Dipagi hari yang cerah ini, Dasya sudah tampil menawan dengan seragam sekolahnya. Rencananya cewek itu akan mengendarai mobilnya sendiri. Tapi naas, karena Zero sudah bertengger diatas motornya sambil menatap Dasya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Dengan menghentakan kakinya, Dasya berjalan kearah Zero. "Ngerusak planning gue aja lo."
Dibalas kekehan geli oleh sang empu, "Sorry, ayo buruan naik."
"Kalau bukan karena inget kebaikan lo, ogah gue tunduk." Gumam Dasya yang masih mampu didengar Zero.
"Iya iya terserah lo deh."
Perlu kalian tahu, selama diperjalanan fikiran Dasya melayang kemana-mana.
"Dia bukan pacar gue."
Kalimat itu yang sendari tadi terngiang-ngiang ditelinga Dasya. Ucapan si iblis Aksa kemarin malam sangat mengganggunya.
"AGHHHH."
Tiba-tiba Dasya teriak. Membuat Zero terjengkit kaget. "Hey, are you oke? What happened?"
"I'm ok, Zero."
Dasya mengalihkan pandangannya kesegala arah, lalu netranya tak sengaja melihat seseorang yang sangat dikenalnya.
"Zero, Berhenti cepet berhenti." Pinta Dasya sambil menepuk-nepuk bahu Zero.
Tanpa tanya lebih lanjut, Zero menepikan motornya lalu berhenti. "Ada apa?"
"Lihat!! Itu Aksa bukan?" Ucap Dasya sambil menunjuk kearah sana.
Zero menoleh, mengikuti arah tunjuk Dasya. Lalu dengan mudahnya dia menangkap maksud cewek itu. "Jadi...."
"Ya benar," lirih Dasya. "Sekarang. Samperin dia, gue mau ngomong."
Zero mengangguk. Lalu mengikuti permintaan Dasya tadi. Sesampainya ditempat Aksara berada, Dasya langsung anjlok dari motor dan dengan langkah tergesa dia menghampiri Aksa.
"Oh jadi lo pelakunya?" Teriak lantang Dasya diakhiri dengan kekehan miris.
Terlihat dua orang yang sedang berbincang itu menoleh, melihat Dasya dengan raut terkejut.
"Dasya,"
"Nona Dasya," Gumam putra subatmiko, pemilik toko yang beberapa waktu lalu Dasya temui.
Apakah Dasya salah jika menyimpulkan bahwa Aksara lah dalang dari kejadian penculikan yang menimpanya?
Bukankah aneh jika seorang Aksa berada ditempat yang sama dimana dirinya diculik? Melihat dari betapa cuek nya cowok itu bukankah tidak mungkin cowok itu kesini dengan cuma-cuma?
Atau mungkin suatu kebetulan, sosok seperti Aksa meluangkan waktunya hanya untuk berbincang ringan dengan pembisnis dasar seperti putra?
Kurang lebih seperti itu asumsi yang merangsang di otak Dasya.
"Gila ya, mau lo apa sih?" Heran Dasya dengan suara bergetar. Dirinya tidak menyangka pelakunya adalah Aksara.
Padahal kemarin Dasya mati-matian menyangkal kemungkinan-kemungkinan yang akan menyudutkan Aksa sebagai tersangka. Tapi ternyata itu adalah sebuah fakta.
"Gue ke—"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Dasya memotong ucapan Aksa, "Disatu sisi lo ngetreat gue layaknya cewek paling beruntung, disisi lain perbuatan lo bikin gue mikir dua kali kalau lo beneran cinta sama gue."
"Emang nyakitin itu termasuk bagian dari cinta ya, Sa?" Hidung Dasya kembang kempis mengadakan betapa emosionalnya dia sekarang ini.
Zero menghampiri Dasya, laku mengelus tanganya sambil berkata lembut, "Udah, Sya. Tenangin diri lo, gak usah diterusin. mending sekarang ayo pergi."
Dasya mengangguk, dirinya muak disini lebih lama. Melihat anggukan Dasya. Zero menuntunnya, membawa Dasya pergi.
"Tuan?" Melihat interaksi kedua remaja itu, Putra menoleh, tidak terima melihat reaksi tuanya yang hanya diam saja.
"Biarin saja, dia dalam keaadan kecewa. Nanti biar saya yang urus. Tidak ada yang lebih mengenalnya dari pada saya." Ucap Aksa lalu tersenyum singkat sekaligus bangga diakhir kalimatnya.
Putra tertengun, sungguh kehormatan bisa melihat sosok seperti Aksa tersenyum karena biasanya dia hanya menampilkan ekspresi datar saja.
Walaupun berkata demikian. Tak bisa dipungkiri tangan dibawah sana terkepal erat bahkan sampai otot-ototnya kelihatan. Hatinya bergemuruh sejak tadi, tadi Aksara pandai menyembunyikanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya