PART 26

78.1K 7.4K 457
                                    

.
.
.

Mobil Alderian berhenti di depan kampus, dia keluar dengan buru-buru disusul oleh yang lainnya. Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika mendengar teriakan beberapa orang dari depan.

Pandangan Alderian terangkat, jantungnya mencelos saat matanya menangkap sosok yang jatuh dari atas bangunan kampus itu. Dengan langkah cepat, Alderian berlari menghampiri kerumunan yang kini mengelilingi sosok itu.

Alderian mendorong bahu orang-orang yang menghalangi jalannya. Begitu dia sampai disana, Alderian mematung menatap tubuh gadis yang dia kenali itu sudah terbaring lemah dengan genangan darah disekitarnya.

"KANA!" Alderian berjongkok disebelah tubuh Kana, tangannya gemetar hebat. Matanya tak henti-hentinya menatap penuh ketakutan gadis yang masih bernafas putus-putus didepannya.

"Ya Tuhan," Danu berkata dengan nada syok, wajah pria itu memucat sementara Galang bergegas menelpon ambulance, mereka tidak bisa mengangkat Kana sembarangan takut jika ada kesalahan saat mengangkatnya.

Jari-jari Kana berkedut, mata gadis itu terbuka setengah dan mulut yang juga terbuka berusaha mengambil nafasnya yang mulai tersendat-sendat.

"Kana, kamu dengar saya? Na, saya mohon bertahan sebentar aja" Alderian meraih tangan Kana dengan penuh hati-hati, tangan Alderian terkena tremor hebat begitu dia berhasil menggenggam tangan Kana.

Mata pria itu memanas, menatap wajah pucat Kana. Mata gadis itu terbuka hanya sedikit tapi tidak melihat Alderian, hanya menatap kosong kearah langit. Alderian melihat Galang tampak frustasi dan Danu yang masih berbicara dengan petugas ambulance bahkan membentak mereka agar cepat datang kesini.

Kana sekarat, tubuh gadis itu hampir tidak bergerak sama sekali hanya nafas putus-putus dari Kana yang menandakan bahwa gadis itu masih hidup.

"Maafin saya, maafin saya, maafin saya" Alderian menunduk masih menggenggam tangan Kana yang berlumuran darah. Tak peduli bahwa jas kerjanya kotor, Alderian bersimpuh diatas darah yang tergenang disekitar kepala Kana.

Sirine ambulance terdengar, kerumunan itu membuka jalan saat petugas rumah sakit datang membawa tandu.

Alderian menyingkir, sedikit tak rela saat tangan Kana terlepas dari genggamannya ketika petugas rumah sakit mengangkat Kana untuk dimasukkan kedalam mobil.

"Gue bakal ikut di mobil ambulance, lo bawa mobil gue" tanpa menunggu jawaban, Alderian melempar kunci mobilnya pada Galang dan masuk ke dalam ambulance.

Sepanjang perjalanan, Alderian tak henti-hentinya memanjatkan doa sambil menggenggam tangan Kana. Sesuatu yang tidak pernah dia lakukan selama ini, bahkan setelah kematian Clara.

"Saya mohon bertahan," gumam Alderian lirih

Begitu mobil ambulance sampai dirumah sakit, Alderian keluar bersama dengan Galang dan Danu yang tadi mengikuti dari belakang mobil mereka.

"Dokter!" Dengan tidak sabaran Alderian berteriak memanggil Dokter sambil mendorong brankar Kana.

Tanpa di duga yang menghampiri mereka adalah pemuda yang mereka kenal, Arsa.

Arsa ikut terkejut melihat keadaan Kana, dia buru-buru meminta mereka memasukkan Kana ke ruang UGD. Sembari menunggu Kana di tangani, Alderian menghubungi seseorang.

"Abian, batalin semua pertemuan saya hari ini dan atur ulang jadwal pertemuannya nanti"

Jawaban dari seberang sana membuat raut wajah Alderian berubah gelap, dia berkata dengan emosi "Peduli setan dengan mereka, kalau masih ingin bekerja sama dengan saya, suruh mereka menunggu sampai saya yang memutuskan kapan akan bertemu."

REBIRTH : ALDANA [AGRIENT STORY KE-1]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang