adalah orang yang mendalangi penculikannya

Apakah bisa disimpulkan bahwa yang mengiriminya pesan adalah Reina?

AKSARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang