18

30.8K 3K 78
                                    

Dasya terusik tidurnya. Kala seseorang yang merengkuh tubuhnya bergerak - gerak gelisah dari tadi.

"Egwh,"

Aksa mengeratkan pelukanya, semakin menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Dasya. Tanganya juga sama, semakin mengeratkan pelukannya.

Dasya mesara tak nyaman. "Aksa. Aksa bangun dulu gih,"

Tak terdengar jawaban sama sekali dari sang empu. Dasya seketika panik. Tanganya terangkat menyentuh dahi Aksa. Dirinya terkejut saat mendapati betapa panas nya tubuh Aksa.

Lantas ia menggoyang - goyang kan tubuh Aksa menyuruhnya untuk bangun. "Sa bangun. Badan lo panas banget ayo kerumah sakit!"

"Gak mauu." Aksa berucap lirih, dengan posisi yang sama sekali tidak berubah. Padahal tadi dirinya hanya sakit biasa dan berpura - pura, eh sekarang sakit beneran. Sial. Batin Aksa

Dasya mendengus. Kemudian netra matanya mencari keberadaan jam. dilihatnya sudah pukul 11.00 siang. Ternyata kejadian gelud tadi pagi cukup melelahkan. ia terlelap cukup lama, pikirnya.

"Ayo! Ini badan lo panas banget. Gue anterin."

"Ga."

"Ck. Yaudah sekarang mau lo apa?"

"Lo tetep disini jagain gue,"

"Modus." Ucap Dasya geram. Reflek tanganya mengeplak pelan lengan Aksa.

Merasa tak tega, Dasya hanya mengangguk saja. Mau bagaimanapun, Dasya juga manusia dia mempunyai rasa belas kasihan juga. "Tapi ada syaratnya, lo harus minum obat,"

"Iya." Ucapnya bersemangat disertai mata yang berbinar - binar.

Lantas ia melepas pelukan Aksa. Dan mencoba bangun mencari obat untuk Aksa.
"Obatnya dimana, sa?"

"Disitu." Tunjuk Aksa kepada sebuah kotak kecil.

Tanpa babibu, Dasya mengambil kotak obat itu. Mencoba mencari obat yang dibutuhkanya. Setelah dirasa sudah menemukanya ia kembali menaruh kotak obat itu dan berjalan menghampiri Aksa.

"Makan dulu ya, Gue ambilin."

Aksa mencekal tangan Dasya sebelum ia bergegas pergi mengambil makanan untuk nya. "Gak usah."

Lantas ia mengambil sebuah remot kecil yang berada dibawah bantal tidurnya. Kemudian memencet tombol yang berada disana. Kemudian ia berucap kepada remot itu yang menghubungkan dirinya dengan para pekerja yang bekerja dirumahnya.  "Cepat, ambilin makanan!"

Memandang Dasya. Tanganya terulur menarik lengan putih mulus Dasya, Sudah dipastikan Dasya terhuyung kekasur akibat tenaga Aksa yang tidak main - main walaupun dirinya sedang sakit.

"Apa?"

Tak ada jawaban dari pelaku. Tapi sedetik kemudian tanganya sudah berapa dipucuk kepala Aksa. Itu sudah pasti gara-gara kelakuan Aksa lah.

Dasya hanya diam. Sampai-sampai sekitar 10 menit berlalu. Rasa bosan otomatis menyerangnya. Tak sengaja matanya menatap handphone berwarna hitam pekat milik Aksa di nakas. Entah kenapa dirinya merasa sangat kepo dengan isi handphone Si iblis tersebut.

"Sa, pinjem hp ya?"

"Iya Sayang." Ucap Aksa dengan suara khas seperti orang habis bangun tidur. Serak-serak besah dan berat uh.

"Sial." Umpat Dasya sekaligus kaget saat mendapati wallpaper layar pengunci Aksa adalah Foto dirinya. Tak ambil pusing dia kemudian menggesek handphone Anak itu.

Bisa bisanya hpnya gak di kunci, eh tapi siapa juga yang bakal berani buka-buka hp nih cowo,  Pikir Dasya.

Dirinya kembali melotokan matanya saat mendapati kembali-kembali fotonya terpampang jelas disana. Beralih ke akun media sosialnya. Dirinya kembali tercengang melihat-lihat isi aplikasi-aplikasi tersebut. Mengapa semua hanya berisi tentang Dasya saja?

AKSARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang