Dasya mendongak menatap Aksa yang tiba-tiba duduk disampingnya, setelah itu Dasya menggeser duduknya lebih menjauh.
Ia mengerutkan alisnya bingung. Kenapa tingkah Aksa berubah-ubah, kadang agresif, kadang kalem, Cool, kadang konyol.
"Sinian," Pinta Aksa supaya Dasya lebih mendekat kearahnya.
"Gak mau."
"Cepet."
Dasya masih tetap diam, tak bergeming. Malahan matanya tetap fokus melihat acara televisi yang diputarnya.
Aksara yang sudah gemas dengan tingkah laku Dasya pun manarik pinggangnya Dasya, Sehingga membuat tubuh mereka terbentur kecil.
"Eh apaan sih lo," Kesal Dasya, tapi dirinya tak bergeming sama sekali dari posisinya sekarang.
Aksara tak menjawab lontaran kalimat itu, ia malah mengambil sesuatu yang ada disaku celananya. Lalu menggunakan benda itu sebagai mana mestinya.
Dasya yang mencium bau yang sangat dibencinya pun mendongak. "Aksa jauh jauh, Gue gak suka bau rokok."
Dasya memberontak, menggeser tubuhnya lebih jauh lagi, ia juga menutup tubuhnya. Demi apapun ia sangat benci bau rokok.
Sedangkan Aksara? Dia merutuki dirinya sendiri karena kelupaan bahwa Dasya tak suka bau rokok.
"Aksa lo berhenti ngerokok deh."
Alis Aksa berkerut, "Kenapa?"
"Gak sehat, terus poin pentinya gue gak suka bau rokok."
Seketika terlintas ide jahil diotak sang empu, "Harus ada gantinya."
"Iya." Spontan Dasya tanpa berpikir panjang.
Setelah sadar, ia menoleh kearah Aksa yang sudah senyum-senyum tak jelas. Dasya bergidik saat melihat senyum menyeramkan dari si iblis yang berada disampingnya. "Apa? Lo aneh-aneh pasti."
Aksa mendekatkan diri kearah Dasya, lalu membisikan sesuatu. Karena bisikan itu, membuat Dasya melotot garang.
"AKSARAAAAAA"
"Apa yang udah diucapin, gak bisa ditarik kembali."
*****
Setelah acara penyekapan dirumah Aksa, kini Dasya sedang dalam mode penggabutan dirumah, ia tak punya pekerjaan hanya tiduran diranjang sambil meracau tak jelas.
"Kapan ya ortu gue pulang?" Monolognya sambil menatap langit-langit kamar.
Saat asik melamun, terdengar bunyi dari perutnya. Dengan ogah-ogahan dirinya bangkit dan menuju dapur.
Disana para pelayan otomatis menyingkir saat putri tuan mereka datang.
Seseorang menghampiri Dasya, penampilannya berbeda dari yang lain. "Maaf Non, Ada yang bisa kami bantu?"
"Tolong siapin makanan buat saya,"
Seseorang yang diyakini ketua pelayan itu mengangguk, lalu menyuruh salah satu dari mereka untuk menyiapkan makanan untuk Dasya.
"Reina kemana ya bi?" Dasya memutuskan untuk bertanya sesuatu yang sendari tadi menganggu pikiranya.
Biasanya cewek ular itu selalu berkeliaran didalam rumah, Bergaya seolah-olah ini adalah rumahnya. Tapi beberapa hari belakangan ini tingkahnya sangat aneh.
"Non Reina belakangan ini jarang dirumah. Kalaupun lagi ada dirumah pasti dia mengurung diri dikamar terus."
Dasya mengangguk, didalam hati ia tersenyum smirk. Apa lagi yang mau direncanakan sama cewek licik itu?
"Oke terimakasih, Bibi boleh pergi."
Setelah ketua pelayan itu pergi, raut wajah Dasya berubah menjadi datar. Ia mengetuk-ngetuk meja.
"Kayaknya udah cukup main-mainya, Dasya. Lo harus kasih paham." Monolog Dasya.
Pikiranya berkelana, memikirkan sesuatu kedepanya. Ia harus membalas perbuatan Reina lebih kejam dari apapun. Sudah cukup dirinya memberi kesempatan cewek itu.
Yang dia butuhkan sekarang bukan perminta maafan dari Reina, yang ia butuhkan adalan kehancuran dan nyawa Reina.
"Gue tunggu permainan lo."
____________
Spoiler next part.
"Kita tunggu aja. Gue pastiin ada salah satu yang akan ngerenggang nyawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasíaBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya