Setelah kepergian Aksa tadi, yang Dasya lakukan hanyalah guling-guling tak jelas diranjang kamar tidurnya. Apalagi dirinya tadi sempat bercengkrama dengan Reina walau hanya sesaat itupun cuman mengandung pertengkaran.
"Bosen Gue," Ucapnya sambil memandang langit-langit kamarnya. "Keluar aja kali ya?" Monolognya.
Dirinya beranjak, merubah posisinya menjadi duduk, "Tapi udah malem," Netranya melirik jam yang terpampang jelas didinding kamarnya.
"Bodo amat ah, Gue kan berani kayak Spongebob Squarepants."
Dengan semangat, Dasya berlari untuk turun kebawah, tanpa memoles wajah atau bahkan mengganti baju terlebih dahulu, mau Make up an ataupun tidak toh dirinya tetap cantik bukan?
Ia menghembuskan nafas lelah. walaupun dimansion ini disedikan beberapa liff tapi tetap saja kan? Membuat Dasya lelah bahkan untuk turun kebawah. Apalagi ruangan milik Dasya berada dilantai cukup atas.
Setibanya dibagasi Dasya dibingungkan dengan beberapa pilihan kendaraan. Setelah beberapa detik menimang pilihan. Akhirnya pilihanya jatuh kepada Motor berwarna pink. Bukan, bukan motor sports yang biasanya ia pakai, melaikan motor Vespa kebanggaanya.
Sebelum itu ia mengambil helm terlebih dahulu, bagaimanapun keselamatan lebih penting, maka dari itu ia menetralisir terjadinya kejadian yang tak diingkan.
"Uhuy healing," Ucapnya menggebu. Lalu melajukan motornya.
Waktu melewati gerbang Mansionnya, Ada beberapa satpam yang langsung menunduk hormat ketika melihat Dasya ingin keluar. Mereka ingin bertanya kemanakah Dasya ingin pergi malam-malam begini, tapi mereka urungkan lantaran takut dengan anak tunggal kaya raya, Dasya contohnya.
Sedikit mengangkat kaca helm yang menutupi wajahnya, "Pak, nanti kalau ada yang cariin Dasya, bilang aja lagi keluar, Gak lama kok. Cuman pengen beli camilan aja." Ucap Dasya panjang lebar kepada satpam yang berjumlah lebih dari lima orang itu.
Sedikit dari para satpam itu mengerutkan alisnya. Dasya itu contoh orang kalau ada yang susah kenapa harus cari yang mudah. Kenapa dirinya mau repot-repot keluar malam-malam begini hanya untuk beli camilan? Sedangkan dirinya bisa saja cukup bilang I want it sudah dipastikan akan I got it.
Dasya yang otaknya random itupun tiba-tiba terpikirkan sesuatu, penjaga gerbang aja sebanyak itu, belom lagi penjaga yang ada didalam mansion, lalu bagaimanakah Aksara bisa masuk kedalam Mansionnya seperti tadi tanpa luka ataupun goresan sedikit saja ditubuhnya?
Bulu kuduk Dasya meremang seketika. Aksa memang merekat dengan sifat misterus dan keanehannya.
"Enggak dianterin aja, Non? Sudah larut malam juga," Ucap salah satu Satpam yang memberanikan diri, walau begitu badanya gemetaran, takut jika salah bicara atau berbuat.
"Enggak usah, Pak. Lagi pengen Me Time." Dalam hati Dasya memaki dirinya sendiri, Me time katanya? Cih pencitraan. Bilang aja dirinya males kalau dimata-matai suruhan bokapnya dan juga dirinya tidak sebebas saat sendirian. "Lagian Dasya juga udah ijin Mama sama Papa."
Para satpam itu hanya mengangguk patuh. Mau gimana lagi? Mau melarang? Oh tentu tak berani.
Dasya meringis melihat para satpam yang percaya tanpa banyak nanya. Padahal dirinya berbohong waktu bilang sudah izin orang tuanya.
"Yaudah pak, Dasya pergi dulu. Boleh kan?" Ucapan Dasya satu itu mampu membuat jantung para Satpam berdetak kencang, Gimana sih Dasya ini?? Diakan majikan jadi terserah dia, mau apapun juga terserah dia, kenapa ijin segala.
Mereka mengangguk kaku. Melihat itu, Dasya melanjutkan laju motornya yang tertunda.
Mengendarai motor dengan kecepatan sedang, udara malam membuat tubuhnya menggiggil kedinginan apalagi ia hanya memakai baju lengan pendek.
"Pengen Es Campur." Jangan salah!! Yang menempati tubuh Dasya adalah Fay de luca jadi tahu tentang salah satu jajanan pasar, Apalagi dulu Fay sangat excited jika membeli jajanan pasar. Beda lagi kalau Dasya yang asli, Fay sendiri tak yakin kalau Dasya tahu Apa itu Cilok, bahkan hanya sekedar melihat saja sepertinya tidak pernah.
Berkeliling, mencoba mencari Es Campur, namun hasilnya nihil, wajar sih kan sudah tengah malam tetapi Dasya malah mencari Es Campur, Ck Ck.
Ia berhenti dipinggir jalan, membuka kaca helmnya. Lalu menggerutu sebal.
"Ewh...." Dirinya terlonjak kaget saat ada tangan seseorang yang menimpuk pelan bahunya. Menoleh, melihat siapa yang empu.
"Hai," Sapanya riang.
Dasya mengerutkan alisnya, tanda tak mengerti siapa orang itu. Saat orang itu membuka helm full facenya barulah Dasya ber oh ria ternyata dia adalah Zero. [Kalau lupa baca part 10an]
"Habis dari mana lo??" Tanya Dasya, bukan maksud apa-apa Dasya hanya ingin mempunyai hubungan baik dengan semua orang. Yah walaupun sebenarnya ia bertanya karena sedikit kepo sih.
"Dari latihan Karate," Ucap Zero disertai senyum manisnya.
"What, Malem-malem gini??"
Zero hanya Manggut-manggut saja. Melihat penampilan Dasya yang sedikit terbuka, apalagi sudah tengah malam begini dirinya melihat Dasya dipinggir jalan dengan menggerutu sebal, sedikit aneh. "Kalau lo? Mau kemana tengah malem kayak gini?"
"Mau cari Es Campur," Dasya meringis malu.
"Hah? Serius?" Dasya memejamkan matanya sejenak, sudah dia tebak pasti akan seperti ini. Kemudian Dasya mengangguk.
"Mana ada malem-malem kayak gini, Sya." Ucap Zero, ia melepas jaketnya. Lalu menyodorkan kepada jaket itu kepada Dasya.
"Apa?" Tanya Dasya.
"Pake, Lo nanti kedinginan." Zero sedikit menggiggil karena angin malam menembus langsung kulitnya. Wajar sih karena pelindung akhir tubuhnya adalah celana panjang dan baju oversize lengan pendek berwarna hitam.
Mengambil alih jaket itu, kemudian memakainya, terlihat kebesaran ditubuhnya. Tapi tak urung penampilanya tampah terlihat keren. Dengan helm Cargloss, celana panjang, jaket hitam, rambut yang dicopol asal, tak lupa sepatu yang menambah kesan kece. Apalagi motor Vespa berwarna pink dengan corak hitam putih.
"Gila sih keren banget." Batin Zero, perlu kalian tahu, Zero itu tipe cowo yang suka dengan penampilan cewek yang sederhana tapi terlihat sangar dan keren. Ditambah wajah Dasya yang mendukung.
"Bantu gue cari Es Campur dong, sama Cilok juga." Pinta Dasya dengan melas, gak papa kan? Dirinya juga sudah tak terikat hubungan lebih dengan seseorang juga. Jadi bebas. Lebih dari itu dirinya yakin Zero tak akan berbuat macam-macam.
Zero tentu mengiyakan dengan semangat, peduli apa nanti ada atau tidak adanya Es Campur itu, yang terpenting adalah dirinya mempunyai waktu dengan orang yang ia sukai. Dalam hati ia bersorak girang, padahal dirinya tadi mau menawarkan hal itu tapi sedikit bimbang, takut Dasya akan menolaknya. Eh ternyata malah Dasya sendiri yang meminta.
"Ayo, Lo duluan, Gue dibelakang." Ucap Zero memberi instruksi.
"Lo aja yang didepan. Kan gue gak tahu tempat Es Campur didaerah sini, gue aja tadi nyari muter-muter gak ketemu."
Melirik jam yang melingkar ditanganya, Maklum sih kan sudah jam sebelas lebih. Mau nyari sampai matipun tak akan menemukanya.
"Yaudah dampingan aja," Ucap Zero, sebenarnya dirinya ingin berkata 'tidak mungkin ada Es Campur jam segini' tapi ia urungkan, bisa-bisa nanti dirinya tak jadi jalan-jalan dengan Dasya dong. Apalagi melihat raut wajah Dasya yang sepertinya sangat menginginkan Es Campur.
Tak tahu saja Dasya, kejadian hari ini bisa membangunkan singa yang sedang tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
FantasyBercerita tentang tokoh utama yang terobsesi dengan wanitanya